HOMILI: Sabtu-Minggu, 22-23 Mei 2010

HARI RAYA PENTAKOSTA

BACAAN PERTAMA: Kis 2:1-11
MAZMUR TANGGAPAN: Mzm. 104:1ab,24ac,29bc-30,31,34
BACAAN KEDUA: Rm 8:8-17/ 1Kor. 12:36-7,12-13
I N J I L: Yoh 14:15-1623b-26


“Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita”

Partai Komunis pernah menjadi partai terbesar di Indonesia: anggota serta simpatisan partai terdiri dari golongan tingkat atas/pejabat sampai rakyat kecil. Pengaruh partai ini terhadap rakyat kecil dan miskin sungguh luar biasa, antara nampak dalam tarian-tarian rakyat yang sangat populer dan memasyarakat pada masa jayanya. Namun partai ini tidak abadi, kejayaannya hancur dalam waktu ‘sesaat’. Kelompok atau organisasi yang dijiwai oleh Marxisme ini tidak tahan lama. Entah ada berapa organisasi politik atau kemasyarakatan di dunia ini, ada berapa LSM atau NGO (Lembaga Sosial Masyarakat atau Non Government Organization), mungkin sulit didata atau dihitung. Ada yang timbul dan ada yang tenggelam, tetapi juga nampaknya ada yang terus bertahan hidup, bahkan berkembang meskipun harus menghadapi aneka tantangan dan hambatan serta penindasan. Gereja dalam arti tertentu juga merupakan organisasi kemasyarakatan atau memiliki warna organisatoris. Gereja semula hanya satu yaitu Gereja Yesus Kristus, artinya ‘paguyuban orang yang beriman pada Yesus Kristus’, namun mungkin karena warna organisatoris pernah mendominasi dalam kehidupan Gereja, maka tidak mengherankan kemudian terjadi perpecahan sebagaimana kita lihat saat ini ada macam-macam Gereja. Ada Gereja Katolik, Gereja Protestan/Reformasi (ada macam-macam Gereja Reformasi), Gereja Ortodoks dst.. , namun semuanya tetap beriman pada Yesus Kristus. Ada yang mengatakan bahwa Hari Raya Pentakosta ini merupakan ‘Hari Pendirian Gereja’, dimana orang-orang dari berbagai suku dan bangsa waktu itu, peristiwa Pentakosta, yang berbeda satu sama lain disatukan oleh ‘anugerah Roh Kudus’ , yang nampak ketika Petrus dan para rasul berkotbah “kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita”. Maka baiklah di Hari Raya Pentakosta ini kita mawas diri perihal persaudaraan atau persahabatan kita dalam Yesus Kristus dan oleh Roh Kudus.

“Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang” (1Kor 12:4-6)

Keragaman dalam kesatuan atau kesatuan dalam keragaman itulah kiranya cirikhas kehidupan bersama kita di dalam Gereja, sebagaimana dikatakan oleh Paulus : “Ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan”. Dari milyard-an manusia di bumi ini tidak ada yang sama persis alias identik meskipun ada yang disebut kembar, tetapi semuanya diciptakan oleh Tuhan yang satu dan sama. Tetapi justru karena berbeda satu sama lain itulah ada saling ketertarikan, yang menjadi kekuatan orang untuk saling mendekat dan melengkapi. Kiranya kita dapat membayangkan betapa menjemukan hidup ini jika semua sama tiada perbedaan satu sama lain. Maka baiklah jika kita mengalami atau menghadapi perbedaan-perbedaan antar kita janganlah menjadi kecewa atau putus asa melainkan syukurilah hal itu sebagai anugerah Tuhan.

Kebersamaan hidup kita ini kiranya bagaikan ‘karangan bunga yang terdiri dari berbagai jenis dan warna bunga disusun sedemikian rupa sehingga menarik dan indah’. Masing-masing dari kita memperoleh kasih karunia Allah yang luar biasa, antara berupa bakat, kemampuan, keterampilan, kekayaan dst.., yang memang harus kita terima dengan penuh syukur dan terima kasih dengan memfungsikan kasih karunia tersebut demi kepentingan semua orang. Maka baiklah kasih karunia tersebut kita perdalam dan tingkatkan agar kita semakin mampu membantu kepentingan umum atau orang banyak. Tentu saja ketika kita sampai pada puncak pengembangan kasih karunia tersebut antara lain dengan menjadi sangat terampil, sangat cerdas, sangat kaya dst.. hendaknya jangan menjadi sombong, melainkan menjadi rendah hati sebagaimna pepatah Jawa berkata :”batang padi semakin berisi semakin menunduk’. Rasanya semakin orang memperdalam suatu ilmu pengetahuan atau keterampilan juga akan semakin menyadari keterbatasan atau kelemahan dirinya, dan dengan demikian memang menjadi terbuka terhadap yang lain atau sesama. Sekiranya ketika semakin pandai, cerdas, kaya, berpengetahuan, terampil dst.. kita tidak menjadi rendah hati, marilah kita renungkan pesan Yesus di bawah ini, ada kemungkinan kita lupa akan pesan atau ajaran utama Yesus untuk saling mengasihi.

“Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh14:26)

Roh Kudus dianugerahkan kepada para rasul sehingga para rasul dengan tegar dan tanpa takut mewartakan apa yang telah mereka terima dari Yesus Kristus. Kita semua juga menerima anugerah Roh Kudus ‘yang mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu’. Maka marilah di Hari Raya Pentakosta ini kita mawas diri: sejauh mana kita menghayati dan mensyukuri anugerah Roh Kudus tersebut dalam hidup kita sehari-hari. Jika kita sungguh menghayati anugerah Roh Kudus tersebut kiranya apa yang kita katakan dan kerjakan dapat diterima oleh siapapun serta membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati sebagaimana dialami oleh umat yang berkumpul saat itu: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita” (Kis2:7-8).

Apa yang telah diajarkan atau dikatakan oleh Yesus kepada kita kiranya terangkum dalam ajaran atau perintah ini: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yoh13:34-35). Saling mengasihi itulah tanda bahwa kita menghayati anugerah Roh Kudus, sehingga cara hidup atau cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh,yaitu : “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri” (Gal5:22-23). Keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh inilah kiranya yang menjadi kekuatan, jiwa atau bekal untuk membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati, yang menjadi dambaan atau kerinduan semua orang. Memang kita tidak mungkin menghayati keutamaan-keutamaan tersebut secara unggul bersama-sama, tetapi hemat saya jika kita unggul dalam salah satu keutamaan tersebut kiranya keutamaan-keutamaan lain secara inklusif dan integratif juga dihayati. Maka perkenankan di sini saya mengajukan salah satu keutamaan yaitu ‘penguasaan diri’. Menguasai diri sendiri rasanya lebih sulit daripada menguasai orang lain, artinya jika orang tidak dapat menguasai diri sendiri maka tindakan terhadap yang lain akan berupa penindasan atau pelecehan, sedangkan orang yang dapat menguasai diri maka tindakan terhadap yang lain berupa pelayanan-pelayanan dengan rendah hati. Untuk dapat menguasai diri memang perlu mengenal diri secara mendalam dan tepat. Marilah kita kenali diri kita sebagai yang telah memperoleh anugerah Roh Kudus, yang memampukan kita untuk mewartakan ajaran dan nasihat Yesus “saling mengasihi”. Kesetiaan kiranya juga merupakan tantangan dalam hidup masa kini, maklum cukup banyak suami-isteri tidak/kurang setia kemudian bercerai atau pisah ranjang, imam, bruder atau suster kurang setia pada charisma pendiri atau konstitusi, para pelajar/mahasiswa kurang setia untuk belajar dst..

“Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi. Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya! Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN” (Mzm104:30-3134)

23 Mei 2010,

Rm. Ign Sumarya, SJ