Sabtu-Minggu, 19-20 Maret 2011: Hari Minggu Prapaskah II

RITUS PEMBUKA

LAGU PEMBUKA

TANDA SALIB DAN SALAM

PENGANTAR

SERUAN TOBAT (TUHAN KASIHANILAH KAMI)
I. Saudara-saudari marilah mengakui bahwa kita telah berdosa supaya layak merayakan peristiwa penyelamatan ini.

I. Tuhan Yesus Kristus, Abraham telah diminta meninggalkan tanah air dan harta miliknya sebagai permulaan usaha penyelamatan oleh-Mu.
K. Tuhan, kasihanilah kami
U. Tuhan, kasihanilah kami.

I. Engkau telah menunjukkan jalan penderitaan sebagai jalan yang benar menuju kemuliaan sejati.
K. Kristus, kasihanilah kami
U. Kristus, kasihanilah kami.

I. Engkau telah menunjukkan salib sebagai cahaya kedamaian dan kebahagiaan.
K. Tuhan, kasihanilah kami
U. Tuhan, kasihanilah kami.

I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.

TANPA KEMULIAAN

DOA PEMBUKA
I. Marilah berdoa
I. Allah Bapa kami yang mahamulia, di puncak gunung Engkau telah mewahyukan bahwa Yesus itu putera-Mu terkasih, bahwa Ia lebih agung dari pada nabi-nabi yang terbesar. Ajarilah kami mendengarkan dan menghayati sabda-Nya, berilah kami pengertian atas misteri sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan kami yang bersama Dikau dan Roh Kudus hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

LITURGI SABDA

BACAAN PERTAMA (Kej 12:1-4a)

"Panggilan Abraham, leluhur umat Allah."

Pembacaan dari Kitab Kejadian:
Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN (PS 812)
Refr. Kasihanilah, ya Tuhan, Kaulah pengampun yang rahim dan belas kasih-Mu tak terhingga.
Ayat Mazmur:
1. Firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang pada keadilan dan hukum; Bumi penuh dengan kasih setia-Nya.
2. Sungguh, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang bertakwa, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya. Ia hendak melepaskan jiwa mereka dari maut, dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.

BACAAN KEDUA (2Tim 1:8b-10)

"Allah memanggil dan menerangi kita."

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius:
Saudaraku terkasih, berkat kekuatan Allah, ikutlah menderita bagi Injil Yesus! Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri. Semua ini telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman, dan semua itu sekarang dinya-takan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus. Dengan Injil-Nya Kristus telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

BAIT PENGANTAR INJIL (PS 965)
Refr. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Solis. Dari dalam awan terdengarlah suara Bapa, “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.”

BACAAN INJIL (Mat 17:1-9)

"Wajahnya bersinar bagaikan Matahari."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu ketika Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah, jangan takut!" Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."
I. Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

HOMILI

AKU PERCAYA

DOA UMAT

I. Allah mendengarkan doa Putera-Nya sendiri. Dengan perantaraan Yesus marilah kita berdoa kepada Bapa untuk kebutuhan-kebutuhan Gereja:

L. Bagi mereka yang merantau untuk bertugas di tempat yang jauh, dan bagi mereka yang terpaksa meninggalkan tanah air, rumah, serta keluarga mereka karena kurang adanya cinta kasih di dunia kita ini: Ya Bapa, semoga di tempat kediaman yang baru mereka disambut dengan cinta kasih. Marilah kita berdoa kepada Tuhan:
U. Tuhan, semoga terang-Mu bercahaya atas umat-Mu.

L. Bagi semua keluarga disini: Ya Bapa, semoga semua keluarga di dunia ikut membangun dunia yang adil serta menampakkan cinta kasih Allah. Marilah berdoa kepada Tuhan.
U. Tuhan, semoga terang-Mu bercahaya atas umat-Mu.

L. Bagi para korban gempa dan tsunami di Jepang. Semoga Tuhan menerima mereka yang meninggal dunia dalam kedamaian abadi, dan bagi yang menderita berilah penghiburan dan bantuan yang memadai dalam semangat solidaritas kemanusiaan. Marilah berdoa kepada Tuhan:
U. Tuhan, semoga terang-Mu bercahaya atas umat-Mu.

L. Bagi mereka yang menghadapi kematian: Ya Bapa, semoga terang Allah menyinari mereka yang menghadapi saat-saat terakhir hidup mereka. Marilah berdoa kepada Tuhan:
U. Tuhan, semoga terang-Mu bercahaya atas umat-Mu.

L. Bagi mereka yang kehilangan iman kepada Tuhan dan yang kecewa dalam hidup ini: Ya Bapa, semoga perkataan dan perbuatan kami menunjukkan karya cinta kasih-Mu, sehingga dapat menyemangati mereka kembali. Marilah kita berdoa:
U. Tuhan, semoga terang-Mu bercahaya atas umat-Mu.

... hening sejenak ...

I. Allah Bapa kami, tolonglah kami untuk mendengarkan sabda Putera-Mu dan sudilah mendengarkan doa-Nya untuk kami. Sebab kami percaya kepada-Mu, Allah kami, untuk selama-lamanya.
U. Amin.

LITURGI EKARISTI

LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN

I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I. Ya Bapa yang mahakudus, Yesus telah memberikan hidup-Nya bagi kami. Kesediaan untuk melaksanakan kehendak-Mu sampai tuntas, menjadikan-Nya sebagai kurban pepulih yang sempurna atas dosa-dosa kami. Sucikanlah diri kami, ya Bapa, berkat perjamuan kudus ini. Tegarkanlah niat kami untuk siap sedia dan setia menempuh jalan yang telah dirintis-Nya. Demi Kristus, Putera-Mu, Tuhan, dan pengantara kami.
U. Amin.

KUDUS
DOA SYUKUR AGUNG
BAPA KAMI

DOA DAMAI
I. Di depan mata para murid Kristus telah menampakkan kemuliaan-Nya dengan wajah bersinar seperti matahari dan pakaian putih gemerlapan. Kagum akan kedamaian yang dinikmatinya berserulah Petrus, “Guru, baiklah kita tinggal di sini.” Maka kami mohon Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

ANAK DOMBA ALLAH
KOMUNI

DOA SESUDAH KOMUNI
I. Marilah berdoa:
I. Allah Bapa yang maharahim, Engkau menuntun umat-Mu melalui padang pasir, untuk Kau gembleng dengan cobaan-cobaan. Engkau telah menganugerahkan manna dari surga kepada mereka. Teguhkanlah kami juga dalam kesetiaan, berilah kami daya hidup baru, dan bimbinglah kami memasuki misteri Paskah Kristus, Tuhan, dan pengantara kami. Amin.
U. Amin.

RITUS PENUTUP

BERKAT

LAGU SYUKUR

Homili: Hari Minggu Prapaskah II (Kej 12:1-4a; Mzm 33:4-5.18-20.22; 2 Tim 1:8b-10; Mat 17:1-9)


"Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."

Setelah memasuki bahtera perkawinan atau tahbisan imamat, pada umumnya orang menikmati masa yang menarik dan mempesona, yaitu `bulan madu'. Selama berbulan madu kiranya orang sungguh menikmati masa-masa indah dan mempesona, yang mendorong orang kemudian menjanjikan sesuatu yang luhur, mulia, tinggi dan menggiurkan, misalnya baik suami atau isteri akan setia saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati, seorang imam berjanji untuk melayani umat dimanapun dan kapanpun dengan rendah hati. Ada kemungkinan orang menyebar-luaskan janji tersebut kepada siapapun tanpa perhitungan. Tiga rasul mengalami sesuatu yang indah dan mempesona, pengalaman penglihatan Yesus bersama dua nabi termashyur dalam perubahan rupa di bukit Tabor, namun Yesus berpesan kepada mereka "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati" Selama memasuki masa Prapaskah ini ada kemungkinan kita juga menerima hiburan-hiburan rohani atau pencerahan dan kita tergerak untuk menceriterakannya kepada saudara-saudari kita. Namun baiklah dengan sabar kita membagikan pengalaman tersebut sampai di Hari Kemenangan, Hari Raya Paskah nanti.

"Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."(Mat 17:9)

Sabda Yesus ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak mengumbar atau menyebar-luaskan seenaknya apa yang baik dalam diri kita atau yang kita miliki, misalnya cita-cita, harapan, dambaan, niat-niat, dst… Kita diharapkan untuk mencecap dalam-dalam atau meresapkan semua itu ke dalam hati sanubari, sehingga merasuki seluruh anggota tubuh kita. Maka baiklah selama masa Prapaskah ini kita mawas diri perihal janji-janji yang telah kita ikrarkan, misalnya janji baptis, janji perkawinan, janji imamat, kaul, janji pegawai atau pelajar, sumpah dst.. Ketika dalam mawas diri ada kemungkinan kita memperoleh pencerahan: suatu ajakan atau panggilan dan niat untuk memperbaharui janji, karena telah ingkar janji, hendaknya ajakan atau niat tersebut dicecap dalam-dalam dahulu dan di Trihari Suci nanti kita perbaharuilah dengan sepenuh hati.

Keutamaan kesabaran itulah yang hendaknya kita perdalam selama masa Prapaskah. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur , Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Gejolak dalam diri kita dapat bersifat baik atau buruk, bermoral atau amoral. Gejolak yang buruk dan amoral hendaknya dengan diam-diam ditahan seraya melakukan apa yang berlawanan alias yang baik dan bermoral. Ketika berbuat baik pun hendaknya juga dengan diam-diam, tak usah mencari muka, sebagaimana dipesankan oleh Yesus ketika memasuki masa Prapaskah, pada hari Rabu Abu :"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Mat 6:1-4)

Berbuat baik kepada sesama diharapkan tidak karena paksaan dalam bentuk apapun, melainkan merupakan kesaksian iman yang mendalam, meluap dari kedalaman hati sanubari. Maka baiklah kita renungkan sapaan atau peringatan Paulus kepada Timotius di bawah ini.

"Janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah. Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa" (2Tim 1:8-10)

"Ikutilah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah", inilah kiranya yang baik kita renungkan atau refleksikan. Injil adalah kabar gembira atau kabar baik. Pada masa kini untuk berbuat baik atau mewartakan atau menyebarluaskan apa yang baik kiranya akan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Marilah kita hadapai aneka tantangan, hambatan dan masalah dengan atau dalam kekuatan atau kasih karunia Allah. Bersama dan bersatu dengan Allah kita pasti mampu mengatasi aneka hambatan, tantangan dan masalah.

Kasih karunia atau kekuatan Allah antara lain berupa iman, harapan dan cintakasih, maka baiklah aneka hambatan, tantangan dan masalah kita hadapi dengan atau dalam iman, harapan dan cintakasih. Dalam atau dengan iman berarti kita mempersembahkan diri seutuhnya dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh/kekuatan menghadapi aneka hambatan, tantangan dan masalah, yang berarti bekerja keras melaksanakan aneka macam tugas atau pekerjaan kita. Maka bagi yang sedang bekerja hendaknya sungguh mengerjakan sepenuh hati pekerjaan yang diberikan kepadanya, demikian juga bagi yang sedang belajar, hendaknya sungguh belajar dengan giat. Dalam dan dengan harapan berarti melaksanakan aneka macam tugas atau menghadapi aneka hambatan, tantangan dan masalah dengan gembira serta ceria, penuh gairah dan semangat. Dalam kegairahan, keceriaan dan kegembiraan hati, jiwa aka budi dan anggota tubuh kita senantiasa terbuka terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan serta siap sedia memfungsikannya. Hadapilah aneka masalah, tantangan dan hambatan dengan gairah, semangat dan ceria. Dalam dan dengan cintakasih berarti menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan secara positif serta menyikapinya sebagai wahana atau sarana untuk tumbuh dan berkembang. Cintakasih itu "sabar, murah hati,tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (lih 1Kor 13:4-7)

"Firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan" (Mzm 33:4-5.18-19)

Jakarta, 20 Maret 2011


Romo Ignatius Sumarya

DALAM HATIMU

Yesus hadir dalam hatimu.

Biarkanlah dua hati bertemu: hatimu dan hati Yesus

dalam keheningan yang menciptakan ketenangan hati.

Yesus, hatiku tenang

Hatiku tenang dalam hati-Mu

Yesus Kristus, dalam hati-Mu

Hatiku tenang dalam hati-Mu

Jumat, 18 Maret 2011, sekembali dari Yogyakarta; dan masuk ke kapel Wisma Uskup, Jl. Bukit Shinta 16, Bukit Sari, Semarang 50261, hati saya berbunga-bunga, melihat tabernakel telah diletakkan di tengah di atas meja yang cukup lebar, sehingga dua patung malaikat penjaga bakti dapat diletakkan di atasnya. Ketika untuk pertama kalinya saya masuk kapel tersebut, Kamis, 6 Januari 2011, saya merasa ada sesuatu yang perlu ditambahkan, yaitu dua patung malaikat penjaga bakti. Saya memesan itu pada yang pertama kali membuat dua patung malaikat penjaga bakti, yang telah dipasang di Kapel Adorasi Ekaristi Abadi di Kapel Gua Maria Kerep Ambarawa. Kemarin, Kamis, 17 Maret 2011, meja tabernakel telah sampai di Wisma, dan ditata seperti terlihat pada foto yang saya pasang pada nyanyian "Dalam Hati-Mu", yang videoclipsnya dibuat oleh Rama Willem, Pr, ketika masih menjadi Ketua Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang dulu, sebelum saya pindah ke Bandung. Videoclips tersebut telah dipublikasi pada KlipKatolik di YouTube:

Silakan click: http://www.youtube.com/watch?v=VfA3HyDEIFY. Saya senang sekali.



Salam, doa 'n Berkah Dalem,

+ Johannes Pujasumarta

Uskup Keuskupan Agung Semarang

Panggilan Abraham, bapa umat Allah (Kej 12:1-11)

Kisah panggilan Abraham (Kej 1:1-4a) perlu direnungkan dalam rangkaian kisah yang lebih panjang (Kej 1:1-11). Kisah panjang ini mengisahkan kasih-setia Allah yang tanpa batas: ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa (Kej 3:1-14), Allah memberikan janji baru (Kej 3:15). Demikian juga ketika Kain membunuh Habel, Ia memberi jaminan keselamatan kepada Kain (Kej 4:15); ketika manusia berlaku jahat lagi dan dihukum dengan air bah (Kej 6-8), Ia mengikat perjanjian baru dengan Nuh (Kej 9). Dan ketika manusia untuk kesekian kali jatuh ke dalam dosa (Kej 11), Ia memanggil Abraham untuk mengawali karya penyelamatan-Nya, secara baru (Kej 12:1-4a).

Panggilan Abraham ini adalah awal dari sejarah panjang, yang akan disempurnakan waktu, ketika "Allah menjadi semua di dalam semua" (1Kor 15:28); atau ketika tampak langit yang baru dan bumi yang baru, "Yerusalem yang baru turun dari Surga (Why 21:1-2). Dengan demikian ditegaskan keyakinan yang dinyatakan oleh pemazmur "Sebab firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan..... bumi penuh dengan kasih setia Tuhan" (Mzm 33:4).

Kisah sejarah penyelamatan yang panjang ini -- dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu -- seharusnya menjadi sumber pengharapan bagi kita orang yang percaya. Dalam sejarah yang panjang itu dikisahkan bagaimana Allah menuntun sejarah ini menuju kemenangan akhir -- meskipun yang kita dengar, lihat, dan alami, seringkali tampaknya bertentangan. Keyakinan ini dapat mendorong orang beriman untuk bekerja keras mewartakan "keadilan dan hukum" (Mzm 33:15). Kalaupun usahanya tidak atau belum menampakkan hasil, ia tidak akan kecil hati, karena Allah sendirilah yang akan menyelesaikan karya-karya-Nya.

Mgr. Ignatius Suharyo

HOMILI: Hari Raya St Yusuf Suami SP Maria ( 2Sam 7:4-5a,12-14a, 16; Mzm 89:2-5; Rm 4:13.16-18.22; Mat 1:16.18-21.24a)


"Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum"


Sebut saja namanya "Roy" (nama samaran). Ia adalah seorang manajer muda yang cukup terkenal dan terhormat di tempat kerjanya, karena kesuksesan dalam tugas pekerjaannya. Ia sudah berkeluarga sejak lima tahun lalu, isterinya cukup cantik dan dianugerahi anak satu. Masa balita, entah balita anak-anak, balita suami-isteri, balita imam, bruder atau suster, balita pekerja, dst..adalah masa yang cukup rawan. Meskipun Roy memiliki isteri yang cukup cantik, ternyata sang isteri dirasakan kurang memuaskan baginya, lebih-lebih dalam hal pelayanan maupun urusan tempat tidur atau hubungan seksual. Hal itu cukup menyiksa dirinya: mau terus terang kepada isterinya tidak berani. Kebetulan di kantor, tempat kerja ia memiliki seorang sekretaris yang cukup cantik pula, ramah, cekatan dan ceria dalam membantu kerjanya atau melayaninya. Ia pun ketika diajak omong-omong juga dirasa enak dan nikmat adanya. Maka dari terbiasa omong-omong enak dengan sekretaris pribadinya, yang tidak hanya berbicara masalah pekerjaan saja, tetapi juga sana-sini, akhirnya pada suatu saat Roy curhat kepada sekretarisnya perihal relasi pribadi dengan isterinya yang tak membahagiakan.Ia menceriterakan kekurangan dan kelemahan pelayanan isterinya, termasuk urusan tempat tidur, dan dengan penuh hormat sang sekretaris mendengarkannya. Dampak berikutnya dapat diduga, yaitu Roy jatuh cinta kepada sang sekretaris, yang dirasa dapat mengobatinya ketidak-puasannya dan akhirnya mereka terjebak ke dalam huhungan seks di ruang kerja Roy, tidak hanya sekali melainkan terjadi berkali-kali. Tak lama kemudian sang sekretaris pun hamil dan atas desakan Roy ia diminta untuk menggugurkan. Pendek kata sang sekretaris akhirnya menjadi 'wanita simpanan'nya, yang membantu tugas pekerjaan di kantor maupun urusan tempat tidur. Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga, demikian kata sebuah pepatah. Perselingkuhan Roy terbongkar, dan kemudian sang isteri minta diceraikan, serta Roy bersama dengan sekretarisnya pun dipecat dari tugas pekerjaannya alias kemudian harus menganggur. Musibah di atas terjadi karena suami 'mencemarkan nama isterinya di muka umum'. Maka baiklah pada pesta St.Yusuf, suami SP Maria, hari ini kami mengingatkan dan mengajak para suami untuk setia pada janji perkawinannya, dan marilah meneladan St.Yusuf.



"Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam" (Mat 1:19)



"Mencemarkan nama baik orang lain" dilakukan oleh banyak orang, antara lain dengan 'ngrumpi/ ngrasani' atau secara terselubung terjadi diproses pengadilan maupun kampanye pemilu. Orang ngrumpi atau ngrasani pada umumnya membicarakan kekurangan dan kelemahan orang lain, sehingga kelemahan dan kekurangan orang yang dirasani diperbesar. Hemat saya entah laki-laki atau perempuan sama saja: laki-laki sekali menjelekkan orang lain dengan berteriak keras sehingga didengarkan banyak orang, sedangkan perempuan dengan diam-diam namun telaten dan tak henti-henti. Dalam relasi antar suami-isteri yang kemudian bercerai atau menikah lagi pada umumnya sang suami lebih dominan sebagai penyebab perceraian atau dorongan untuk menikah lagi alias beristeri lebih dari satu. Maka kami berseru kepada para suami untuk meneladan St.Yusuf, "yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum'.



Baiklah kami mengajak para suami untuk memuji isterinya, sebagaimana digambarkan dalam Kidung Agung ini: "Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead. Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada. Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik telekungmu. Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. Seribu perisai tergantung padanya dan gada para pahlawan semuanya. Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung. Sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, aku ingin pergi ke gunung mur dan ke bukit kemenyan. Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu." (Kid 4:1-7)



"Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman. Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, -- seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" -- di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada" (Rm 4:13.16-17)



Para suami atau rekan-rekan laki-laki kami harapkan meneladan iman Abraham, bapa umat beriman: hidup dan bertindak berdasarkan iman. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, dan secara konkret juga mempersembahkan diri seutuhnya kepada sesama manusia, terutama atau lebih-lebih kepada mereka yang hidup bersama setiap hari. Bagi para suami hal ini berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada isteri masing-masing, sebagaimana secara konkret antara lain terjadi dalam hubungan seksual. Masing-masing, baik suami maupun isteri, terbuka satu sama lain alias telanjang bulat, tiada sedikitpun yang ditutup-tutupi atau dirahasiakan. Pemberian diri sang suami kepada sang isteri antara lain terjadi ketika sang suami berejakulasi, memberi benih kehidupan kepada sang isteri dan dengan rendah hati sang isterinya menerimanya.



"Memberi benih kehidupan" itulah yang hendaknya senantiasa dilakukan oleh sang suami terhadap isterinya, artinya cara hidup dan cara bertindak atau segala sepak terjang atau perilaku suami senantiasa menggairahkan, menarik dan mempesona isteri, sehingga sang isteri pun dalam hati dan mungkin dengan kata-kata berseru sebagaimana digambarkan dalam Kidung Agung ini;" Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur, harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu, oleh sebab itu gadis-gadis cinta kepadamu! Tariklah aku di belakangmu, marilah kita cepat-cepat pergi! Sang raja telah membawa aku ke dalam maligai-maligainya. Kami akan bersorak-sorai dan bergembira karena engkau, kami akan memuji cintamu lebih dari pada anggur! Layaklah mereka cinta kepadamu! Memang hitam aku, tetapi cantik, hai puteri-puteri Yerusalem, seperti kemah orang Kedar, seperti tirai-tirai orang Salma. Janganlah kamu perhatikan bahwa aku hitam, karena terik matahari membakar aku. Putera-putera ibuku marah kepadaku, aku dijadikan mereka penjaga kebun-kebun anggur; kebun anggurku sendiri tak kujaga. Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu" (Kid 1:2-7)

"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. Engkau telah berkata: "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun." (Mzm 89:2-5)



Jakarta, 19 Maret 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ

19 Maret: Santo Yusuf, Suami Santa Perawan Maria

Semua pengetahuan kita tentang Santo Yusuf, suami Santa Perawan Maria dan Ayah piara Yesus, Putra Allah, bersumber pada dua bab pembukaan dari Injil Matius dan Lukas. Secara umum, Yusuf dianggap sebagai ayah Yesus. Karena Yusuf adalah turunan raja Daud, maka Yesus juga dianggap sebagai keturunan Raja Daud. Yesus lalu disebut Putra Daud. Hubungan Yusuf dan Maria lebih daripada suatu hubungan pertunangan. Hubungan mereka merupakan suatu hubungan perkawinan yang sah, walaupun pada mulanya mereka tidak pernah hidup sebagai suami istri. Kira- kira selama satu tahun, mereka tidak pernah hidup bersama di bawah satu atap. Ketika Maria mengandung secara ajaib oleh Kuasa Roh Kudus, Yusuf bingung dan bermaksud meninggalkan Maria secara diam- diam. Namun Yusuf yang saleh itu tidak percaya akan godaan kebingungan dan kecurigaan terhadap Maria yang sedang hamil itu. Matius dalam injilnya mengatakan bahwa Yusuf memutuskan untuk meninggalkan Maria secara diam- diam (Mat1:19).

Sehubungan dengan itu, selanjutnya Matius mengatakan bahwa Allah mengutus seorang malaikat untuk menerangkan kepada Yusuf bahwa anak yang ada di dalam rahim Maria sesungguhnya berasal dari Roh Kudus. Oleh kunjungan malaikat Allah itu dan setelah merenungkan pesan yang disampaikan, Yusuf tanpa ragu- ragu mengambil Maria sebagai istrinya dan mulai tinggal serumah (Mat1:24). Untuk menghindari salah pengertian, Matius selanjutnya mengatakan bahwa Yusuf bukanlah ayah kandung Yesus. Matius berkata: œIa tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki- laki (Mat1:25). Kata sampai yang digunakan Matius menunjukkan bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sebelum Maria melahirkan anaknya. Kata itupun tidak berarti bahwa setelah Maria melahirkan Yesus, Yusuf bersetubuh dengan Maria. Kata- kata anaknya laki- laki, bahkan dikatakan anaknya yang sulung (Luk2:7) juga tidak berarti bahwa Maria mempunyai beberapa anak. Istilah itu adalah suatu istilah yang lazim dan sah untuk menamai setiap anak laki- laki pertama yang lahir dari suatu perkawinan, meskipun anak itu tidak mempunyai saudara dan saudari. Lukas dalam bab dua Injilnya menyebut Yusuf dan Maria sebagai orangtua Yesus (Luk2:27).

Menurut Matius, Yusuf adalah seorang tukang kayu (Mat13:55). Tentang riwayat hidupnya tidak banyak dikisahkan, tetapi diperkirakan Yusuf meninggal dunia sebelum Yesus tampil didepan umum untuk memulai karya Nya. Karena, ia tidak pernah disebut- sebut lagi selama kurun waktu penampilan Yesus itu. Salah satu bukti biblis untuk menunjukkan hal ini dapat ditemukan di dalam lukisan penginjil Yohanes tentang peristiwa penyerahan Maria kepada Yohanes, murid kesayangannya Yesus: Ketika Yesus melihat ibu Nya dan murid yang dikasihi Nya disampingnya, berkatalah Ia kepada Ibu Nya: Ibu, inilah anakmu, kesampingnya, berkatalah Ia kepada murid Nya: Inilah Ibumu! Dan sejak itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya (Yoh19:26 27). Teks ini menunjukkan bahwa pada waktu itu Maria sudah menjanda.

Cerita- cerita apokrif purba menggambarkan Yusuf sebagai seorang lelaki yang sudah tua, bahkan tua sekali. Cerita ini mau melukiskan bahwa pada waktu itu tak seorang pun menganggap Yusuf sebagai ayah kandung Yesus. Sebaliknya, kehamilan Maria dianggap sebagai suatu peristiwa yang memalukan bahkan merupakan skandal karena Yusuf suaminya sudah dikatakan tua sekali.

Cerita purba itu melukiskan Yusuf sebagai seorang duda yang mempunyai enam orang anak dari perkawinannya yang pertama. Kisah ini dimaksudkan untuk menerangkan bagian Injil yang melukiskan tentang saudara- saudara Yesus (Mat12:46; Yoh2:12; Yoh7:10). Keterangan yang sebenarnya ditemukan dalam makna kata bahasa Aram yang digunakan Yesus dan murid- murid Nya. Bahasa Aram menggunakan kata yang sama untuk melukiskan saudara- saudara dan sepupu- sepupu, dan para pengarang Injil mengetahui bahwa hal ini akan berarti dan dipahami oleh umat yang menjadi tujuan penulisan Injil bila mereka menunjuk kepada saudara- saudara Yesus. Yusuf dan Maria benar- benar menikah. Mereka memiliki hak- hak perkawinan secara penuh satu terhadap yang lain seperti lazimnya suami istri, walaupun mereka sendiri tidak menggunakan hak- hak itu. Alasan pokok teologis mengapa Yesus dilahirkan dari seorang Perawan adalah bahwa Pribadi kedua dalam Allah Tritunggal MahaKudus itu telah ada sejak kekal. Kelahiran Nya sebagai manusia melalui rahim Maria menunjukkan kehendak Allah untuk menjadi seorang anggota umat manusia dalam sebuah keluarga manusia. Yusuf meskipun bukan ayah Yesus dalam arti fisik dihubungkan dengan Yesus oleh persatuan rohaniah seorang ayah, kewibawaan dan pelayanan. Yesus termasuk anggota keluarga Yusuf dan hubungan itu diungkapkan dengan menggambarkan Yusuf sebagai ayah piara bahkan ayah Yesus yang sah.

Devosi kepada Santo Yusuf tidak dikenal gereja selama berabad-abad. Hal ini dilatarbelakangi oleh suatu kekhawatiran bahwa tekanan yang berlebihan pada kedudukan Yusuf dapat menimbulkan anggapan umum bahwa Yusuf adalah ayah kadung dari Yesus. Dalam praktek sekarang, Gereja menghormati Yusuf karena kekudusan dan martabat Maria sebagai Bunda Yesus, Putra Allah. Sri Paus Pius IX (1846- 1878) pada tanggal 8 Desember 1870 menetapkan Yusuf sebagai pelindung gereja universal. Dalam litani Santo Yusuf, yusuf dilukiskan sebagai pelindung bagi para buruh / karyawan, keluarga, para perawan, orang- orang sakit dan orang- orang yang telah meninggal. Ia juga dihormati sebagai tokoh doa dan kehidupan rohani, pelindung para fakir miskin, para penguasa, bapa- bapa keluarga, imam- imam dan kaum religius serta pelindung para penziarah.

Pada tahun 1937, Sri Paus Pius XI (1922- 1939) mengangkat Santo Yusuf sebagai pelindung pujangga Gereja melawan komunisme ateistik. Dan pada tahun 1961, Sri Paus Yohanes XXIII (1958-1963) memilih Yusuf sebagai pelindung surgawi Konsili Vatikan II. Nama Yusuf sendiri mulai dimasukkan dalam kanon misa pada tahun 1962.

Pada abad ke delapan dan kesembilan, pada tanggal 19 Maret ditentukan sebagai hari raya utama santo Yusuf. Pada tahun 1955, Sri Paus Pius XII (1939- 1958) memaklumkan pesta Santo Yusuf pekerja yang dirayakan pada tanggal 1 Mei. Pesta ini menekankan martabat pekerjaan dan keteladanan Santo Yusuf sebagai pekerja dan untuk menyetakan kembali keikutsertaan Gereja dalam karya penyelamatan Allah.


Sumber: www.imankatolik.or.id

"Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli Taurat dan orang Farisi" (Yeh 18:21-28; Mzm 130:1-4; Mat 5:20-26)

"Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas" (Mat 5:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Di dalam hidup beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diberlakukan aneka tata tertib atau aturan tertulis. Apa yang tertulis pada umumnya cukup terbatas jika dibandingkan dengan maksud atau tujuan apa yang tertulis tersebut, dan menghayati apa yang tertulis saja sulit, apalagi yang menjadi maksud atau tujuan utama. Memang ketika kita mampu menghayati apa yang tertulis dengan baik, maka ada kemungkinan kita sampai pada penghayatan maksud atau tujuan utama. Sabda Yesus hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk menghayati maksud atau tujuan utama aneka tata tertib atau aturan. Hemat saya maksud atau tujuan utama aneka tata tertib atau aturan adalah agar orang hidup saling mengasihi satu sama lain. Orang yang marah, menjelek-jelekkan orang lain, memiliki musuh dst, adalah orang yang tidak hidup saling mengasihi. Semua agama hemat saya mengajarkan agar semua penganutnya hidup dan bertindak saling mengasihi, maka marilah kita yang mengaku diri beragama hidup dan bertindak saling mengasihi. Aneka perbedaan yang ada di antara kita hendaknya menjadi daya tarik untuk saling mengenal, mendekat dan bersahabat, bukan menjadi alasan untuk saling menjelekkan atau melecehkan. Maka baiklah kita hayati secara mendalam apa yang sama di antara kita, agar apa yang berbeda fungsional untuk memperkuat persahabatan antar kita: yang sama di antara kita antara lain sama-sama beriman, sama-sama manusia ciptaan Allah, dst..

"Kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya. Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati" (Yeh 18:27-28), demikian peringatan Nabi Yeheskiel kepada umatnya, kepada kita semua orang beriman. Kita semua dipanggil untuk bertobat, menyesali dosa-dosa yang telah kita lakukan dan kemudian tidak melakukan lagi dosa-dosa yang sama, serta kemudian 'melakukan keadilan dan kebenaran'. Kita akan dapat melakukan keadilan dan kebenaran yang baik jika kita menghormati dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia, menghargai dan menyikapi sesama manusia sebagai gambar atau citra Allah. Marilah kita lihat, temukan dan imani karya Allah dalam diri manusia, yang antara lain "memberi aku ada, hidup, berdayarasa dan berpikiran" (St.Ignatius Loyola, LR no 235). Hidup dan segala sesuatu yang dimiliki, dikuasai dan dinikmati manusia adalah anugerah Allah. Kecantikan, ketampanan, kepandaian, kecerdasan, harta benda, uang dst. adalah anugerah Allah. Jika kita mampu menghargai dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia, maka hemat saya kita akan mampu menciptakan lingkungan hidup bersama yang enak, nikmat dan menarik serta mempesona, hidup bersama yang dijiwai oleh keadilan dan kebenaran. Keadilan secara konkret dapat diwujudkan oleh para pengusaha atau pemberi kerja dengan memberi imbal jasa atau gaji yang layak kepada para pegawai atau buruhnya. Maka kami berharap kepada para pengusaha atau pemberi kerja untuk sungguh adil dalam memperlakukan para pegawai atau buruhnya.

"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang." (Mzm 130:1-4)

Jakarta, 18 Maret 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ

Minggu Palma 16-17 April 2011

Pengantar:
Pekan Suci dimulai pada hari Minggu Prapaskah VI atau biasa disebut dengan Minggu Palma atau Minggu Sengsara, karena untuk mengenangkan sengsara Tuhan. Minggu Palma adalah pintu masuk Pekan Suci. Pada hari-hari selama Pekan Suci kita diajak mengenangkan satu peristiwa penebusan lewat sengsara, wafat, dan kebangkitan sekaligus. Setiap perayaan liturgis tetap mengandung unsur-unsur penebusan itu. Perayaan Ekaristi diadakan sebagai pengenangan akan sengsara Tuhan, namun pewartaan sengsara Tuhan itu dikaitkan dengan perayaan kejayaan-Nya sebagai seorang Raja. Misa Pengenangan Sengsara Tuhan itu diawali dengan pengenangan akan peristiwa Kristus memasuki kota Yerusalem sebagai Almasih. Bagi orang kristiani Masa Prapaskah harus menuju suatu perjalanan menuju Yerusalem, yakni menghadapi kematian dan kebangkitan Kristus. Masa Prapaskah ibarat suatu eksodus baru, meninggalkan tanah pembuangan menuju Yerusalem, menyongsong Paskah Kristus.

=== 00 ===

RITUS PEMBUKA

LAGU PEMBUKA

TANDA SALIB DAN SALAM
I. Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U. Amin
I. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus bersamamu.
U. Dan bersama rohmu.

PENGANTAR
I. Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, hari ini Pekan Suci kita buka dengan merayakan Minggu Palma. Kita diajak melahirkan cinta bakti kita kepada Kristus sebagai Raja. Dahulu ia dielu-elukan di Yerusalem, kini di gereja dan kelak di surga. Demi cinta kasih Ia telah menderita dan wafat. Ia telah wafat karena kebencian manusia, agar manusia hidup karena cinta kasih-Nya, maka sebagai jawaban sudah selayaknyalah kita menyampaikan rasa syukur dan cinta kasih kita kepada Raja Kristus, yang telah berkenan melayani kita.

PEMBERKATAN PALMA
I. Marilah kita berdoa:
I. Allah Bapa yang kekal dan kuasa, berkatilah kiranya daun-daun palma ini. Dengan ini kami mau mengiringi Raja Kristus dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Semoga kelak kami pun diperkenankan memasuki Yerusalem abadi. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami.
U. Amin

INJIL (Mat 21:1-11)
I. Tuhan sertamu
U. Dan sertamu juga
I. Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius
U. Dimuliakanlah Tuhan.

"Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan."

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku. Dan jikalau ada orang menegor kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya." Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka. Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesuspun naik ke atasnya. Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan. Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!" Dan ketika Ia masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu dan orang berkata: "Siapakah orang ini?" Dan orang banyak itu menyahut: "Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

HOMILI SINGKAT

PERARAKAN
I. Saudara-saudara terkasih, hendaklah kita mencontoh khalayak ramai di Yerusalem yang mengelu-elukan Yesus. Marilah kita berdiri sambil menyanyikan lagu perarakan.

PERARAKAN DAUN PALMA PS 548, MB 395

SERUAN TOBAT (TUHAN KASIHANILAH KAMI)

I. Tuhan Yesus Kristus, Raja damai, Engkau telah rela menderita seberat-beratnya demi kebahagiaan kami.
K. Tuhan, kasihanilah kami
U. Tuhan, kasihanilah kami.


I. Engkau telah mengalami penghinaan yang kejam, agar kami dapat diangkat setinggi-tingginya.

K. Kristus, kasihanilah kami
U. Kristus, kasihanilah kami.


I. Engkau telah rela wafat di salib yang hina, agar kami dapat hidup mulia bersama dengan-Mu.

K. Tuhan, kasihanilah kami
U. Tuhan, kasihanilah kami.

I. Semoga Allah yang mahakuasa, mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.

DOA PEMBUKA
I. Marilah kita berdoa:
I. Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, Engkau telah mengutus Putera-Mu mengenakan kemanusiaan kami dan memanggul salib hina. Perkenankanlah kami sebagai hamba-hamba mengikuti rajanya dalam duka cita penderitaan, agar dapat ikut serta dalam suka cita kebangkitan-Nya. Demi Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

LITURGI SABDA

BACAAN I (Yes 50:4-7)
Aku tidak memalingkan wajahku dari cercaan, dan aku yakin takkan dipermalukan.

L. Pembacaan dari Kitab Yesaya:
Tuhan Allah menganugerahkan kepadaku lidah yang fasih, supaya aku tahu menghibur orang yang letih lesu. Setiap pagi Allah membuka telingaku, supaya aku mendengarkan sabda-Nya sebagai murid. Tuhan Allah membuka telingaku, dan aku tidak melawan pun tidak mundur. Punggungku kubiarkan dipukuli orang, daguku kuserahkan kepada yang mencabuti janggutku, dan aku tidak memalingkan wajahku dari cercaan dan ludahan. Tuhan Allah menolong aku, dan penghinaan itu takkan menggoncangkan daku. Hatiku tabah, sebab aku yakin, aku takkan dipermalukan.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN PS 819
Allahku, ya Allahku, mengapa Kautinggalkan daku?
1.Semua yang melihat aku mengolok-olok, mereka mencibirkan bibir dan menggelengkan kepala! Mereka bilang: “Ia pasrah kepada Allah! Biarlah Allah yang meluputkannya, biarlah Allah yang melepaskannya! Bukankah Allah berkenan kepadanya?”
2. Sekawanan anjing mengerumuni aku; gerombolah penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung.

BACAAN II (Flp 2:6-11)
"Yesus Kristus telah merendahkan diri, maka Allah sangat meninggikan Dia."

L: Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi
Saudara-saudara, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

BAIT PENGANTAR INJIL PS 965
Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Kristus taat untuk kita sampai wafat-Nya di salib. Dari sebab itulah Allah mengagungkan Yesus, dan menganugerahkan nama yang paling luhur kepada-Nya.

BACAAN INJIL KISAH SENGSARA (Mat 26:14-27:66)

lihat buku panduan misa

HOMILI SINGKAT

AKU PERCAYA


DOA UMAT

I. Kita telah merenungkan teladan Yesus dan mendengarkan sabda-Nya. Maka sekarang kita sudah mantap untuk berdoa kepada Bapa kita di surga, agar penderitaan dan wafat-Nya menghasilkan buah dalam diri kita serta dalam hati semua orang. Marilah kita mengatakan kepada-Nya.
U. Kasihanilah umat-Mu, ya Tuhan.

L. Bagi Gereja sebagai pelayan:
Ya Bapa, semoga Gereja selalu dengan setia dan tanpa ketakutan mewartakan Kabar Baik tentang salib dan kebangkitan Kristus kepada semua orang. Marilah berdoa kepada Tuhan:
U. Kasihanilah umat-Mu, ya Tuhan.

L. Bagi semua orang Kristiani:
Ya Bapa, semoga kami semua mantap untuk mengikuti Yesus di jalan pelayanan dan penyangkalan diri, agar kami pun dapat membawa kebahagiaan dan harapan kepada orang-orang di sekitar kami. Marilah berdoa kepada Tuhan:
U. Kasihanilah umat-Mu, ya Tuhan.

L. Bagi masyarakat kita:
Ya Bapa, semoga masyarakat kami menjadi lebih teratur dan lebih adil, sehingga tidak ada orang diinjak-injak dan semua orang memperhatikan satu sama lain. Marilah berdoa kepada Tuhan:
U. Kasihanilah umat-Mu, ya Tuhan.

L. Bagi orang-orang yang sedih dan patah hati:
Ya Bapa, semoga mereka yang sedih dan patah hati bertemu dengan Yesus, yang menempuh jalan sengsara seorang diri dan dalam kesakitan, tetapi juga sampai pada kebangkitan yang penuh bahagia. Marilah berdoa kepada Tuhan:
U. Kasihanilah umat-Mu, ya Tuhan.

L. Bagi mereka yang berhadapan dengan maut:
Ya Bapa, semoga mereka yang berhadapan dengan maut dikuatkan oleh kehadiran Yesus Tuhan, serta dihibur oleh sanak saudara dan sahabat. Marilah berdoa kepada Tuhan:
U. Kasihanilah umat-Mu, ya Tuhan.

L. Bagi kita semua:
Ya Bapa, semoga Pekan Suci ini menjadi masa penuh rahmat bagi kami dan menghubungkan kami lebih erat dengan Tuhan. Marilah berdoa kepada Tuhan:
U. Kasihanilah umat-Mu, ya Tuhan

I. Allah, Bapa kami, dengarkanlah doa kami dan tolonglah kami untuk lebih mendalami arti kepercayaan dan kerahiman, perdamaian, dan pengampunan, keadilan dan kemerdekaan. Demi Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

LITURGI EKARISTI

LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN

I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I. Allah Bapa yang mahakudus, terimalah roti dan anggur ini sebagai ungkapan syukur kami atas Dia, yang telah melaksanakan kehendak-Mu dengan taat sampai wafat. Jadikanlah kami semakin menyerupai Dia berkat daya Roh-Mu. Sebab Dialah Tuhan, dan pengantara kami, kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

PREFASI

I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu.
I. Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan
U. Sudah kami arahkan.
I. Marilah bersyukur kepada Tuhan Allah kita.
U. Sudah layak dan sepantasnya.
I.
Sungguh layak dan sepantasnya, ya Bapa yang kudus, Allah yang kekal dan kuasa, bahwa di mana pun kami senantiasa bersyukur kepada-Mu dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Sebab meskipun kami tak bersalah, Ia rela menderita bagi mereka yang bersalah. Ia rela pula dihukum mati secara tidak adil bagi mereka yang jahat. Wafat-Nya menghapus dosa-dosa kami dan kebangkitan-Nya memperolehkan kebebasan bagi kami. Kristus itu pulalah yang oleh surga dan bumi, oleh para malaikat dan malaikat agung dipuji dan dimuliakan. Maka perkenankanlah kami ikut serta mengagungkan Dia dengan bernyanyi.

U.
Kudus, kudus, kuduslah Tuhan. Allah segala kuasa surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu. Terpujilah Engkau di surga. Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan. Terpujilah Engkau di surga.

DOA SYUKUR AGUNG III (TPE hal 62)

AKLAMASI ANAMNESIS

I. Marilah menyatakan misteri iman kita
U. Wafat Kristus kita maklumkan, kebangkitan-Nya kita muliakan, kedatangan-Nya kita rindukan.


BAPA KAMI

ANAK DOMBA ALLAH

KOMUNI

DOA SESUDAH KOMUNI
I. Marilah kita berdoa:
I. Allah Bapa yang mahabaik, Engkau telah memuaskan dan melimpahkan sakramen suci kepada kami. Berkat wafat Putera-Mu, iman kami Kauhidupkan dan harapan kami Kautumbuhkan. Kami mohon, semoga berkat kebangkitan-Nya kami dapat mencapai tujuan perjalanan kami, yaitu kemuliaan-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

PENGUMUMAN

BERKAT

LAGU SYUKUR

Doa Paus Benediktus XVI Bagi Korban Gempa dan Tsunami Jepang

(17 Maret 2011) Kesedihan yang mendalam akibat guncangan gempa dan terjangan Tsunami yang meluluhlantakkan sebagian wilayah di Jepang turut dirasakan pemimpin otoritas tertinggi Katolik dunia Paus Benediktus XVI. Beliau pun memanjatkan doa dan harapan sebagai tanda duka dan kesedihannya terhadap bencana di bumi Sakura tersebut.

Dirilis Digtriad Selasa (15/3) Paus menyampaikan doa Angelus di jendela dari ruang pribadinya yang menghadap Lapangan St. Petrus di Vatikan seraya memuji memuji masyarakat Jepang yang tegar dan meminta kepada badan penyelamatan nasional untuk menurunkan tenaga dalam aksi penyelamatan sesegera mungkin. "Saudara dan saudari terkasih, gambaran gempa tragis dan tsunami di Jepang sangat menyentuh kita semua. Saya sekali lagi menyampaikan rasa kedekatan saya saudara-saudara terkasih di Jepang, yang dengan keberanian dan martabat yang luar biasa tengah menghadapi berbagai konsekuensi dari bencana-bencana seperti itu." seru pernyataan Paus.

Paus juga berdoa untuk para keluarga yang kini tengah meretas kembali kehidupan mereka paska bencana tersebut. "Saya berdoa bagi para korban dan keluarga mereka, dan bagi mereka yang menderita akibat peristiwa yang mengerikan ini. Mereka, yang bisa bergerak dengan cepat, kini tengah memberi bantuan, sangat saya dukung. Hendaknya kita tetap bersatu dalam doa. Tuhan dekat dengan kita."

Negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia ini, kini tengah berjuang untuk tanggap terhadap suatu bencana dalam proporsi luar biasa, dengan lebih dari 1 juta orang hidup tanpa air dan listrik dan seluruh kota-kotanya lenyap dari peta. Belum lagi ancaman bahaya radiasi nuklir yang kini telah menyebar disana.

"Saat saya menyalami kalian pada pagi ini, saya mengajak kalian untuk berdoa bersama saya bagi para korban bencana yang meporak-porandakan Jepang belakangan ini. Semoga mereka yang meninggal dan cedera mendapat penghiburan, dan semoga para tenaga penyelamat dikuatkan dalam usaha mereka membantu masyarakat Jepang," penutup doa dari Paus.(Sumber: jawaban.com)

Perayaan-perayaan Liturgis Selama Pekan Suci

Sebelum memasuki masa Trihari Paskah (Triduum Paschale, TP) Gereja mengalami suatu masa tobat dan puasa yang disebut dengan Masa Prapaskah (Tempus Quadragesimae,TQ). Pada hari-hari terakhir Masa Prapaskah dan menjelang Trihari Paskah masih terdapat suatu masa yang cukup penting, yakni Pekan Suci (Hebdomada Sanc ta, HS). Pekan Suci diawali dengan Misa Pengenangan Sengsara Tuhan pada perayaan Minggu Palma atau Minggu Sengsara. Kamis Putih menjelang Misa Perjamuan (malam) Tuhan sekaligus merupakan akhir Masa Prapaskah dan Pekan Suci. Selama Trihari Paskah Gereja merayakan misteri-misteri terbesar karya penebusan. Perayaan Trihari Paskah merupakan puncak Tahun Liturgi. Rangkaian Trihari Paskah itu dimulai dengan Misa Perjamuan Tuhan pada hari Kamis Putih sore dan berakhir dengan Ibadat Sore II Hari Minggu Paskah. Saat-saat itu Gereja mengenangkan peristiwa penyaliban (sengsara), pemakaman (wafat), dan kebangkitan Kristus. Ada satu garis ritual yang utuh: awal, puncak dan penutup.

A. MINGGU PALMA: MISA PENGENANGAN SENGSARA TUHAN
Makna:
1. Pekan Suci dimulai pada hari Minggu Prapaskah VI atau biasa disebut dengan Minggu Palma atau Minggu Sengsara, karena untuk mengenangkan sengsara Tuhan. Minggu Palma adalah pintu masuk Pekan Suci. Pada hari-hari selama Pekan Suci kita diajak mengenang satu peristiwa penebusan lewat sengsara, wafat dan kebangkitan sekaligus. Setiap perayaan liturgis tetap mengandung unsur-unsur penebusan itu.
2. Perayaan Ekaristi diadakan sebagai pengenangan akan sengsara Tuhan itu dikaitkan dengan perayaan kejayaan-Nya sebagai seorang Raja. Misa Pengenangan Sengsara Tuhan itu diawali dengan pengenangan akan peristiwa Kristus memasuki kota Yerusalem sebagai Almasih.
3. Bagi orang Kristiani Masa Prapaskah harus menuju suatu perjalanan menuju Yerusalem, yakni menghadapi kematian dan kebangkitan Kristus. Masa Prapaskah ibarat suatu eksodus baru, meninggalkan tanah pembuangan menuju Yerusalem, menyongsong Paskah Kristus.

B. SEBELUM TRIHARI PASKAH : MISA KRISMA
Makna:
1. Gereja partikular (keuskupan) berkumpul bersama untuk memberkati minyak yang akan digunakan di gereja-gereja pada waktu pembaptisan di misa Malam Paskah. Misa ini merupakan tanda kesatuan Gereja keuskupan, di mana Uskup dan seluruh perangkat keuskupannya, tak ketinggalan umat beriman, berkumpul untuk menyiapkan minyak kudus yang akan diberikan kepada para baptisan-baru.
2. Pada kesempatan Misa Krisma ini, biasanya Uskup bersama para imam sekeuskupan dan disaksikan umat mengadakan Pembaharuan Janji Imamat di Gereja Katedral.

C. KAMIS PUTIH : MISA PERJAMUAN TUHAN
Makna:
1. Hari Kamis Putih: Hari ini hari terakhir masa Prapaskah. Suasana pertobatan masih berlaku di sini. Maka, Kamis Putih pagi hari masih boleh diadakan Sakramen Rekonsiliasi/Tobat/Pengakuan dosa, namun sebaiknya tidak diadakan lagi selama Trihari Paskah, meskipun tidak dilarang. Misa Krisma sebaiknya diadakan pada Kamis Putih pagi, namun karena alasan pastoral dapat dipindah pada hari-hari sebelumnya.
2. Misa Perjamuan Tuhan: Gereja memulai Trihari Paskah dan memperingati perjamuan malam terakhir Tuhan (pendirian/intitusi Sakramen Ekaristi). Saat itu Yesus mempersembahkan Tubuh dan DarahNya sendiri dalam rupa roti dan anggur yang diberikanNya kepada para muridNya (perintah cinta persaudaraan). Yesus juga memerintahkan mereka dan para penggantinya dalam imamat untuk melestarikan kurban itu (tugas sakramen imamat).
3. Setelah Misa Kamis Putih terakhir, ada pemindahan hosti dengan perarakan menggunakan sibori. Kemudian diadakan penghormatan atau adorasi kepada Sakramen Mahakudus. Biasanya kita menyebut dengan istilah ”Tuguran”. Setelah pukul 24:00, jangan ada lagi kemeriahan lahiriah, karena kesengsaraan Tuhan telah dimulai.

D. JUMAT AGUNG : PERAYAAN PENGENANGAN SENGSARA TUHAN
Makna :
1. Hari Jumat Agung: hari ini ditetapkan sebagai hari laku tapa dan tobat dengan kewajiban berpantang dan berpuasa bagi seluruh anggota Gereja. Hari ini disebut sebagi hari puasa Paskah karena sudah termasuk dalam rangkaian Trihari Paskah; dibedakan dengan hari-hari puasa Prapaskah (40 hari). Sesudah dimulai sejak Kamis malam, hingga menjelang Sabtu Malam Paskah. Saat itu Sang Pengantin Pria sudah meninggalkan Gereja, maka kita pun berpuasa.
2. Perayaan atau Ibadat Pengenangan Sengsara Tuhan: Gereja merenungkan kesengsaraan Kristus menghormati salib, merenungkan asal-usulnya, yakni dari lambung Kristus yang tergantung salib, serta mendoakan keselamatan seluruh dunia.

E. SABTU SUCI: SAAT ISTIRAHAT, TENANG, DAMAI
Makna :
Dengan berdoa dan berpuasa, seraya menantikan kebangkitan Kristus, Gereja seakan berada di makam-Nya, sedang merenungkan kesengsaraan dan wafat serta turunnya Kristus ke alam maut. Hari kedua dalam Trihari Paskah ini melambangkan juga saat istirahat Allah (sabat), maka sebaiknya suasana tenang dan damai justru mewarnai hari ini.

F. MISA PASKAH: MISA MALAM PASKAH DAN MISA KEBANGKITAN KRISTUS
Makna:
1. Malam ini Gereja berjaga dalam doa (latin: vigili) dengan merayakan suatu liturgi agung untuk mengenangkan saat-saat Tuhan bangkit dari kematian. Gereja sesungguhnya sedang menantikan kedatangan Tuhan kembali. Inilah ”bunda dari segala malam tirakat (vigili)”. Suatu malam pembebasan, seperti ketika bangsa Israel tetap berjaga-jaga menantikan Tuhan yang akan lewat dan membebaskan mereka dari penindasan bangsa Mesir. Malam Tuhan lewat (pesach) yang dikenangkan bangsa Israel setiap Tahun itu melambangkan saat kebangkitan Kristus (Paskah), malam pembebasan sejati, saat Kristus bangkit sebagai pemenang atas maut. Gereja juga memperingatinya setiap tahun.
2. Misa Malam Paskah dibuka dengan upacara cahaya. Kemudian dihidupkan dengan Nyanyian Pujian Paskah (Exultet). Dalam upacara malam ini juga diadakan Pembaharuan Janji Baptis dengan dengan lilin bernyala, dilanjutkan dengan pemercikan air.

G. MISA KEBANGKITAN KRISTUS
Makna :
Gereja merayakan kebangkitan Kristus dengan penuh sukacita. Dalam Misa Agung (St. Atanasius) ini diadakan misa-misa pertama yang mengawali masa Paskah. Hari ini sudah dihitung sebagai hari Minggu Paskah I, awal Masa Paskah yang akan berakhir pada Hari Raya Pentakosta, 50 hari kemudian. Namun demikian, masa Trihari Paskah sendiri baru berakhir setelah Ibadat Sore II hari Minggu itu.

PENUTUP
Demikian penjelasan selayang pandang tentang makna perayaan-perayaan liturgis selama Pekan Suci dan Trihari Paskah. Semoga berguna bagi kita semua.


Oleh:
P. A. Susilo Wijoyo, Pr.

(Tulisan ini dikutip dari bahan seminar P. C.H. Suryanugraha, OSC)

Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Est 4:10a,10c-12, 17-19; Mzm 138:1-3; Mat 7:7-12)

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Mat 7:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Allah adalah mahabaik, Ia telah menciptakan semua yang ada di bumi/dunia ini dalam keadaan baik adanya, dan menghendaki agar semuanya tetap dalam keadaan baik sampai kemusnahan atau kematiannya. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk menghayati iman kita dengan berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun tanpa pandang bulu atau SARA. Kita juga sering mohon sesuatu atau berdoa kepada Allah: ada orang yang kemudian malas atau tidak berdoa lagi karena merasa permohonannya tidak dikabulkan, karena ada kemungkinan yang kita mohon tidak baik untuk diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Yang terbaik untuk kita semua adalah keselamatan jiwa, maka marilah kita mohon keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari kita serta senantiasa berbuat baik kepada saudara-saudari kita. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi, demikian sabda Yesus. Masa Prapaskah juga masa atau kesempatan untuk meningkatkan dan memperdalam perbuatan baik, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kami berharap kepada para orangtua atau pendidik untuk senantiasa memberi apa yang baik dan menyelamatkan jiwa anak-anak atau peserta didik. Dengan kata lain hendaknya jangan selalu dikabulkan permintaan anak-anak atau peserta diri, melainkan periksa dan cermati apakah yang diminta menyelamatkan jiwanya, dan jika tidak menyelamatkan jiwanya hendaknya ditolak atau tidak dikabulkan. Di dalam novena-novena atau doa-doa kita entah secara pribadi atau bersama , hendaknya senantiasa mohon keselamatan jiwa manusia.

· "Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja." (Est 4:11), demikian keluh kesah Ester untuk disampaikan kepada raja Mordekhai. Mungkin kita semua memiliki pengalaman yang senada dengan pengalaman Ester, misalnya telah bertahun-tahun merasa kurang diperhatikan orang lain (pimpinan atau atasan atau sesama manusia). Jika terjadi demikian ada kemungkinan kita bersikap mental egois, hanya mencari kesenangan dan keinginan diri sendiri, tanpa memperhatikan orang lain sedikitpun. Maka marilah kita berantas aneka macam bentuk egois dalam diri kita masing-masing dan kemudian secara positif berbuat baik atau social kepada saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Pertama-tama kami mengajak mereka yang berpengaruh dalam kehidupan atau kerja bersama, misalnya para orangtua, pimpinan, manajer, direktur, atasan, pejabat tinggi, dst. untuk senantiasa berbuat baik dan bermurah hati kepada anak-anak, anggota, bawahan, rakyat, dst.. Bermurah hati artinya hatinya dijual murah atau gratis kepada siapapun alias memberi perhatian kepada siapapun. Para pegawai atau buruh ketika menerima perhatian yang memadai dari para pengelola atau penanggungjawab usaha atau kegiatan, hemat kami mereka kemudian tidak akan bersikap pelit dan materialistis. Sebaliknya ketika pengelola atau penanggungjawab usaha begitu pelit dan materialistis, maka para pegawai atau buruh pasti akan lebih pelit dan materialistis. Kita semua dipanggil untuk saling mengasihi, dan hemat saya salah satu bentuk saling mengasihi yang tak tergantikan oleh cara apapun adalah saling memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih, dengan kata lain marilah kita saling memboroskan waktu dan tenaga bagi saudara-saudari kita.

"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku." (Mzm 138:1-3)

Jakarta, 17 Maret 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ

“Kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.” (Yun 3:1-10; Mzm 51:3-4; Luk 11:29-32)

“Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!” (Luk 11:29-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Ada aneka macam tanda atau symbol di dalam kehidupan bersama kita, dalam aneka macam bidang kehidupan. Misalnya: tanda-tanda zaman, rambu-rambu lalu lintas, tanda cinta/saling mengasihi, tanda setuju dengan mengangguk atau kerdipan mata, dst.. Para penjahat pada umumnya menggunakan banyak tanda atau symbol dalam sepak terjang atau usaha kejahatan mereka. Warta Gembira hari ini mengajak dan mengingatkan kita untuk meningkatkan dan memperdalam kepekaan kita terhadap tanda-tanda zaman serta kehidupan. Untuk melatih dan meningkatkan kepekaan ini antara lain setia mengadakan pemeriksaan batin atau mawas diri setiap hari. Rekan-rekan perempuan kiranya cukup peka akan tanda-tanda atau gejala dalam tubuhnya, misalnya saat-saat akan menstruasi, maka kami harapkan juga lebih peka terhadap tanda-tanda zaman dan kehidupan. Tanda Yunus sebagaimana diwartakan hari ini anda berbicara perihal wafat dan kebangkitan Yesus dari mati. Baiklah masing-masing dari kita berusaha untuk peka akan tanda-tanda kehidupan dalam diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita yang setiap hari hidup atau bekerja bersama kita, di dalam keluarga atau tempat kerja/ tugas. Marilah kita lihat dan cermati tanda-tanda kehadiran dan karya Tuhan baik dalam diri kita sendiri maupun sesama kita, antara lain berupa kehendak atau dambaan suci/baik, maupun penghayatan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan, seperti iman, harapan dan cintakasih. Kami berharap para orangtua dapat menjadi teladan dalam hal kepekaan ini bagi anak-anaknya, para guru/pendidik bagi para peserta didik.

· "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air.Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.” (Yun 3:7-9), demikian firman Tuhan yang diharapkan untuk disampaikan oleh Yunus kepada orang-orang Ninive. “Haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya”, inilah yang kiranya baik kita renungkan dan hayati. Marilah kita mawas diri: apakah bentuk kejahatan atau kekerasan yang telah kita lakukan? Jika cara hidup atau cara bertindak kita membuat orang lain menjadi marah, menggerutu atau tidak senang, ada kemungkinan apa yang kita lakukan adalah jahat atau keras, sehingga menyakiti mereka. Bertobat dari kejahatan atau kekerasan berarti kemudian bersikap hormat. “Sikap hormat adalah sikap dan perilaku yang menghargai orang lain, siapa pun di tanpa memandang kedudukan, kekayaan dan kekuasaannya” (Prof Dr Edi Setyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 25). Dengan kata lain sikap hormat terhadap sesama berarti tidak pernah melecehkan atau merendahkan siapapun dan dalam bentuk apapun. Ada kekerasan yang lembut dalam kehidupan bersama kita, yaitu ‘ngrumpi atau ngrasani’, yang pada umumnya membicarakan kekurangan dan kelemahan orang lain, yang tidak ada di hadapan mereka. Kami berharap kepada kita semua untuk tidak dengan mudah membicarakan kekurangan dan kelemahan orang lain, dan ingatlah seta hayati bahwa diri kita adalah orang-orang lemah, rapuh dan berdosa, yang dipanggil Tuhan. Baik suami atau isteri kami harapkan juga tidak berlaku keras terhadap pasangannya, baik dalam kata maupun perilaku.

“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku” (Mzm 51:3-4)


Jakarta, 16 Maret 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ

"Yesus mengajar murid-murid-Nya berdoa." (Yes 55:10-11; Mzm 34:4-7.16-19; Mat 6:7-15)

“Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.] Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat 6:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Warta Gembira hari ini mengangkat doa “Bapa Kami’, doa yang diajarkan oleh Yesus dan kiranya kita semua hafal di luar kepala. Namun suatu pertanyaan refleksif: apakah kita telah menghayati isi doa Bapa Kami tersebut di dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Isi utama dari doa Bapa Kami hemat saya adalah persaudaraan atau persahabatan sejati, maka marilah di masa Prapaskah ini kita mawas diri perihal persaudaraan atau persahabatan sejati. Secara konkret kita diharapkan senantiasa menghayati kehadiran Allah dalam hidup kita sehari-hari, sehingga kita hidup dan bertindak dalam kuasa Allah, yang menjadi nyata dalam keutamaan-keutamaan: hidup sederhana/tidak serakah dan saling mengampuni. “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”, demikian doa kita, maka hendaknya agar doa tersebut terkabul kita senantiasa berusaha untuk hidup sederhana antara lain dalam hal makan dan minum. Makanan dan minuman yang penting sehat dan bergizi serta cukup, dan untuk itu belum tentu enak atau nikmat di lidah. Kalau masing-masing dari kita makan dan minum secara sederhana kiranya kita semua dapat makan hari ini secukupnya, tiada yang kelaparan atau kehausan satupun di antara kita. Hidup saling mengampuni juga merupakan panggilan yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat balas dendam, kebencian dan permusuhan masih marak di sana-sini. Jika kita hidup sederhana dan saling mengampuni, maka terjadilah persaudaraan sejati di antara kita.

· “Seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yes 55:10-11). Allah adalah Maha Kuasa, maka firman atau sabdaNya sungguh kuat kuasa. Masa Prapaskah juga masa untuk meningkatkan dan memperdalam pemahaman dan penghayatan kita terhadap firman Allah, maka marilah kita baca, renungkan dan hayati firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Sebagai contoh baiklah kita ikuti teks-teks kitab suci sesuai dengan Kalendarium Liturgy, yang saya coba kutipkan setiap hari. Apa yang saya coba refleksikan dan tulis adalah bagian kecil, satu dua ayat saja, dari kutipan Kitab Suci pada hari yang bersangkutan. Maka silahkan membacakan dan mendengarkan kembali teks kitab suci hari ini, baca berkali-kali atau berulang-ulang sampai ada kata atau kalimat yang mengesan atau menyentuh anda, dan kemudian cecap dalam-dalam kata atau kalimat tersebut, sehingga merasuk di hati alias menjadi milik anda sendiri. Kami percaya jika kita sungguh mendengarkan dan merenungkan dalam hati dalam-dalam firman Allah, maka kita akan hidup dan bertindak sesuai dengan firman tersebut. “Karena bukan berlimpahnya pengetahuan, melainkan merasakan dan mencecap dalam-dalam kebenarannya itulah yang memperkenyang jiwa” (St.Ignatius Loyola, LR no 2), demikian nasihat St.Ignatius Loyola bagi siapapun yang mendambakan kemajuan dan kedalaman hidup rohani. Firman atau nasihat di atas ini kiranya dapat diterapkan juga dalam bidang pendidikan; bukan banyaknya mata pelajaran yang diajarkan yang diutamakan, melainkan pemahaman dan kedalaman mata pelajaran yang bersangkutan.

“Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya” (Mzm 34:4-7)

Selasa, 15 Maret 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ

Misa Rabu Abu (9 Maret 2011)

Dalam Masa Prapaskah ini kita diajak untuk memulai masa Pertobatan. Masa Prapaskah merupakan masa khusus untuk menyesali dosa, bertobat.

Pada misa Rabu Abu, umat beriman menerima abu di dahi sebagai tanda pertobatan, dan mengingatkan kembali bahwa kita berasal dari abu dan akan kembali menjadi abu. Abu yang dioleskan di dahi berasal dari pembakaran daun palma. Daun palma tersebut berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada Minggu Palma tahun lalu.

Perayaan Ekaristi Rabu Abu di Gereja Purbayan pada tahun ini diselenggarakan lima kali misa dua kali pada pagi dan sore hari dan sekali pada siang hari. Pada kesempatan misa pukul 16.30 yang dipersembahkan oleh Romo Antonius Puja Harsana, dan diiringi koor dari Wilayah Sangkrah disiarkan langsung oleh Radio Metta. Sesudah homili, Romo Puja mengajak umat untuk berdoa pemberkatan abu dan dilanjutkan dengan pembagian abu yang diiringi dengan lagu Hanya debulah aku.

Pantang dan puasa adalah cara mengendalikan jiwa dan raga kita dari hal-hal yang bertentangan dengan jalan Tuhan, sehingga kesucian hidup kita terus terjaga. Melalui kehidupan kita yang suci, kita akan mengalirkan keselamatan dan kasih Allah kepada sesama kita.

"Terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan" (Im 19:1-2.11-18; Mzm 19:8-10; Mat 25:31-36)


"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku" (Mat 25:31:36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Masa Prapaskah kiranya juga masa untuk meningkatkan atau memperdalam perbuatan baik kepada sesama, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan. Warta Gembira hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk berbuat baik kepada mereka yang lapar, haus, terasing, telanjang, sakit dan terpenjara, entah itu secara phisik maupun spiritual. Maka marilah kita perhatikan saudara-saudari di lingkungan hidup atau kerja kita: mereka yang miskin dan berkekurangan. Dengan kata lain marilah kita tunduk, melihat ke bawah, untuk mengorbankan sebagian kekayaan, waktu dan tenaga kita bagi mereka yang lapar, haus, terasing, telanjang, sakit atau terpenjara. Jika kita tidak memiliki harta benda atau uang untuk disumbangkan kepada mereka, baiklah kita mendoakan mereka. Ingatlah dan hayati bahwa segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini merupakan anugerah Allah yang kita terima melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan, membantu dan mengasihi kita, maka selayaknya kita fungsikan untuk berbuat baik kembali kepada mereka yang miskin dan berkekurangan tersebut. "Compassion" atau kepedulian bagi sesama terutama mereka yang miskin dan kekurangan merupakan salah satu cirikhas hidup beriman. Kita hayati iman kita dengan kepedulian bagi saudara-saudari kita yang miskin dan berkekurangan. Memberi dan berkorban bagi mereka yang miskin dan berkekurangan merupakan kebahagiaan tersendiri, yang tak terlupakan. Kita berantas dan musnahkan aneka macam bentuk egois yang merusak dan menghancurkan hidup bersama.


"Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya. Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN. Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya. Janganlah kaukutuki orang tuli dan di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan, tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN. Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran. Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN" (Im 19:11-18). Kutipan dari Kitab Imamat ini hemat kami cukup jelas: suatu perintah moral yang hendaknya kita laksanakan atau hayati. Maka marilah mawas diri: kecurangan atau kejahatan macam apa yang masih atau sering kita lakukan untuk kita perbaiki, dan kemudian bertobat alias tidak melakukannya kembali. Kita semua mendambakan hidup mulia kembali di sorga setelah meninggal dunia atau mati, maka baiklah kita segera bertobat dan memperbaharui diri. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat atau memperbaharui diri.



"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya" (Mzm 19:8-10)


Jakarta, 14 Maret 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ