SMS Kematian Versus Iman

Tanggal 26-12-1998…..Kerusuhan Poso, Tanggal 26-12-2004…. Gempa dan Tsunami di Aceh, tanggal 26-05-2006, Gempa bumi Jogjakarta, 26-06-2010, Gempa Tasikmalaya, 26-10-2010, Meletusnya Merapi dan Gempa serta Tsunami di Mentawai…Bacalah Hagai 2:6……..sebarkan jika ingin selamat, demikian bunyi sms dari tangan orang-orang beragama dan beriman setelah terjadi bencana meletusnya Gunung Merapi yang disusul dengan gempa dan tsunami di Mentawai. Ketika menerima bunyi sms di atas saya cuman menjawab: Hehe…Kacian dech Loe sms kok dipercaya…berarti Tuhan itu jahat dunk…Ada yang membalas; Tuhan tidak jahat…tetapi untuk kita renungkan. Jawabku; bagaimana saya bisa merenung kalau ayat dari teks yang disebutkan di atas saja salah….memangnya kalau kita mau mati atau bangkit, tunggu sms duluh yah dari Tuhan…..

Para Sahabat….

Kita kadang seperti orang-orang Farisi yang selalu menghubungkan peristiwa yang terjadi di dunia ini dengan kenyataan kehidupan lain yang di luar kuasa pengetahuan kita selain mengimani. Orang Farisi menyangka bahwa perkawinan yang terjadi di dunia ini, juga akan terjadi setelah kematian. Sama seperti kita; menghubungkan bencana yang terjadi dengan apa yang ada dalam Kitab Suci, yang sebenarnya merupakan kesalahan penafsiran seperti kesalahan penafsiran orang Farisi tentang Kebangkitan orang mati. Dengan klaim sms di atas, seakan-akan menunjukkan bahwa apa yang dialami oleh saudara-saudari kita baik di Wasior, Lereng Merapi dan Mentawai atau Aceh dan Poso merupakan kutukan dan kehancuran yang diberikan oleh Tuhan. Jika demikian maka kita telah mengklaim Tuhan adalah jahat. Namun kiranya tidak demikian. Klaim sms di atas seakan-akan mengungkapkan bahwa kematian yang dialami oleh saudara-saudari kita baik di Wasior, Aceh, Poso, Mentawai dan Lereng Merapi itu adalah sebuah kehancuran. Jika demikian, untuk apa Allah menunjukan belas kasih dan pengharapan kepada kita melalui peristiwa salib dan kebangkitan Yesus Kristus yang kita imani?.

Apakah kita juga akan diselamatkan atau dibangkitkan? Bagaimana sich situasi kebangkitan? Kebangkitan sebagaimana yang dijelaskan oleh Yesus dalam bacaan Injil (Luk 20:27-38) bagi kita orang beriman, tidak semat-mata menunggu kita meninggal, melainkan juga menyangkut PERUBAHAN PARADIGMA atau cara pandang terhadap segala situasi yang kita alami di dunia ini dalam hubungannya dengan Allah. Kebangkitan adalah PERUBAHAN CARA DAN SEMANGAT HIDUP kita yang ketika menghadapi persoalan atau masalah dalam keluarga, pekerjaan dan bencana sebagaimana yang dialami saat ini selalu menjadikan Allah pada posisi yang “dipersalahkan”. Yesus menegaskan bahwa Kebangkitan pertama-tama adalah IMAN, KESATUAN hidup dengan Allah yang dalam segala situasi, bahkan penderitaan sekalipun tidak pernah tergoyahkan. Kebangkitan adalah PERSATUAN, HIDUP BARU DALAM DAN BERSAMA BELAS KASIH ALLAH. Persatuan, hidup Baru dalam dan bersama Kasih Allah hanya bisa kita alami ketika kita menjadikan Yesus Kristus sebagai pusat kehidupan kita untuk membangun persatuan dengan sesama, membangun semangat hidup baru dalam kekuatan iman dan pengharapan dan bukannya melalui sms-sms penghakiman yang tak beriman. Yang menjadikan Yesus sebagai PUSAT HIDUPNYA (Pegangan dan pengharapan) adalah yang tidak pernah tergoyahkan oleh situasi apapun termasuk tidak menyalahkan Allah “Yah ini Kehendak Allah” apalagi menyebarkan dan menghubungkan serta mempercayai sms-sms yang bernada seakan-akan merasa diri paling baik dan bahwa kejadian sebagaimana yang dialami sesama kita di Lereng Merapi dan Mentawai merupakan kehendak Allah dan peringatan bagi manusia (bdk. 2Mak 7:1-2,9-14).

Satu hal yang kita imani bahwa BELAS KASIH ALLAH sama bagi siapapun setelah kehidupan kita di dunia ini. Baiklah kita BANGKIT dari cara pandang kita yang seakan-akan mengetahui segala hal atas setiap peristiwa yang terjadi selama di dunia ini sebagaimana orang-orang Farisi, BANGKIT untuk membangun kesatuan dan persatuan dengan Allah dan sesama serta dengan semesta dalam iman bahwa persatuan dengan Allah setelah kehidupan di dunia ini adalah persatuan yang semata-mata karena BELAS KASIH ALLAH MELALUI YESUS KRISTUS dan bukannya melalui perkawinan atau tidak, bukan pula kehendak kita manusia, ataupun sms-sms kematian yang membuat orang beriman pun takut dan percaya. Yesus telah menjadi jalan keselamatan, penghiburan dan pengharapan bagi kita, maka sebagai orang-orang yang dibangkitkan dalam Kristus kitapun diajak untuk menjadi jalan penghiburan dan pengharapan melalui tindakan nyata bagi sesama kita (Kebangkitan sejati)-(bdk 2Tes 2:16-3:5) dan bukannya menjadi jalan peramal yang menakutkan melalui sms-sms tak beriman…..


Satu dalam iman

07 November 2010

Lie Jelivan, MSF