“Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk (Rm 10:8-17; Mzm 117:1.2; Mat 28:16-20)

“Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya” (Mrk 16:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta St Fransiskus Xaverius, imam dan pelindung Misi, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “SJ” = Setan Jalanan, alias orang yang suka pergi, demikian kata plesetan yang sering dikenakan pada Sahabat-sahabat Yesus atau anggota Serikat Yesus, para pengikut St.I gnatius Loyola. Fransiskus Xaverius adalah pengikut Ignatius Loyola atau termasuk anggota Serikat Yesus yang pertama, yang sering disebut sebagai ‘primi patres’. Terpanggil menjadi sahabat Yesus memang akhirnya harus meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, antara lain senantiasa berkeliling dari desa/kota ke desa/kota untuk mewartakan Kabar Baik atau Kerajaan Allah. Maka dalam rangka mengenangkan pesta St. Fransiskus Xaverius, Pelindung Misi, kami mengajak segenap umat yang percaya kepada Yesus Kristus untuk setia menjadi sahabat-sahabat-Nya juga, “pergi ke seluruh dunia dan mewartakan Kabar Baik kepada segala makhluk”. Dengan kata lain marilah kita mawas diri apakah di lingkungan hidup kita masing-masing dalam umat basis kita sungguh menjadi pewarta-pewarta kabar baik, senantiasa berbuat baik kepada orang lain dan yang terdengar atau tersiar dari diri kita juga apa-apa yang baik karena kita senantiasa berbuat baik. Percayalah bahwa “Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya”, antara lain setan-setan atau aneka kejahatan minggir atau mundur, yang sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh akan menjadi sembuh, dan kita sendiri tahan dan tabah terhadap aneka macam serangan virus penyakit. Kita dipanggil untuk mempersembahkan dunia seisinya kepada Tuhan, yang telah menciptakannya dengan penuh kasih dan kemurahan hati, yang berarti menyelamatkan bagian-bagian dunia yang tidak selamat, mengatur yang tidak teratur dst..

· “Bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya” (Rm 10:14), demikian pertanyaan reflektif Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Iman memang terutama muncul dan lahir melalui pendengaran, apa-apa yang didengarkan. Kita semua dipanggil untuk memberitakan apa-apa yang dijiwai oleh iman, entah kata-kata, tindakan, ceritera, pengalaman dst.. Maka marilah kita senantiasa hidup dan bertindak dijiwai oleh iman kita, sehingga yang teerberitakan atau terwartakan dari kita apa-apa yang dijiwai iman, dan dengan demikian siapapun yang mendengarkan cara hidup dan cara bertindak kita, apalagi melihatnya, semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Untuk itu kami berharap agar segala usaha atau upaya pendidikan, entah pendidikan informal maupun pendidikan formal, diselenggarakan dalam dan oleh iman atau lebih mengedepankan atau mengutamakan agar anak-anak atau para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur atau bermoral atau cerdas spiritual. Suasana proses pendidikan hendaknya hendaknya dijiwai oleh kebebasan dan cintakasih Injili. Ingatlah dan sadari bahwa masing-masing dari kita diciptakan dalam kebebasan dan cintakasih, serta dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini juga hanya dengan kebebasan dan cinta kasih. Cintakasih itu bebas alias tak dapat dibatasi atau dipagari oleh apapun dan kebebasan dibatasi oleh cinta kasih. Cinta kasih antara lain berarti tidak pernah melecehkan atau menginjak-injak harkat martabat manusia, sebagai ciptaan Allah terluhur dan termulia di dunia ini,yang diciptakan sebagai citra atau gambar Allah. Mendidik berarti berpartisipasi dalam karya penciptaan, yang bersifat menghidupkan, mengembangkan dan menumbuhkan.

“Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!” (Mzm 117)

Sabtu, 3 Desember 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ