Menggali Makna Bagian-bagian Misa: Ritus Penutup dan Berkat (23)

Ritus Penutup



Ritus Penutup berfungsi untuk mengakhiri seluruh rangkaian Perayaan Ekaristi, dan mengantar umat untuk kembali ke perjuangan hidup sehari-hari, dan menjalankan perutusannya di dunia. Inti Ritus Penutup adalah Berkat dan Pengutusan. Sebelum berkat dan pengutusan, disampaikan pengumuman. Memang paling ideal pengumuman ditempatkan sebelum berkat dan pengutusan, yaitu setelah Doa sesudah Komuni. Karena di bagian ini suasana umat beriman sangat kondusif, yaitu Misa hampir usai, dan umat siap menjalankan perutusannya di dunia. Bukankah pengumuman berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut kegiatan umat beriman dalam rangka perutusannya?

Pengumuman hendaknya dibuat singkat. Yang perlu untuk diumumkan adalah hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama dan pengumuman perkawinan. Pengumuman yang lain dapat dimasukkan di warta paroki atau lembaran teks misa, supaya Ekaristi tidak terlalu lama gara-gara pengumuman yang panjang.

Menjelang berkat dan pengutusan, imam diperkenankan untuk memberikan pengantar dengan sangat singkat. (Fr. A. Pramono)

Berkat

Sebelum berkat Tuhan disampaikan, imam menyapa umat dengan rumusan dialog salam: “Tuhan sertamu”/”Tuhan bersamamu”. Umat menjawab: “Dan sertamu juga”/“Dan bersama rohmu”. Kita mengimani bahwa dengan dialog ini berarti Tuhan sungguh hadir dan menyertai umat-Nya. Lalu imam menyampaikan berkat Allah dengan menyebut nama Allah Tritunggal: Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Makna berkat di sini bukanlah berkat “sesuatu” yang berbentuk barang, tapi adalah diri Allah sendiri. Dengan menerima berkat, kita disatukan dengan persekutuan Allah Tritunggal. Artinya kita masuk dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal, sumber dan tujuan hidup manusia dan alam semesta. Melalui berkat Tuhan yang kita terima ini, memampukan kita untuk melaksanakan tugas perutusan kita di dunia ini.

Ada 3 alternatif pemberian berkat: (1) Berkat Sederhana. Setelah dialog salam, imam langsung memberikan berkat Tuhan dengan menyebut nama Allah Tritunggal. (2) Berkat Meriah. Sesudah dialog salam, berkat meriah ditandai dengan 3 pernyataan doa yang setiap kali dijawab Amin oleh umat, dan diakhiri dengan berkat Tuhan dengan menyebut nama Allah Tritunggal. (3) Berkat dengan Doa untuk Umat. Sesudah dialog salam, imam mengulurkan kedua tangan ke arah umat sambil berdoa. Doa untuk umat ini diakhiri dengan jawaban Amin oleh umat. Setelah Doa untuk Umat, imam memberikan berkat Tuhan dengan menyebut nama Allah Tritunggal. Cara berkat ini dahulu dibatasi untuk Misa Harian selama masa Prapaskah. Tapi sekarang dapat digunakan sepanjang tahun. (Fr. A. Pramono)

Sumber :Fr Antonius Pramono
Martasudjita,E.Pr., Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral, Yogyakarta: Kanisius 2005.


HOMILI: Jumat, 11 Juni 2010 HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS

HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS
BACAAN I: Yeh 34:11-16 Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku, dan Aku akan membiarkan mereka berbaring tenang.
MAZMUR TANGGAPAN: Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6 Refr. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
BACAAN II: Rm 5:5b-11 Allah melimpahkan kasih-Nya atas kita.
I N J I L: Luk 15:3-7 Bergembiralah bersama dengan daku, sebab dombaku yang hilang telah kutemukan.

"Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan."

Suatu pengalaman dan kenyataan yang sungguh konkret kita hayati atau alami setiap hari: ketika ada saudara atau saudari kita sedang sakit serta dirawat di rumah sakit pada umumnya kita sungguh memberi perhatian, apalagi ketika ada sahabat, kenalan atau saudara kita mati alias dipanggil Tuhan. Sebaliknya ketika mereka dalam keadaan baik alias biasa-biasa saja pada umumnya kita kurang memberi perhatian. Hal yang senada terjadi dalam diri kita, tubuh kita sendiri: ketika anggota tubuh kita sehat semuanya pada umumnya kita hidup seenaknya, sebaliknya ketika ada anggota tubuh kita atau bagian tubuh kita yang sakit kita akan memberi perhatian luar biasa; mau mandi diperhatikan, mau tidur diperhatikan, dst… Beaya perawatan yang sedang sakit untuk menjadi sembuh pada umumnya mahal, lebih mahal dari hidup biasa jika dihitung per hari, namun demikian dengan segala upaya dan daya, termasuk cari pinjaman jika perlu, kita akan menyediakan beaya perawatan tersebut. Kegembiraan luar biasa terjadi ketika yang sakit menjadi sembuh. Pengalaman manusiawi tersebut di atas kiranya baik sebagai jembatan untuk merenungkan Hati Yesus Yang Mahakudus, yang kita rayakan hari ini.

"Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (Luk 15:6-7).

Hati Yesus yang tergantung di kayu salib ditusuk tombak, dan dari Hati-Nya/lambung-Nya mengalirlah air dan darah segar, lambang sakramen-sakramen Gereja yang menyelamatkan. Hati yang terluka dan terbuka juga melambangkan penyerahan Diri Yesus secara total kepada kehendak Allah demi keselamatan seluruh dunia/umat manusia. Hati yang terbuka mengundang dan memanggil semua orang berdosa untuk masuk ke dalam Hati-Nya guna mohon kasih pengampunan, `minum air dan darah segar', yang menghidupkan dan menyegarkan. Jika kita jujur mawas diri, kami percaya kita semua adalah orang-orang berdosa yang membutuhkan kasih pengampunan atau pertobatan, maka marilah kita bersembah-sujud kepada Hati Yesus yang tergantung di kayu salib. Percayalah dengan sepenuh hati bahwa jika kita bersembah-sujud kepada-Nya pasti akan menerima kasih pengampunan, dan dengan demikian kita sungguh hidup, segar bugar baik secara jasmani maupun rohani. Kita dikuasai atau dirajai oleh Hati-Nya Yang Mahakudus dan dengan demikian kita juga dipanggil untuk meneladan Hati-Nya, yang mengalirkan air dan darah segar. Meneladan Hati Yesus Yang Mahakudus berarti sepak terjang, perilaku, cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun menggairahkan dan menyegarkan orang lain; cara hidup dan cara bertindak kita mengundang dan memberdayakan orang lain untuk bertobat atau memperbaharui diri, semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

"Akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan". Sabda Yesus ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita semua, entah sebagai orang berdosa atau merasa diri sebagai orang baik. Yang merasa berdosa kami harapkan dengan rendah hati mohon kasih pengampunan Tuhan, sedangkan yang merasa diri baik hendaknya hidup penuh dengan syukur dan terima kasih seraya menghayati bahwa semua kebaikan yang ada adalah anugerah Tuhan. Berdevosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus memanggil kita untuk hidup dan bertindak dengan rendah hati, penuh syukur dan terima kasih, karena perhatian Tuhan yang luar biasa kepada kita orang-orang yang lemah, rapuh dan berdosa ini. "Waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar -- tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati" (Rm 5:6-7)

Yesus yang baik `berani mati' bagi kita semua orang berdoa, demi keselamatan dan kebahagiaan kita semua, orang-orang durhaka dan berdosa. Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia dengan mempersembahkan diri seutuhnya, wafat di kayu salib; Ia menjadi pemenuhan ramalan para nabi, sebagaimana juga dikatakan oleh nabi Yeheskiel ini :"Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya" (Yeh 34:16). Kita semua yang berbakti atau berdevosi kepada Hati Yesus Yang Mahakudus dipanggil untuk meneladan Dia, memenuhi ramalan atau apa yang dikatakan oleh nabi Yeheskiel tersebut, maka marilah apa yang dikatakan nabi Yeheskiel tersebut juga menjadi kata-kata kita serta kita wujudkan ke dalam tindakan konkret.

Marilah kita cari yang hilang, kita bawa pulang yang tersesat, kita balut yang luka, kita kuatkan atau sembuhkan yang sakit, kita lindungi yang gemuk dan kuat, dst..dengan kata lain kita gembalakan mereka semua, lebih-lebih mereka yang setiap hari hidup atau bekerja bersama dengan kita. Meneladan Hati Yesus yang Mahakudus antara berarti bersikap mental sorang gembala yang baik Gembala baik pada umumnya berani mati bagi yang digembalakan, karena sangat mengasihi mereka yang harus digembalakan. Gembala baik mengasihi yang digembalakan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh.

Para orangtua, guru/pendidik atau pemimpin kami harapkan bersikap mental gembala baik dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas kewajiban. Orangtua menjadi gembala bagi anak-anaknya, guru/pendidik menjadi gembala bagi para peserta didik, dan seorang pemimpin menjadi gembala bagi para anggotanya. Sebagai gembala pertama-tama memang harus baik, dikasihi oleh Tuhan maupun sesamanya; kemanapun pergi dan dimanapun berada senantiasa mempesona, menarik dan memikat bagi yang lain untuk mendekat dan mengasihinya. Gembala yang baik mengenal yang digembalakan, menuntun keluar ke padang hijau domba-dombanya, dst.. Para orangtua hendaknya sungguh mengenal anak-anaknya dan kemudian mendidik dan mendampinginya menuju ke kedewasaan sejati, menjadi pribai yang cerdas spiritual. Para guru/pendidik hendaknya sungguh mengenal para peserta didik sehingga dapat mendampingi dengan baik, menolong mereka untuk menemukan jalan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Sang pemimpin hendaknya mengenal semua anak buahnya dan kemudian mengusahakan kebersamaan hidup dan kerja sedemikian rupa sehingga semua orang merasa kerasan, bahagia dan nikmat tinggal dan bekerja di dalamnya. Baik orangtua, guru/pendidik maupun pemimpin hendaknya juga bersikap mental untuk `mencari yang hilang', alias memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan, yang sakit dan menderita, yang lemah dan tak berdaya, dst…

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa." (Mzm 23)

Jakarta, 11 Juni 2010

Ign Sumarya, SJ


Sejarah Paroki Santo Antonius Purbayan

Sebelum tahun 1859 Gereja Katholik Surakarta dilayani langsung dari Semarang. Orang Surakarta pertama yang dibaptis adalah Anna Catharina Weynschenk (14 Nopember 1812) dan Georgius Weynschenk (24 Nopember 1813) Pada hari itu ada 59 orang dibaptis. Kemudian pada tahun 1859 stasi Ambarawa didirikan, meliputi daerah Salatiga, Ambarawa, Surakarta, dan Madiun. Pada waktu itu stasi Ambarawa berada di bawah pimpinan Rm. Yohanes F. V . D. Haegen, dengan jumlah umat 1787 orang (1206 di antaranya adalah tentara).

Tanggal 29 Oktober 1905 Rm. Cornelis Stiphout SJ dari Pastoran Ambarawa, mendapat ijin mengadakan undian untuk mendirikan Gereja di kota Solo. Usaha ini berhasil. Dalam kondisi darurat, karena gereja belum selesai di bangun, Misa yang pertama kali diadakan di Pastoran pada tanggal 22 Desember 1907.

Akhirnya, pada Nopember 1916 Gereja St. Antonius Purbayan berdiri di Surakarta dengan surat pengangkatan tahun 1918, dan diberkati. Romo C. Stiphout SJ diangkat sebagai Pastor Paroki yang Pertama di Gereja St. Antonius semakin berkembang dan mulai mencoba menekuni badang pendidikan. Melalui pejuangan keras Pastor Strater dalam usaha untuk mendapatkan tempat dan perijinan dari pamong praja setempat saat itu, akhirnya berhasil pada tahun 1921 sekolah HIS berhasil didirikan. Pada waktu itu juga Bapak Soemadisastro diangkat menjadi Kepala Sekolah.

Sayang sekali Rm. C. Stiphout SJ tidak lama bertugas di Purbayan. Pada tahun itu juga (tepatnya 16 Pebruari 1921), Rm. Hermanus J. Jansen SJ. Dari Tomohon ditugaskan mengganti tugasnya sebagai Pastor Paroki Purbayan. Beberepa bulan kemudian (4 Juli 1921 ) Gereja membuka sekolah HIS Sosronegaran meskipun hanya dengan kelas tiga. Untuk memberi pelajaran agama dan budi pekerti, dua bulan sekali, Rm. H.E.V. Driessche dan Bapak Purwa datang ke Solo mengajar murid-murid HIS. Setahun berikutnya HIS pindah ke Purbayan memakai tempat calon rumah biara suster-suster Fransiskus. Ini berlangsung selama satu tahun. Sementara itu HIS mempersiapkan gedung sekolahnya yang baru, yang nantinya ditempati, dengan H. I. W. Wormer sebagai Kepala Sekolahnya.

Tanggal 4 Juli 1922 SD Kanisius mulai dibuka oleh Rm. Houvenaars ke Weltevreden SJ. Diantaranya SDK Jayengan, SDK Semanggi, SDK Sorogenen, dan SDK Bromantakan. Oleh kaeana pada masa itu belum ada orang Jawa yang berkarya sebagai misionaris, timbul rasa was-was di hati para rama akankah diterima pelajaran agama katholik yang masih asing dan baru itu. Diluar dugaan, ternyata murid yang masuk mencapai 300 anak. Beberapa waktu kemudian tanah yang terletak di dekat Pastoran dapat dibeli, sehingga timbul harapan akan dibangunnya gedung sekolah yang baru dan lebih baik. Tanggal 15 Januari 1923 Rm.

Cornelis Lucas SJ dari Muntilan, pindah ke Surakarta. Jadwal tugasnya: lima hari di Solo dan dua hari di Klaten. Mulai saat ini setiap hari Minggu pasti ada Misa. Tahun 1924 - 1929 Rm. Houvenaars S J diangkat menjadi Pastor Paroki Purbayan. Tidak lama sesudahnya, sekolah rakyat dengan bahasa pengantar Jawa untuk pertama kalinya dibuka (SDK Kebalen). Menyusul kemudian sekolah rakyat yang kedua pun di buka (1924). bulan kemudian Rm. J. Brendsen SJ dari Muntilan menjadi Misionaris di Surakarta, sedangkan Rm. Lucas Tanggal 19 Agustus 1924 Rm. Jansen SJ dipindahkan dan tiga SJ pindah ke Muntilan menjadi misonaris di sana.

Tahun 1925 Suster-suster Fransiskus datang di kota Solo dan tahun menjadi SD Marsudirini. Bersamaan dengan kedatangan suster-suster tersebut, Rm. berikutnya membuka sekolah untuk anak-anak perempuan yang sekarang dikenal Karel De Hoog SJ yang datang dari Belanda dan ditugaskan di Yogyakarta, yaitu di Ignatius College, sempat tinggal sementara waktu di Purbayan. Sebagai penggantinya, Rm. Henricus J. M Koch SJ dari Yogyakarta di pindah ke Surakarta. Tanggal 26 Juni 1926 Bruder-bruder FIC mengambilalih sekolah HIS yang didirikan tahun 1921/1922 (SD Pangudi luhur). Bruder-bruder tersebut diantaranya adalah Br. Seardus, Br. Laurentius, Br. Yustus, dan Br. Leboinus.

Tanggal 19 April 1922 Rm. Arnoldus Van Velsen SJ misionaris dari Muntilan dipindahkan ke Solo. Menyusul dibukanya SDK Pucangsawit dan SDK Sorogenen. Tanggal 20 April 1926 Sekolah St. Melani dibuka dengan 20 murid dan masa pendidikan tiga tahun, dibawah pimpinan Ibu Th. Hardjasubrata. Setelah sekolah ini dapat berjalan dengan lancer, kumpulan Melani mencoba membuka Sekolah Dasar lengkap dengan masa studinya enam tahun di Serengan. Didalam masa tugasnya sebagai pastor Paroki, Rm. Hauvernaas SJ membeli tanah di Pucangsawit untuk tempat pekuburan Katholik.Disamping itu, beliau juga mendirikan Maeria Congregatie untuk bapak – bapak guru Jawa. Tahun 1928 mulai banyak sekolah-sekolah didirikan, diantaranya sekolah ELS, HIS Bruderan, HIS Susteran dan sekolah Rakyat, seluruhnya berjumlah sembilan sekolah. Sayang Rm.A. V. Velsen SJ harus pindah ke Magelang (5 Januari 1928) dan sebagai gantinya Rm. Cornelius Versteeg SJ (dari Buitenzorg ) ditugaskan di Solo.

Tanggal 2 Juni 1929 Rm Jacobus Schots sehabis cuti dari Belanda, di tugaskan ke Solo. Beliau mendirikan gereja di Baturetno, Wonogiri. Seminggu kemudian, Rm. Hauvernaas SJ pindah ke Semarang dan Rm. H. J. M. Koch SJ diangkat menjadi Pastor Paroki Purbayan. Pada awal bulan Juli 1929 lahirlah sekolah Yayasan Triyasa di Surakarta, yang didirikan oleh tiga perkumpulan, yaitu Wanita Katolik, Katolik Wandawa, dan PPKD. Sekitar tahun 1930 Rm. B Hagdorn SJ mengangkat Bapak A. Mujikuwat Sastrawinata menjadi koster gereja yang pertama. Pada waktu itu, Rm. Koch SJ mendatangkan patung-patung dari Belanda serta dua lonceng yang diberi nama St. Maria dan St. Ignatius. Benda-benda tersebut sampai saat ini masih ada di Gereja St.Antonius Purbayan. Menyusul kemudian tanggal 14 Januari 1930 Rm. J. Sevink SJ dari Betawi pindah ke Solo.

Tanggal 14 Agustus 1931 Rm. B. Hagdorn SJ menggantikan jabatan Rm. Koch SJ yang telah berakhir masa tugasnya sebagai Pastor Paroki di Purbayan.Rm. Hagdorn ini rajin membina dan memberi semangat pemuda-pemudi untuk menjadi Pastor, Bruder,atau Suster. Usaha beliau tidaklah sia-sia, karena ada beberapa orang yang kemudian menjadi pastor. Sejak saat ini, misa kudus pada hari Minggu menjadi tiga kali. Misa I (05.30) dengan bahasa Belanda, Misa II dengan bahasa Jawa dan Misa III dengan bahasa Belanda. Pertambahan umat setiap tahunnya mencapai sekitar 100 orang.

Tahun 1935 Rm. Hagdorn SJ digantikan oleh Rm. C. Ruijgrok SJ. Oleh karena alasan kesehatan ( sakit asma ), Rm. Ruijgrok hanya tiga tahun menjadi pastor Paroki. Selama itu beliau dibantu oleh beberapa orang pastor, diantaranya yaitu Rm. A. Elfrink MSF, dan Rm.Van Tiel MSF, Rm. J. Schots SJ, dan Rm. Chr. Hendriks MSF. Untuk santapan rama masakan dipesan dari hotel Yuliana di sebelah kanan gereja yang sekrarang menjadi gedung C. P. M. Surakarta.

Tanggal 10 September 1938 Rm. C. Verhaar SJ mulai menjabat sebagai pastor Paroki dan membentuk Dewan Gereja (Dewan Paroki), yang terdiri dari ketua Rm. Verhaar SJ, sekertaris Rm. Schots, dan anggota Mr. W.C. Haye. Saat inilah gereja mulai diramakan dengan berbagai aktifitas keanggotaan, diantaranya:

a. Koor dengan nama St. Cecillia. Koor ini di pimpin oleh Rm. Verhaar SJ, didirigen oleh A.V Balen, organis oleh Bruder Euginius. Khusus untuk koor Jawa dipimpin oleh Rd.C.Hardjosoebroto dan organis R. Fr. Atmapranata.
b. Pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah, antara lain Yayasan Bruderan yang di pimpin oleh Br. Yustus.Kepala Sekolah HIS dipegang oleh Br. Fabianus. Room Katolik MULO dipimpin oleh Br.Yustus dibantu oleh Br. Seraphion, Br.Gerontius, Br. Richarius, Br. Pancratio, Rd. C. Hardjasoebrata, dll. RK. Schakeschool di bawah pimpinan Br. Marcelianus. NSC oleh Br.Albertus. Yayasan sustr-suster Fransiskanes dengan ketua moderator M. Corona. Ada kelas persiapan yaitu Voorklas HIS. R.K. Vakschool (sekolah kejuruan) dengan kepala sekolah Z. Agatha. Eur Frobelschool dipimpin Zr.Louisine. Volkschool oleh Z. Pauline. St.Stanislaus ELS dengan kepala sekolah F. Brand. St. Theresiaschool ELS dipimpin oleh A.Balen St.Melaniawerkvoor Java mempunyai beberapa sekolah murid perempuan.
c. Kerasulan Doa, dipimpin oleh Rm.Verhaar SJ
d. Kongregatie Maria: - Untuk pria Jawa dipimpin oleh R.p.Th.Poesposoeparto SJ
- Untuk wanita Jawa dipimpin oleh R,P.J. Schots SJ
- Untuk muda – mudi dipimpin R. P. Veraar SJ
- Untuk pemudi Jawa dipimpin R.P.Poesposoeparto SJ
e. Kelompok organis mudika dan Persatuan Pemudi Katolik yang dibimbing oleh Rama Verhaar SJ
f. Himpunan Pramuka Katolik.
g. Perkumpulan Karikatif dengan ketuanya Mevr. Van Balen, moderator Rm Verhaar,dan sekertaris Mevr. C. Siem Adriaanse.
h. Karya Melania dengan ketua Mevr. F. Coenders

Dan yang lebih penting, perayaan Misa mengalami beberapa perubahan. Kegiatan keagamaan untuk Misa Kudus diadakan pukul 08.30. Misa Agung pukul 17.30 dan setiap Jumat pertama diadakan Misa Kudus pukul 05.30, pukul 06.45 dan pukul 07.30. Selain itu, pada setiap Minggu sore diadakan Lof (puji-pujian / astuti). Oleh karena sedemikian banyaknya kegiatan yang dilakukan gereja St.Antonius Purbayan, umatpun semakin lama semakin bertambah banyak. Sampai-sampai Gereja Purbayan tidak mampu memuat seluruh umat. Maka diadakan rencana untuk membangun gereja baru.

Setiap Minggu Umat Paroki Purbayan mengadakan kolekte khusus untuk sumbangan pembangunan gereja baru dan mengadakan kegiatan pengumpulan dana. Bahkan Belanda juga memberikan bantuan berupa lonceng, kaki lilin, kelinting, alat-alat perlengkapan Misa dan Tabernakel. Selain itu, juga didatangkan rama-rama MSF yang untuk sementara waktu tinggal dengan rama-rama SJ di Pastoran Purbayan. Mereka itu diantaranya Rama Chr. Hendriks MSF. Sedangkan yang mendapat tugas mengurus persiapan dan pelaksanaan pembangunan gereja adalah Rama Elfrink MSF.

Peletakan batu pertama dilakukan tanggal 16 September 1938 dan diberkati oleh Rama Verhaar SJ dengan didampingi oleh Rama Th. Poesposoeparto SJ dan Rama Chr. Hendriks MSF. Dalam upacara tersebut dilakukan penandatanganan prasasti berturut-turut oleh Gubernur, Rama Verhaar dan Rama Hendriks. Kemudian prasasti dimasukkan ke dalam tabung timah bersama dengan tiga keping mata uang logam bernilai ½ sen, 1 sen, dan 1 picis (10 sen), yang melambangkan umat yang tergolong miskin, cukup dan kaya. Tabung ditutup dan dimasukkan ke dalam pondamen, diplester oleh Rama Verhaar, diperciki air suci lalu ditindih dengan batu gandengan bertulis alpha dan omega. Terakhir, seluruh pondamen diperciki air suci.

Pembangunan Gereja Purbayan ini diikuti dengan pembangunan gereja Puswasari. Gereja St. Petrus Purwasari berdiri pada bulan Mei 1940. Dua tahun kemudian, Gereja St. Petrus diresmikan (29 Juni 1942) dan berdiri sendiri terpisah dari Paroki Purbayan. Dengan selesainya pembangunan Gereja St. Petrus, selesai pula masa tugas Rama Verhaar. Untuk selanjutnya tugas-tugas beliau digantikan oleh Rama Th. Poesposoeparto SJ selaku Pastor Paroki Purbayan.

Tahun 1942 Jepang masuk ke Indonesia dan keadaan umat mulai kacau. Setiap malam selalu terdengar tembakan senapan mesiu dan mortar sampai pagi. Akhirnya Belanda mengaku kalah dan menyerahkan kekuasaannya kepada Jepang. Gereja St. Petrus yang belum lama berdiri didatangi perampok-perampok, sehingga apa saja yang ada diangkut habis. Akan tetapi, berkat Tuhan dan keuletan bapak Koster yang menggunakan taktik menahan mereka, Gereja Purbayan selamat. Setelah ada perampokan tersebut, dikeluarkan instruksi bahwa para pastor akan diinternir dan gereja-gereja akan ditutup. Tetapi Gereja St.

Petrus tetap terbuka, karena seluruh isi bahkan pintu-pintunya telah hilang dibawa perampok. Tiga tahun kemudian Jepang menyerah kepada Sekutu dan meninggalkan Indonesia. Suasana kota Solo pun berubah menjadi cerah. Banyak pastor tamu datang membantu paroki Surakarta, diantaranya Rama A.P Purwadiharja Pr. dan Rama L. Daroewendo SJ. Tahun 1949 Slamet Riyadi dipermandikan dengan nama Ignatius (24 Desember); beliau dikenal sebagai pahlawan nasional.

Tahun 1950 rama Poesposoeparto digantikan oleh Rama C. Martawerdaya SJ. Dan yang bertugas sebagai Pastor Pembantu adalah Romo A.P Purwadiharja Pr., Rama A. Tjakrawardaya Pr. dan Rama H. Wakkers SJ. Jumlah baptisan pada masa ini 606 orang. Ini adalah jumlah yang paling tinggi untuk dasawarsa lima-puluhan. Tahun 1955 Rama J. Darmoyuwono Pr. datang dan tinggal di Paroki Purbayan. Beliaulah yang nantinya mendirkan gereja Purbawardayan sekaligus memberkatinya (1961). Kelak di kemudian hari Rm. Darmoyuwono dipilih menjadi uskup Agung Semarang dan kemudian diangkat menjadi Kardinal.

Tahun 1958 Rm. H.Wakkers SJ diangkat menjadi Pastor Paroki Purbayan.
Pada waktu itu pelajaran agama berjalan dengan baik, bahkan ada kursus guru agama.Misa pada hari Minggu tidak hanya tiga kali melinkan sudah lima kali, setiap pagi dan sore. Pastor Pembantu antara lain Rm. S. Tan Kiong Hwat Pr, Rm. A. Tjakrawardaya Pr, dan Rm. A. Timotheus menciptakan wayang Katholik yang di sebut wayang wahyu. Karena mulai bulan Juli 1971 Rm. Wakkers SJ bertugas mengunjungi Sragen dan Kedung Banteng, maka kedudukannya digantikan oleh Rm. C. Prawirasuprapta SJ. Sebagai kenang – kenangan, Rm Prawirasuprapta membangun beberapa kamar pengakuan dosa dan ruang pelajaran agama.

Tahun 1963 Rm. Prawirasuprapta diganti oleh Rm. J. Mulder SJ sebagai Pastor Paroki Purbayan. Dalam menjalankan tugasnya, beliau dibantu oleh Rm. G. Chetelat SJ, Rm. F. Leber SJ, dan Rm. Oosthout SJ. Sebagai kenangan, Rm. Mulder membangun pagar gereja,pagar gedung paroki,Pastoran serta menambah beberapa kursi dan bangku gereja. Bersamaan dengan ini meletus pulalah pertempuran G30S/PKI. Namun demikian, setiap malam Pastoran dijaga pemuda-pemuda Katholik yang digerakkan oleh Bapak Sudarsono.Tanggal 16 Maret 1966 terjadi banjir besar sungai Bengawan Solo. Akibatnya Pastoran, gereja, susteran dan rumah-rumah masyarakat sekitar kemasukan air cukup tinggi. Kemudian pada pada tanggal 12 Juni 1967 Gereja St. Antonius dari Padua Purbayan merayakan Pesta Emas. Jumlah baptisan pada tahun ini mencapai 976 orang. Tahun 1967-1969 Rm. Mulder cuti ke Belanda dan sebagai pengganti sementara adalah Rm. Purwahutama, SJ.

Pengganti Rm. Mulder adalah Rm.H. Haripranata SJ ( 1970 – 1976 ) yang asli kelahiran Solo. Pada masa kanak-kanaknya, beliau pernah menjadi misdinar gereja Puebayan.Sedangkan Pastor pembantu di antaranya Rm.E. Wiegers SJ, Rm. A. Sontoboedojo SJ. Selama Rm. Haripranata menjadi Pastor Paroki, kegiatan ekumene maju pesat. Tiap awal tahun diadakan pertemuan antara pastor, suster,dan bruder dengan para pendeta dan istri. Beliau juga turut berperan serta dalam pemugaran gereja. Pada tanggal 8 Oktober 1975 Rm. Haripranata diangkat sebagai Administrator Apostolik di Keuskupan Weetabula, Sumba.

Tahun 1975 Paroki Dirjodipuran yang dirintis sejak 1969 telah berdiri, menjadi Gereja St. Inigo.Tahun 1976 Pastor Kepala Paroki Purbayan dijabat oleh Rm. Th. Prayitna SJ, dibantu oleh Rm.J. Groenewoud SJ, Rm. B. Mardiatmadja SJ, Rm. A.Weibel SJ, Rm. Wigers SJ. Beliau memperkenalkan ME ( Marriage Encounter ) bagi pasangan suami-istri Katholik. Pada tahun ini pula dimulainya lomba koor Cecillia Cup I.

Pada tahun 1977 lahirlah CLC (Christian Life Community) yang didirikan dengan nama Santa Maria dan Serba Kasih ( 1979 ). Nama ini akhirnya diganti menjadi CLC St. Ignatius.

Tahun 1980 Rm. J. Madyasusanta SJ diangkat menjadi pastor paroki Purbaran dan sebagai pastor pembantu Rm.C. Prawirasuprapto SJ; Rm. J. Reijnders SJ dan Rm. L. Smit SJ. Mulai 10 Januari 1980 Persekutuan Doa Pembaharuan Karismatik Katolik muncul dan berkembang hingga sekaran. Organisasi-organisasi Katolik pun berkembang dengan baik; seperti WK (Wanita Katolik ), demikian pula mudikanya aktif dalam kegiatan gereja. Misa wilayah diadakan sekali dalam dua bulan.

Jumlah diakon Paroki ada 38 orang yang aktif dalam tugas misa, Ibadat Prapaska, Ibadat bulan Paroki, Ibadat Natal, Retret Wilayah dan ibadat-ibadat lainnya. Tiap bulan Mei dan Oktober ada ibadat Rosario di gereja yang dipimpin secara bergantian oleh wilayah-wilayah, juga sekali seminggu umat berdoa rosario di wilayah setempat. Pada bulan Juni (sekitar 13 Juni s/d September) gereja merayakan Bulan Paroki dengan berbagai perlombaan dan ibadat wilayah yang kemudian ditutup dengan bazaar. Pelayanan liturgy di gereja lebih dilayani oleh wilayah-wilayah secara aktif. Dan untuk menggiatkan kelompok koor, maka Cecillia Cup dilombakan setiap tahun. Pada tahun ini pulalah Rm. Madyasusanta membentuk panitia pembangunan gereja yang di ketuai oleh Bapak R. G. Sukadio.

Agustus 1983 dilaksanakan pembaharuan pengecatan gereja, juga pembaharuan buku-buku nyanyian gereja (Madah cinta, Natalia, Memoriam dan pecan Suci). Diadakan penataran-penataran untuk prodiakon dan pamong wilayah (1980) untuk mudika ke Salam ( 1981) untuk para pemuka jemaat di Syantikara Yogyakarta (1983) yang dilanjutkan di Purbayan ( Maret 1984). Pada masa ini umat yang menghadiri Misa Minggu semakin meluap, hingga banyak umat yang tidak mendapatkan tempat duduk. Oleh karena itulah pembangunan perluasan semakin dirasa perlu segera dilaksanakan.

Belum selesai melaksanakan pugar gereja, Rm Madyasusanta harus segera menjalankan tugasnya di Sanata Dharma Yogyakarta. Maka Rm. L. Smit SJ yang lantas mengambil alih tugas-tugas beliau sekaligus menjabat sebagai Pastur Kepala Paroki Purbayan, sedangkan Pastor pembantu nya adalah Rm.J. Rijnders SJ Rm. G. Sabdautama SJ, dan Rm.A. Hari Hardjanta SJ. Oleh Rm. Smit panitia dan rencana pemugaran gereja di perbarui (1986). Puji Tuhan, semua rencana dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Akhirnya 7 April 1988 Gereja St. Antonius yang telah selesai dipugar, diberkati. Dan untuk pertama kalinya, Gererja St.Antonius dipakai sebagai tempat pentahbisan imam-imam Yesuit (21 Juli 1988) dihadiri oleh pimpinan tertinggi Serikat Yesus, Pater Jendral, yaitu Peter Hans Kolvenbach SJ. Tanggal 31 Juni 1991 Paroki St. Antonius Purbayan genap berusia 75 tahun. Untuk merayakan hari bahagia ini berbagai kegiatan diselenggarakan, mulai dari tanggal 13 Juni hingga 10 Nopember 1991. Kemudian dilanjutkan Romo Y.B. Mardikartono SJ selaku Pastor Kepala, bersama dengan romo J. Abdipranata SJ, Rm. M. Hadisiwoyo SJ, Rm. M. Sriyanta SJ selaku pastor pembantu, dengan didukung oleh seluruh aparat gereja seta seluruh umat, masa depan dan kesuksesan Gereja Purbayan akan terus berlanjut. Romo YB. Mardikartono SJ sempat kembali ke Paroki ini hingga tiga kali. Pada era tahun 1996-2004 Paroki ini dipimpin oleh Romo Fransiscus Xaverius Wiryapranata, SJ. Pastor Pembantu yang bertugas di Gereja Santo Antonius Purbayan: Rm Suyudanta, SJ, Rm Albertus Hartana, SJ (kini bertugas di Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta), Rm Rhonny, SJ, Rm J. Wiharjono, SJ (berpindah tugas di Papua), Rm Albertus Warno Tribowo. Ketika Rm. FX Wiryapranata, SJ baru saja bertugas, Gereja St Antonius Purbayan sedang melakukan pembangunan Gedung Paroki menjadi dua lantai. Gedung ini digunakan untuk kegiatan aktivitas Sekretariat Paroki, Toko Buku, Credit Union Cempaka, Pelayanan Kesehatan, Pelajaran Agama, Kegiatan Persekutuan Doa, Sarasehan Kitab SUci, serta pada Natal dan Paskah digunakan untuk menampung umat Misa Natal dan Paskah.

Selanjutnya, Rm FX Wiryapranata, SJ pindah tugas pada bulan September 2004. Pastor Kepala selanjutnya dijabat oleh Rm. Romanus Wahana Wegig, SJ; dengan Pastor Pembantu: R. Kurris, SJ, Rm. Cassianus Teguh Budiarto, SJ; Rm Martin Suhartono, SJ. Pada tahun 2006-2007 Gereja Santo Antonius Purbayan melakukan renovasi, diantaranya dilakukan pembangunan toilet yang memadai, renovasi interior dan eksterior Gereja, serta pembangunan kembali Gua Maria di sisi kiri Pastoran.

Mulai taggal 1 November 2009 Pastor Kepala Paroki digantikan oleh Romo Antonius Puja Harsana, SJ. Pastor Pembantu Paroki masih Rm R. Kurris, SJ, namun pada bulan Mei 2009 Romo Kurris, SJ pindah ke Girisonta. Bulan Juli 2009, Romo A. Mangunhardjana, SJ pindah dari Surabaya, dan membantu Karya Pastoral di Paroki Purbayan. Pada bulan Oktober 2009, Romo Paulus Suradibrata, SJ juga membantu karya pastoral di Paroki Purbayan. Selanjutnya pada bulan Mei 2010 Fr. Vincent Haryanto Soedjatmiko, melakukan tahun orientasinya di Paroki Purbayan setelah sebelumnya 6 bulan menangani Pastoral Mahasiswa Surakarta. Saat ini para romo yang berkarya melaksanakan tugas penggembalaan di Paroki Purbayan: Romo Antonius Puja Harsana, SJ; Romo Albertus Warno Tribowo, SJ; Romo A. Mangunhardjana, SJ; Romo. P. Suradibrata, SJ; Rm. Y. Moerti Yoedho Koesoemo, SJ dan Fr. Vincent Haryanto, SJ.

diolah dari berbagai sumber.


Share|