Kisah Si Nenek Tua Tentang Santo Valentino

Hari itu tanggal 14 Februari beberapa tahun yang lalu. Temaram senja telah mulai turun menghiasi langit. Kuputuskan untuk menyegarkan diri dan meninggalkan kamar hotel sambil berjalan-jalan menikmati udara dingin. Kubiarkan saja ke mana kakiku melangkah. Sesaat kemudian, tak terasa aku telah tiba di Fontana di Trevi, sebuah air mancur bergaya Baroque di Trevirione di kota Roma, Italia.

Saat aku tiba, beberapa pasangan muda-mudi sedang duduk-duduk santai di tepi kolam. Anak muda penjual bunga menjajakan dagangannya kepada mereka. Seorang pria muda tampan membeli bunga mawar merah dan sambil menekukkan satu lututnya diberikannya bunga itu kepada kekasihnya. Kudengar dia mengucapkan beberapa kata ucapan cinta dalam Bahasa Italia yang terasa begitu indah di telingaku.

"Ah ya, bukankah hari ini hari Valentin, hari kasih sayang?" kataku dalam hati. "Saat tepat untuk mengungkapkan rasa cinta kepada sang kekasih tentunya. Hmm, betapa beruntungnya gadis itu," aku berkata sambil berkomat-kamit.



"Buon pomeriggio, Signorina," seorang wanita tua menyapaku 'Selamat Sore'. Dengan senyum ramah wanita tua itu mengajakku duduk di undakan batu. "Perchenon festeggiare San Valentino insieme al tuo ragazzo?" nenek itu bertanya mengapa aku tidak merayakan hari Valentin bersama kekasihku. Dengan sedikit malu, aku menjawab bahwa di Indonesia tidak ada tradisi Valentin dan aku berpegian ke Eropa sendirian saja.



"La sapevi, signorina, la storia di San Valentino?" nenek itu bertanya apakah aku tahu tentang kisah Santo Valentin.

"Hmm, non proprio... - tidak begitu tahu...," jawabku.

"Volate ascoltare il suo racconto da me - Maukah kamu mendengarkan kisahnya dariku?" tanya si nenek itu.

Aku menganggukkan kepala tanda setuju. Nenek itu pun membuka kisahnya dengan panjang lebar,"Kita tidak akan pernah benar-benar tahu persis siapa Santo Valentino atau apa yang dia lakukan, tapi cerita tentang Santo populer itu telah memberikan kontribusi pada tradisi liburan Valentin. Gereja Katolik mengakui setidaknya ada 3 orang kudus berbeda yang bernama Valentino atau Valentinus. Meskipun ada 2 cerita utama tentang Santo Valentin, mungkin sebenarnya kedua cerita itu bersumber dari kehidupan satu orang saja."

Nama Valentine berasal dari kata "valens" (artinya: worthy, berguna, berjasa; strong, kuat; powerful, sangat kuat), nama yang sangat populer di Roma pada zaman dulu.

Sambil membetulkan syalnya, nenek itu melanjutkan ceritanya. "Beberapa orang percaya Santo Valentin adalah seorang imam Katolik dan juga dokter di kota Roma yang dipukul sampai mati saat terjadi penganiayaan kepada para penganut Kristen oleh Kaisar Claudius II, yang memerintah pada tahun 268-270. Beberapa catatan mengatakan bahwa sebelum menjadi martir, Santo Valentin dilemparkan ke dalam penjara di mana dia berteman dengan putri sipir penjara yang buta dan pulih penglihatannya berkat pertolongannya. Pada hari eksekusinya, ia meninggalkan catatan bagi gadis itu untuk berterima kasih atas persahabatan mereka dan menandatanganinya dengan: 'Dari Valentin'. Beberapa catatan mengatakan Santo Valentin beberapa kali menggosokkan salep di mata gadis itu atau terus berdoa untuk kesembuhannya. Legenda lain menyebutkan Santo Valentin meninggalkan bunga dalam catatan perpisahannya, dan bunga itu menyembuhkan sang gadis. Catatan ini mungkin merupakan ungkapan valentin pertama."

Sambil merasakan dinginnya udara yang semakin menusuk tulang, saya manggut-manggut mendengarkan cerita si nenek.

"Kamu kedinginan, ya? Apakah kamu masih mau mendengarkan kelanjutan kisah ini?" tanya si nenek dengan penuh perhatian.

Sambil nyegir saya menjawab, "Udara di negeri saya tidak sedingin ini. Tapi, ya, saya mau Anda melanjutkan kisah yang sangat menarik ini."

Si nenek menggeser duduknya sedikit merapat kepadaku seolah ingin menyalurkan sedikit kehangatan kepadaku." Kisah kedua, dan mungkin lebih terkenal adalah bahwa Santo Valentin adalah seorang imam yang menikahkan para pasangan pada masa pemerintahan Claudius II, yang dilarang menikah demi menjaga prajuritnya agar lebih fokus pada perang daripada pada istri-istri mereka. Imam ini akhirnya tertangkap dan menjadi martir. Ada yang mengatakan, ketika ia berada di penjara, para pasangan menyelipkan catatan dan bunga ke dalam sel untuk berterima kasih kepadanya, karena percaya akan pernikahan dan cinta."

Sambil tersenyum lembut nenek itu melanjutkan ceritanya, "Kedua Santo Valentin ini diyakini menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Sungguh menarik untuk dicatat bahwa pada zaman Roma kuno, 14 Februari adalah hari menghormati Juno - ratu para dewa dan dewi Romawi, yang juga dewi perempuan dan perkawinan. Dan 15 Februari adalah awal dari hari raya Lupercalia, di mana anak laki-laki Romawi menarik nama-nama gadis Romawi dari guci dalam rangka memilih pasangan untuk festival. Di Gereja Kristen awal, para imam Roma mencoba mengkristenkan hari raya kaum kafir dengan menempatkan nama-nama orang kudus dalam guci sehingga mereka yang memilih akan menarik nama Santo Pelindung untuk tahun yang akan datang, bukannya nama seorang gadis. Paus Gelasius-lah yang menyatakan tanggal 14 Februari 496 sebagai hari untuk menghormati Santo Valentin."

Pada tanggal 14 Februari itulah Santo Valentin dikebumikan di Via Flaminia, di bagian utara kota Roma.

"Selain kisah 2 Santo itu tadi, selama Abad Pertengahan, ada gagasan populer bahwa burung-burung mencari pasangannya pada pertengahan Februari, sehingga 14 Februari dengan sendirinya menjadi hari bagi bagi para pasangan," pungkas si nenek.

Semakin banyak anak muda datang dan berkumpul di sekeliling air mancur. Nenek itu memanggil penjual bunga dan membeli setangkai mawar merah yang sangat indah. Dengan penuh semangat seperti layaknya orang Italia, nenek itu berkata sambil mengulurkan setangkai bunga mawar itu kepadaku, "Una bella rosa a San Valentino per una bella donna da Asia - Setangkai mawar cantik di hari Valentin untuk wanita Asia yang cantik."

Aku menerimanya dengan penuh haru. Tiba-tiba nenek itu menarikku dengan kuat dan memeluk serta mencium pipiku kiri-kanan sambil berbisik, "Lemparkanlah koin-koin ke air mancur Trevi melewati bahu kirimu dan berdoalah semoga kamu akan kembali ke sini bersama Valentinmu."

"Godetevi la vostra visita in Italia, Signorina. Buona notte. Arrivederci - Nikmatilah kunjunganmu di Italia, Nona. Selamat Malam, Selamat Berpisah....," pamitnya.

Aku berjalan mendekat ke tepi kolam. Kuambil 3 koin Euro. Seperti saran Nenek, kulemparkan koin-koinku dan melambungkan harapanku untuk kembali ke Italia suatu saat nanti. Semoga bersama Valentin-ku.

Aku berjalan perlahan, pergi meninggalkan kompleks air mancur Trevi sambil termenung. Aku yakin bahwa harapan dari Santo Valentin adalah kita saling memberikan cinta yang tulus kepada semua orang yang kita kasihi setiap saat dan setiap waktu. Ungkapan rasa kasih sayang dan cinta hendaknya tidak hanya diungkapkan pada hari Valentin.

Selamat Hari Valentin!

(Ditulis oleh Brigita T. Pudjodarminto. Sumber: Majalah Utusan No. 02, Tahun ke-61, Februari 2011)