Aneka macam bentuk penyakit yang diderita oleh umat manusia pada umum secara umum lebih disebabkan oleh dosa-dosa atau ketidak-imanan manusia, entah dosa orang yang sedang menderita sakit sendiri atau dosa orang lain. Sebagai contoh ketika orang tuanya, khususnya sang ibu kena penyakit HIV karena pergaulan seks bebas, atau peminum minuman keras atau perokok dst.., maka ada kemungkinan anak yang dikandung dan dilahirkan dalam keadaan cacat, entah secara fisik, psikologis atau spiritual. Begitulah yang dikisahkan dalam Warta Gembira hari ini dimana ada seseorang yang buta sejak dilahirkan, hemat saya hal itu terjadi karena kekurangan atau dosa orangtuanya, khususnya ibunya yang telah mengandungnya dan melahirkannya. Ketika anak dalam keadaan cacat pada umumnya orangtua berusaha keras untuk menyembuhkannya, entah minta tolong dokter spesialis atau melalui aneka macam pengobatan alternative. Namun, hemat saya cacat phisik, psikologis atau spiritual sejak bayi kiranya sulit untuk disembuhkan, dan jika dapat sembuh hemat kami sungguh merupakan mujizat, sebagaimana dialami oleh si buta dalam warta gembira hari ini. Maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk lebih percaya pada penyelenggaraan Ilahi daripada usaha manusiawi.
"Percayakah engkau kepada Anak Manusia?" (Yoh 9:35)
Penyembuhan si buta menimbulkan polemik atau ketegangan di antara para tokoh Yahudi maupun masyarakat pada umumnya, sehingga si buta yang telah sembuh dan dapat melihat tersebut diusir dari rumahnya. Mereka tidak percaya bahwa yang menyembuhkan si buta adalah, Yesus, Mesias, Penyelamat Dunia, yang sebenarnya kedatangan-Nya mereka dambakan. Mendengar bahwa ia diusir dari rumahnya, maka Yesus dengan belas kasihan mencari dan menemuinya, dan kepadanya Ia bersabda: "Percayakah engkau kepada Anak Manusia? ". Menanggapi pertanyaan Yesus ini ia pun menjawab: "Aku percaya, Tuhan!"(Yoh 9:38). Selanjutnya Yesus bersabda: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." (Yoh 9:39).
Kita mungkin tidak buta mata phisik kita, tetapi ada kemungkinan buta mata hati atau jiwa kita, seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Maka baiklah kita mawas diri dengan rendah hati dan jujur: apakah kita buta hati dan buta jiwa alias kurang percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi dan lebih percaya pada apa-apa yang kelihatan. Marilah kita sadari dan hayati bahwa apa-apa yang kelihatan, entah itu manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan atau aneka harta benda karya manusia, tak pernah lepas dari Penyelenggaraan Ilahi atau karya Tuhan. Marilah kita "memandang, bagaimana Allah tinggal dalam ciptaan-ciptaan-Nya: dalam unsur-unsur memberi `ada'nya; dalam tumbuh-tumbuhan, memberi daya tumbuh; dalam binatang-binatang, daya rasa; dalam manusia memberi pikiran; jadi Allah juga tinggal dalam aku, memberi aku ada, hidup berdaya rasa dan berpikiran. Bahkan dijadikan olehNya aku bait-Nya, karena aku telah diciptakan serupa dan menurut citra yang Mahaagung" (St. Ignatius Loyola: LR no 235).
Percaya kepada `Anak Manusia', Yesus Penyelamat Dunia, berarti dengan rendah hati menghayati karya Tuhan atau Roh-Nya dalam ciptaan-ciptaan-Nya. Marilah kita buka dengan rendah hati mata hati dan mata jiwa kita maupun mata akal budi untuk melihat karya Tuhan atau Penyenggaraan Ilahi dalam ciptaan-ciptaanNya. Dengan kata lain kita dipanggil untuk hidup dan bertindak dalam dan dengan kecerdasan spiritual, yang antara lain memiliki cirikhas sebagai berikut:
Paulus mengingatkan orang-orang Efesus dan kita semua umat beriman bahwa "sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan" dan dengan demikian buah cara hidup dan cara bertindak kita adalah "kebaikan dan keadilan dan kebenaran'. Kita juga diingatkan untuk menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan atau aneka bentuk kejahatan. Pertama-tama dan terutama marilah kita berusaha dengan rendah hati dan dalam rahmat Tuhan senantiasa melakukan apa yang baik, benar dan adil dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun. Secara konkret hal itu berarti cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa membahagiakan dan menyelamatkan baik bagi diri kita sendiri maupun sesama kita, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwa.
Masa kini kiranya masih merajalela perbuatan-perbuatan kegelapan seperti "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya" (Gal 5:19-21). Hendaknya tanpa takut dan gentar menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan yang dihayati oleh saudara-saudari kita, dan tentu saja hal itu mengandaikan kita sendiri tidak pernah melakukan perbuatan-perbuatan kegelapan. Baiklah jika kita saling membantu baik dalam hidup dan bertindak adil, benar dan baik maupun dalam menelanjangi perbuatan-perbuatan jahat. Dalam kebersamaan kita akan lebih kuat, handal dan mampu daripada sendirian. Perbuatan-perbuatan kegelapan yang kiranya perlu kita perhatikan masa kini, lebih-lebih di kalangan remaja atau muda-mudi adalah `percabulan, kemabukan dan pesta pora', antara lain terkait dengan narkoba. Dalam era maraknya warnet maupun internet secara pribadi atau di rumah maupun dengan BB, rasanya dengan mudah para remaja dan muda-mudi tergoda untuk melakukan percabulan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan para orangtua untuk sungguh memperhatikan anak-anaknya dalam memfungsikan aneka macam sarana komunikasi modern masa kini seperti BB maupun computer untuk internetan dst..
Jakarta, 3 April 2011
Romo Ign Sumarya, SJ
"Percayakah engkau kepada Anak Manusia?" (Yoh 9:35)
Penyembuhan si buta menimbulkan polemik atau ketegangan di antara para tokoh Yahudi maupun masyarakat pada umumnya, sehingga si buta yang telah sembuh dan dapat melihat tersebut diusir dari rumahnya. Mereka tidak percaya bahwa yang menyembuhkan si buta adalah, Yesus, Mesias, Penyelamat Dunia, yang sebenarnya kedatangan-Nya mereka dambakan. Mendengar bahwa ia diusir dari rumahnya, maka Yesus dengan belas kasihan mencari dan menemuinya, dan kepadanya Ia bersabda: "Percayakah engkau kepada Anak Manusia? ". Menanggapi pertanyaan Yesus ini ia pun menjawab: "Aku percaya, Tuhan!"(Yoh 9:38). Selanjutnya Yesus bersabda: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." (Yoh 9:39).
Kita mungkin tidak buta mata phisik kita, tetapi ada kemungkinan buta mata hati atau jiwa kita, seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Maka baiklah kita mawas diri dengan rendah hati dan jujur: apakah kita buta hati dan buta jiwa alias kurang percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi dan lebih percaya pada apa-apa yang kelihatan. Marilah kita sadari dan hayati bahwa apa-apa yang kelihatan, entah itu manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan atau aneka harta benda karya manusia, tak pernah lepas dari Penyelenggaraan Ilahi atau karya Tuhan. Marilah kita "memandang, bagaimana Allah tinggal dalam ciptaan-ciptaan-Nya: dalam unsur-unsur memberi `ada'nya; dalam tumbuh-tumbuhan, memberi daya tumbuh; dalam binatang-binatang, daya rasa; dalam manusia memberi pikiran; jadi Allah juga tinggal dalam aku, memberi aku ada, hidup berdaya rasa dan berpikiran. Bahkan dijadikan olehNya aku bait-Nya, karena aku telah diciptakan serupa dan menurut citra yang Mahaagung" (St. Ignatius Loyola: LR no 235).
Percaya kepada `Anak Manusia', Yesus Penyelamat Dunia, berarti dengan rendah hati menghayati karya Tuhan atau Roh-Nya dalam ciptaan-ciptaan-Nya. Marilah kita buka dengan rendah hati mata hati dan mata jiwa kita maupun mata akal budi untuk melihat karya Tuhan atau Penyenggaraan Ilahi dalam ciptaan-ciptaanNya. Dengan kata lain kita dipanggil untuk hidup dan bertindak dalam dan dengan kecerdasan spiritual, yang antara lain memiliki cirikhas sebagai berikut:
1. Mampu untuk fleksibel (adaptasi aktif dan spontan)- hidup dari Roh/kehendak Tuhan
2. Memiliki kesadaran diri yang tinggi – menghati diri sebagai pendosa yang dicintai dan diutus oleh Tuhan
3. Mampu menghadapi dan menggunakan penderitaan - salib –> kebodohan bagi orang Yunani, batu sandungan bagi orang Yahudi, keselamatan bagi yang percaya
4. Mampu menghadapi dan mengatasi rasa sakit - mengikuti Yesus -> menelusuri jalan salib
5. Hidup dijiwai oleh visi dan nilai-nilai – hidup dan bertindak sesuai dengan konstitusi, pedoman, asas-dasar, anggaran dasar ??
6. Enggan untuk menyakiti orang lain – hidup dalam kasih pengampunan
7. Melihat hubungan dari yang beragam (holistik) – membangun dan memperdalam persaudaraan sejati
8. Bertanya `mengapa' dan `apa jika' untuk mencari jawaban mendasar – memiliki semangat magis, ongoing formation
9. Kemampuan/kemudahan untuk `melawan perjanjian' - reformator, bertobat terus menerus
"Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu." (Ef 5:8-11)
Paulus mengingatkan orang-orang Efesus dan kita semua umat beriman bahwa "sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan" dan dengan demikian buah cara hidup dan cara bertindak kita adalah "kebaikan dan keadilan dan kebenaran'. Kita juga diingatkan untuk menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan atau aneka bentuk kejahatan. Pertama-tama dan terutama marilah kita berusaha dengan rendah hati dan dalam rahmat Tuhan senantiasa melakukan apa yang baik, benar dan adil dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun. Secara konkret hal itu berarti cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa membahagiakan dan menyelamatkan baik bagi diri kita sendiri maupun sesama kita, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwa.
Masa kini kiranya masih merajalela perbuatan-perbuatan kegelapan seperti "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya" (Gal 5:19-21). Hendaknya tanpa takut dan gentar menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan yang dihayati oleh saudara-saudari kita, dan tentu saja hal itu mengandaikan kita sendiri tidak pernah melakukan perbuatan-perbuatan kegelapan. Baiklah jika kita saling membantu baik dalam hidup dan bertindak adil, benar dan baik maupun dalam menelanjangi perbuatan-perbuatan jahat. Dalam kebersamaan kita akan lebih kuat, handal dan mampu daripada sendirian. Perbuatan-perbuatan kegelapan yang kiranya perlu kita perhatikan masa kini, lebih-lebih di kalangan remaja atau muda-mudi adalah `percabulan, kemabukan dan pesta pora', antara lain terkait dengan narkoba. Dalam era maraknya warnet maupun internet secara pribadi atau di rumah maupun dengan BB, rasanya dengan mudah para remaja dan muda-mudi tergoda untuk melakukan percabulan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan para orangtua untuk sungguh memperhatikan anak-anaknya dalam memfungsikan aneka macam sarana komunikasi modern masa kini seperti BB maupun computer untuk internetan dst..
"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa." (Mzm 23)
Jakarta, 3 April 2011
Romo Ign Sumarya, SJ