Apakah anggur dan roti tak beragi
dapat diganti dalam perayaan ekaristi?
Memang setelah Konsili Vatikan II, Gereja menekankan keterbukaan dalam berliturgi. Salah satu contoh keterbukaan itu adalah penggunaan bahasa setempat sebagai bahasa yang dipakai dalam perayaan Ekaristi. Sebelumnya hanya bahasa Latin yang dipakai. Keterbukaan lain adalah dipakainya musik-musik atau lagu-lagu setempat sebagai pengiring dalam perayaan ekaristi.
Tetapi keterbukaan liturgi ini tidaklah seenaknya saja dilakukan oleh umat. Ada saat-saat atau perlengkapan-perlengkapan yang tetap dan harus sama di setiap tempat. Misalnya, anggur dan roti tak beragi tidak bisa di ganti dengan teh dan tempe. Selain imam tidak dapat seorang pun yang boleh memimpin perayaan ekaristi. Atau doa-doa presidensial seperti doa pembuka, doa persembahan, Doa Syukur Agung, doa damai setelah Bapa Kami dan doa penutup hanya di doakan oleh imam.