"Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang. Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."(Mat 8:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Cukup banyak orang dengan mudah mengumbar janji, bangga ketika diangkat menjadi pemimpin atau fungsi/jabatan tertentu seraya berjanji akan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan setia dan sepenuh hati. Hal senada juga terjadi dalam hidup terpanggil, entah sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster: ketika mengawali hidup baru begitu menjanjikan hal-hal yang indah, mulia dan luhur. Namun dalam perjalanan waktu karena aneka tantangan, hambatan dan masalah apa yang mereka janjikan semakin kabur dan bahkan ada yang hancur tak berbekas sedikitpun. Seluruh angggota tubuh kita terus berubah, namun apakah hati, jiwa dan akal budi kita juga berubah sesuai dengan tuntutan zaman, fungsi/jabatan atau tugas pengutusan kiranya menjadi tanda tanya besar. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa siap berubah, tentu saja berubah ke arah yang lebih baik, mulia dan luhur, dan hal itu berhubungan dengan 'budaya', yaitu: cara melihat, cara berpikir, cara merasa, cara bersikap dan cara bertindak. Jika kita senantiasa siap berubah, maka ketika harus menghadapi tantangan, masalah dan hambatan kita tidak akan berkata "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku". Marilah kita saling bekerjasama dan membantu dalam menghayati panggilan serta melaksanakan tugas pengutusan kita masing-masing, sehingga sebagai suami-isteri layak disebut sebagai suami-isteri, sebagai imam, bruder atau suster layak disebut sebagai imam, bruder atau suster. Dengan kata lain marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan karisma, visi dan misi hidup dan kerja bersama, dimana kita berada di dalamnya. Semoga sebagai pengikut atau murid-murid Yesus kita layak disebut sebagai sahabat-sahabat Yesus atau 'alter Christi'.
· "Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu" (Kej 18:33), demikian firman atau tanggapan Tuhan kepada Abraham, yang dengan susah payah dan kerja keras berusaha menyelamatkan warga Sodom dan Gomora, yang telah rusak cara hidup dan cara bertindaknya. Karena sepuluh orang baik maka ribuan warga Sodom dan Gomora tak jadi dimusnahkan, itulah yang terjadi. Jika kita membaca dan mendengarkan aneka pemberitaan via media masa, entah cetak atau elektronik, pada masa kini kiranya kita tahu bahwa negara kita Indonesia tercinta ini dalam bahaya kehancuran, karena permisifnya tindakan korupsi serta mahalnya kejujuran. Kasus di sebuah SD Negeri di wilayah Kodya Surabaya perihal ujian nasional yang baru lalu sungguh menarik, dimana masyarakat begitu membenci kejujuran atau bahkan mengusir kejujuran. Bukankah hal itu kurang lebih senada dengan Sodom dan Gomora? Maka marilah kita tetap tegar dan bergairah untuk memperjuangkan dan menghayati kejujuran, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Percayalah kejujuran pasti akan menang, dapat mengalahkan kebohongan dan korupsi. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Marilah meneladan bapa Abraham yang bekerja keras menemukan orang-orang baik dan jujur, percayalah bahwa di antara saudara-saudari kita pasti ada yang baik dan jujur, maka marilah kita lihat, cari dan ajak bekerjasama untuk menyelamatkan bangsa kita yang dalam bahaya kehancuran ini. Kepada orang baik dan jujur kami ajak untuk bangkit dengan rendah hati: hidup jujur dan memperjuangkan kejujuran di lingkungan hidup dan kerja masing-masing. Jangan takut terhadap aneka macam intimidasi atau tekanan masa yang tidak jujur.
Romo Ignatius Sumarya, SJ
27 Juni 2011
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Cukup banyak orang dengan mudah mengumbar janji, bangga ketika diangkat menjadi pemimpin atau fungsi/jabatan tertentu seraya berjanji akan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan setia dan sepenuh hati. Hal senada juga terjadi dalam hidup terpanggil, entah sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster: ketika mengawali hidup baru begitu menjanjikan hal-hal yang indah, mulia dan luhur. Namun dalam perjalanan waktu karena aneka tantangan, hambatan dan masalah apa yang mereka janjikan semakin kabur dan bahkan ada yang hancur tak berbekas sedikitpun. Seluruh angggota tubuh kita terus berubah, namun apakah hati, jiwa dan akal budi kita juga berubah sesuai dengan tuntutan zaman, fungsi/jabatan atau tugas pengutusan kiranya menjadi tanda tanya besar. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa siap berubah, tentu saja berubah ke arah yang lebih baik, mulia dan luhur, dan hal itu berhubungan dengan 'budaya', yaitu: cara melihat, cara berpikir, cara merasa, cara bersikap dan cara bertindak. Jika kita senantiasa siap berubah, maka ketika harus menghadapi tantangan, masalah dan hambatan kita tidak akan berkata "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku". Marilah kita saling bekerjasama dan membantu dalam menghayati panggilan serta melaksanakan tugas pengutusan kita masing-masing, sehingga sebagai suami-isteri layak disebut sebagai suami-isteri, sebagai imam, bruder atau suster layak disebut sebagai imam, bruder atau suster. Dengan kata lain marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan karisma, visi dan misi hidup dan kerja bersama, dimana kita berada di dalamnya. Semoga sebagai pengikut atau murid-murid Yesus kita layak disebut sebagai sahabat-sahabat Yesus atau 'alter Christi'.
· "Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu" (Kej 18:33), demikian firman atau tanggapan Tuhan kepada Abraham, yang dengan susah payah dan kerja keras berusaha menyelamatkan warga Sodom dan Gomora, yang telah rusak cara hidup dan cara bertindaknya. Karena sepuluh orang baik maka ribuan warga Sodom dan Gomora tak jadi dimusnahkan, itulah yang terjadi. Jika kita membaca dan mendengarkan aneka pemberitaan via media masa, entah cetak atau elektronik, pada masa kini kiranya kita tahu bahwa negara kita Indonesia tercinta ini dalam bahaya kehancuran, karena permisifnya tindakan korupsi serta mahalnya kejujuran. Kasus di sebuah SD Negeri di wilayah Kodya Surabaya perihal ujian nasional yang baru lalu sungguh menarik, dimana masyarakat begitu membenci kejujuran atau bahkan mengusir kejujuran. Bukankah hal itu kurang lebih senada dengan Sodom dan Gomora? Maka marilah kita tetap tegar dan bergairah untuk memperjuangkan dan menghayati kejujuran, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Percayalah kejujuran pasti akan menang, dapat mengalahkan kebohongan dan korupsi. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Marilah meneladan bapa Abraham yang bekerja keras menemukan orang-orang baik dan jujur, percayalah bahwa di antara saudara-saudari kita pasti ada yang baik dan jujur, maka marilah kita lihat, cari dan ajak bekerjasama untuk menyelamatkan bangsa kita yang dalam bahaya kehancuran ini. Kepada orang baik dan jujur kami ajak untuk bangkit dengan rendah hati: hidup jujur dan memperjuangkan kejujuran di lingkungan hidup dan kerja masing-masing. Jangan takut terhadap aneka macam intimidasi atau tekanan masa yang tidak jujur.
"Pujilah Tuhan hai jiwaku, pujilah nama-Nya yang kudus hai segenap batinku! Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan jangalan lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu; Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat" (Mzm 103:1-4)
Romo Ignatius Sumarya, SJ
27 Juni 2011