"Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa,” (Yer 7:23-28; Luk 11:14-23)

 
“ Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.” (Luk 11:14-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Allah adalah Esa, maka siapapun yang beriman kepada Allah berarti senantiasa hidup dalam persaudaraan sejati, meskipun berbeda satu sama lain dalam hal agama atau kepercayaan. Aneka perbedaan yang ada pada kita hemat saya merupakan buah pemikiran latar belakang dan pengalaman yang berbeda atau tafsir yang berbeda, karena kelemahan dan keterbatasan yang ada dalam diri kita. Maka hemat saya kebersamaan hidup kita di dalam bermasyarakat, berbanga, bernegara maupun beragama bagaikan anggota-anggota tubuh dalam diri kita yang berbeda satu sama lain namun bekerjasama begitu indah dan mempesona. Masing-masing anggota tubuh ada di tempat masing-masing sesuai dikehendaki Allah dan fungsional secara prima demi kesehatan dan kebugaran seluruh anggota tubuh. Marilah kita yang berbeda satu sama lain ini bercermin dan meneladan anggota-anggota tubuh kita, yang saling membantu dan bergotong-royong, dan tidak ada satu anggota tubuhpun yang melecehkan atau merendahkan yang lain serta tidak ada irihati sedikitpun. Memang akar pertenngkaran atau permusuhan sering ada dalam irihati, karena orang lain lebih berhasil dari diri saya, dan kemudian dengan berbagai cara menuduh orang yang berhasil berlaku curang. Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian, yang berbeda satu sama lain, untuk senantiasa menggalang, memperdalam dan menyebar-luaskan kebersamaan atau persaudaraan sejati. Cara untuk itu antara lain adalah berusaha menghayati secara mendalam dan handal apa yang sama di antara kita, sehingga apa yang berbeda di antara kita akan fungsional memperdalam dan memperkembangkan kebersamaan atau persaudaraan sejati. Hendaknya kita juga bercermin pada laki-laki dan perempuan yang berbeda satu sama lain namun saling tertarik untuk mendekat, mengenal, bersatu dan ada kemungkinan kemudian menjadi satu hati, satu jiwa, satu akal budi dan satu tubuh dengan menjadi suami-isteri.

· “Sebab itu, katakanlah kepada mereka: Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara TUHAN, Allah mereka, dan yang tidak mau menerima penghajaran! Ketulusan mereka sudah lenyap, sudah hapus dari mulut mereka.” (Yer 7:28). Kutipan ini kiranya menjadi peringatan keras bagi kita semua yang sering kurang mendengarkan suara Tuhan Allah, atau orang yang lebih taat kepada manusia, harta benda daripada kepada Tuhan Allah. Tuhan Allah hadir dan berkarya dimana saja dan kapan saja melalui ciptaan-ciptaan-Nya: manusia, binatang dan tanaman, maka marilah kita ‘dengarkan’ suara dan kehendak-Nya. Dalam diri manusia antara lain suara Tuhan Allah menggejala dalam kehendak dan perbuatan baik manusia, maka marilah kita saling mendengarkan kehendak baik serta mengakui perbuatan baik satu sama lain. “Mendengarkan” merupakan keutamaan yang harus diperdalam dan diperkembangkan terus menerus dalam hidup dan kerja kita setiap hari dimana pun dan kapan pun jika kita mendambakan hidup bahagia dan damai sejahtera, selamat lahir dan batin, fisik dan spiritual. Bukankah keutamaan mendengarkan merupakan pengalaman pertama kita, yaitu ketika kita masih bayi mungil dan belum dapat berbicara, namun sungguh menjadi pendengar yang baik, sehingga apa yang kita dengarkan membentuk pribadi kita sebagaimana adanya pada saat ini?.Maka hendaknya pengalaman mendengarkan tersebut terus diperkembangkan dan diperdalam. Marilah kita dengan rendah hati berusaha menjadi pendengar dan pelaksana suara atau kehendak Tuhan Allah yang handal.

“Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku” (Mzm 95:6-9)

Kamis, 7 Maret 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ 

“Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya” (Ul 4:1.5-9; Mzm 147:12-13.15-16; Mat 5:17-19)


"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga” (Mat 5:17-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Di dalam hidup bersama dimana pun pasti ada aturan atau tata tertib yang harus dilaksanakan, entah aturan atau tata tertib tersebut berupa lisan atau tradisionil atau tertulis. Dengan kata lain dalam hidup bersama kita perlu berpedoman pada norma-norma yang ada, entah itu norma sopan santun, norma hukum maupun norma moral. Para generasi muda masa kini kiranya mengalami kemerosotan dalam hal sopan santun dan ada kemungkinan karena orangtuanya kurang mendidiknya atau pengaruh pergaulan dengan teman sebaya yang pada umumnya sangat dipengaruhi sikap mental instant karena kemajuan sarana-prasarana komunikasi elektronik saat ini. Sopan santun antara lain berarti senantiasa menghormati yang lain sesuai dengan jati diri dan fungsinya, entah itu manusia, binatang, tanaman, harta benda atau tempat atau “sikap dan perilaku yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau norma-norma yang berlaku dalam masyaerakat”(Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Pennaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 26). Maka kami berharap agar anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina dalam hal sopan santun. Ketika orang hidup dengan sopan santun, maka yang bersangkutan akan dengan mudah mentaati aneka norma hukum, yang berupa tulisan dalam bentuk aturan atau tata tertib, dan pada gilirannya hidup dan bertindak berdasarkan norma moral alias sesuai dengan kehendak Allah. Keunggulan hidup beriman atau beragama ada dalam pelaksanaan atau penghayatan, yaitu melaksanakan atau menghayati aneka tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusannya, yang kemudian unggul dalam pelaksanaan atau penghayatan kehendak Allah. Marilah kita meneladan Yesus yang datang ke dunia untuk menggenapi atau melaksanakan hukum Taurat, dan bagi kita berarti mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.
• “Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi” (Ul 4:5-6). Kita semua dipanggil untuk setia melaksanakan aneka ketetapan dan peraturan yang berlaku. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr.Edi Setyawati/edit:..ibid..hal 24). Mungkin baik sebagai orang yang telah dibaptis saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri sejauh mana setia pada janji baptis, yaitu dalam hidup dan bertindak dimana pun dan kapan pun senantiasa ‘hanya mau mengabdi Allah saja serta menolak semua godaan setan’. Janji baptis merupakan dasar atau landasan bagi siapapun yang telah dibaptis, beriman kepada Yesus Kristus, maka jika janji baptis dapat dihayati dengan setia, kiranya janji-janji berikutnya, seperti janji imamat, janji perkawinan, kaul membiara dst.. dapat dihayati dengan setia juga. Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapa saja yang telah dibaptis, entah itu imam, bruder, suster maupun awam untuk saling membantu dan mengingatkan dalam hal penghayatan janji baptis, dan biarlah di malam Paskah nanti dengan meriah dan bangga serta bergairah kita bersama-sama memperbaharui janji baptis, dan kemudian hidup baru sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

“Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari. Ia menurunkan salju seperti bulu domba dan menghamburkan embun beku seperti abu” (Mzm 147:12-13.15-16)


Rabu, 6 Maret 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ

"Bukan sampai tujuh kali melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." (Dan 3: 25.34-43; Mzm 25:8-9; Mat 18:21-35)

 

"Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." (Mat 18:21-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Jika dalam aneka kegiatan selama masa Prapaskah kita sungguh mawas diri, kiranya kita akan menyadari dan menghayati diri sebagai pendosa yang telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah ruah melalui saudara-saudari kita, sehingga kita akan tergerak untuk senantiasa hidup dengan penuh syukur dan terima kasih serta mewujudkannya dengan senantiasa mengampuni siapapun yang menyalahi atau menyakiti kita. Maka sebagai orang beriman marilah kita hayati sabda Yesus bahwa kita harus saling mengampuni sampai tujuh kali tujuh puluh kali, yang berarti terus-menerus saling mengampuni dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Kita dipanggil untuk saling mengampuni dengan segenap hati, sehingga tak ada seorang pun di antara kita yang masih sakit hati, karena sakit hati kalau tidak disembuhkan akan dibawa atau diderita sampai mati. Kepada siapapun yang masih sakit hati kami ajak untuk berobat, antara lain dengan mengampuni orang yang telah membuat anda sakit hati. Hendaknya anda semua juga menyadari dan menghayati bahwa telah berkali-kali menyakiti hati orang lain dan yang bersangkutan mengampuni, tidak memperhitung-kan dan mengingat-ingat kesalahan dan dosa kita. Kasih pengampunan akan mengalahkan aneka bentuk balas dendam dan kebencian.

· "Demikianlah hendaknya korban kami di hadapan-Mu pada hari ini berkenan seluruhnya kepada-Mu. Sebab tidak dikecewakanlah mereka yang percaya pada-Mu. Kini kami mengikuti Engkau dengan segenap jiwa dan dengan takut kepada-Mu, dan wajah-Mu kami cari. Janganlah kami Kaupermalukan, melainkan perlakukankanlah kami sesuai dengan kemurahan-Mu dan menurut besarnya belas kasihan-Mu. Lepaskanlah kami sesuai dengan perbuatan-Mu yang ajaib, dan nyatakanlah kemuliaan nama-Mu, ya Tuhan" (Dan 3:40-43). Marilah kita senantiasa mengikuti kehendak dan perintah Allah dengan segenap hati dan dengan takut kepadaNya, artinya jika kita tidak melaksanakan perintah atau kehendak Allah hendaknya kita takut, karena kita akan mengalami hukuman selamanya, menderita selamanya. Kehendak dan perintah Allah antara lain dapat kita temukan dalam kehendak baik saudara-saudari kita, maka baiklah kita saling mensharingkan kehendak baik kita dan kemudian bersama-sama mewujudkannya, sehingga kebersamaan hidup kita senantiasa dalam keadaan damai sejahtera dan aman sentosa. Allah telah begitu bermurah hati dan berbelas kasih kepada kita, orang-orang yang lemah dan berdosa ini, maka sebagai orang yang beriman kepada-Nya selayaknya kemudian hidup dan bertindak dengan saling bermurah hati dan berbelas kasih. Baiklah jika murah hati belas kasih kita wujudkan secara konkret dengan menyisihkan sebagai harta kekayaan, tenaga dan waktu kita bagi mereka yang lebih membutuhkan, yang miskin akan harta benda maupuh belas kasih dan perhatian. Selama kegiatan Prapaskah ini kiranya ada gerakan APP secara konkret berupa pengumpulan dana atau harta benda yang kemudian kita sumbangkan bagi mereka yang membutuhkan, marilah kita berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dengan sepenuh hati.

"TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." (Mzm 25:8-9)

Selasa, 5 Maret 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ

"Sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya." (2Raj 5:1-15a; Mzm 42:2-3; Luk 4:24-30)

 
"Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi" (Luk 4:24-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Karena perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dengan Cina, maka cukup banyak produk Cina, seperti kain/baju, sarana elektonik (HP, computer, AC dst..) membanjiri pasar di Indonesia dengan harga lebih murah daripada jenis barang yang sama produk Indonesia. Maklum sejauh saya dengar Indonesia menjadi laboratorium produk Cina, dimana di negeri Cina memang cukup banyak pabrik (karena beaya murah izin mendirikan pabrik maupun imbal jasa buruh). Secara kebetulan juga sikap mental konsumptif begitu menjiwai rakyat Indonesia, sehingga setiap ada produk baru ditawarkan orang pun berlomba untuk membelinya. Tanda sadar semuanya itu membentuk sikap mental rakyat kita kurang menghargai produk bangsanya sendiri, yang juga berdampak kurang atau tidak menghormati ide, gagasan, usulan dan saran dari bangsanya sendiri. Jika orang tidak mampu menghargai dan mengasihi yang dekat dan hidup setiap hari, maka memperhatikan dan mengasihi yang jauh merupakan bentuk pelarian dari tanggungjawab, sedangkan ketika orang mampu menghargai dan mengasihi yang dekat, maka memperhatikan dan mengasihi yang jauh akan melayani. Maka dengan ini kami mengharapkan kita semua untuk saling menghargai dan mengasihi mereka yang hidup dan bekerja bersama setiap hari, maupun hasil karya dan sumbangannya. Pertama-tama dan terutama tentu kami berharap terjadi saling menghargai dan mengasihi antar anggota keluarga dalam sebuah keluarga, yang kemudian antar keluarga dalam satu RT atau desa atau kampung. Marilah kita saling menghargai satu sama lain dengan saudara-saudari kita yang dekat, termasuk dalam hal mengkomsumi aneka jenis makanan dan minuman hendaknya lebih mengutamakan untuk mengkomsumsi aneka produk dari dalam negeri sendiri.

· "Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir."(2Raj 5:13), demikian kata para pegawai kepada Naaman, rajanya. Naaman semula malu demi penyembuhan dari penyakit harus mandi di sungai, namun atas saran dari para pegawai atau bawahan-nya akhirnya ia melakukan saran dari nabi asing itu. Pengalaman ini kiranya dapat menjadi pelajaran bagi para pemimpin atau atasan, yaitu dengan mendengarkan aneka saran, usul dan nasihat dari anggota atau bawahannya demi kamajuan dan keberhasilan usaha dan kerja. Pengalaman menunjukkan bahwa perusahaan atau karya maju berkembang serta menghasilkan buah yang membahagiakan dan menyelamatkan karena ada kerjasama yang bagus antara atasan dan bawahan, pemimpin dan anggota-anggotanya. Secara khusus kami berharap kepada para pemimpin atau atasan untuk tidak malu melakukan pekerjaan atau tugas sederhana, dan tentu saja kami harapkan juga hidup dengan sederhana. Pemimpin yang sederhana dan merakyat akan sukses dengan baik karya dan pelayanannya, sebaliknya pemimpin yang tidak mau sederhana dan tidak merakyat pasti akan gagal. Sekali lagi kami berharap kepada para orangtua untuk mendidik dan membiasakan anak-anak hidup sederhana serta mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sederhana rumah tangga, sehingga anak-anak kelak kemudian berkembang menjadi orang sederhana dan pekerja keras. Jauhkan aneka bentuk pemanjaan pada diri anak, yang akan mencelakakan anak di masa depan maupun masa tua anda sendiri.

"Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?"

(Mzm 42:2-3)

Senin, 4 Maret 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ 

HOMILI: Hari Minggu Prapaskah III (Kel 3:1-8a.13-15; Mzm 103:1-4; 1Kor 10:1-6.10-12; Lk 13:1-9)

“Biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"

Rasanya apa yang di dunia ini, manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan tidak ada yang sempurna, dan tentu saja hal itu disebabkan oleh kelemahan dan keterbatasan manusia sebagai ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini. Karena pola hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, maka apa yang dilakukan oleh manusia ada kemungkinan membuat manusianya sendiri menderita sakit. Dan memang kita semua sebagai manusia memiliki kecenderungan kuat untuk hidup seenaknya, yang berdampak pada diri kita sendiri menjadi semakin lemah dan harus bekerja keras untuk mencapai sukses atau keberhasilan yang memadai. Agar semuanya dapat tumbuh berkembang dengan baik dan benar, entah manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan, memang dibutuhkan orang yang ‘mencangkul dan memberi pupuk’ dan tentu saja dalam ‘mencangkul dan memberi pupuk’ juga harus memadai. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua, bahwa jika kita tidak bertobat alias memperbaiki cara ‘mencangkul dan memupuk’ kita akan mengalami kebinasaan, maka marilah dengan rendah hati kita renungkan pesan sabda hari ini.

"Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"(Luk 13:6-9)

Yang dimaksudkan dengan pemilik kebun anggur di sini bagi kita adalah Allah, yang telah menciptakan kita, manusia, dan diberi tugas untuk mengurus atau mengelola bumi seisinya demi kebahagiaan dan keselamatan manusia, sebagaimana disabdakan: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kej 1:28). Kita, manusia dipanggil untuk meneruskan karya penciptaan Allah maupun mengelola ciptaan-ciptaan-Nya di permukaan bumi ini.

Pertama-tama marilah kita renungkan panggilan “Beranakcuculah dan bertambah banyak”, yang kiranya hal ini lebih kena bagi mereka yang terpanggil hidup berkeluarga, sebagai suami-isteri. Ada kekuatiran terjadi ledakan jumlah penduduk di bumi ini, sehingga di sana-sini diberlakukan pembatasan kelahiran, sebagaimana di Indonesia ‘dua anak cukup’. Rasanya yang mendasari atau menjiwai kebijakan ini adalah materi atau ekonomi, dan kurang memperhatikan sisi atau hal spiritual. Pengalaman menunjukkan bahwa generasi muda masa kini, yang notabene menjadi korban pembatasan kelahiran, dimana mereka berasal dari keluarga kecil, ada kecenderungan kurang peka terhadap orang lain, hidup manja, tidak rela menderita atau berkorban bagi orang lain, enggan berjuang dan bekerja keras, dst… Maka sungguh merupakan tantangan berat dan mulia bagai para guru atau pendidik yang membantu orangtua dalam mendidik anak-anak mereka, sebagaimana juga kami alami di Seminari Menengah Mertoyudan. Motivasi ekonomis, cari enak sendiri dalam pembatasan kelahiran berdampak pada anak-anak untuk bersikap mental materialistis dan hedonis.

Akibat keserakahan beberapa orang dalam rangka mengeruk dan mengambil kekayaan alam demi bisnis atau alasan ekonomi, maka manusia tidak menguasai atau menaklukkan ikan, burung dan binatang-binatang, melainkan terbalik: manusia dikusai olehnya. Dengan kata lain ‘ikan, burung, tanaman atau binatang’ menjadi ‘tuan’ mereka. Kerusakan hutan dan ekosistem telah mengancam kehidupan umat manusia, sebagaimana terjadi saat ini dengan ‘pemanasan global’, yang berdampak pada banjir, tanah longsor dst..

Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua bahwa dalam berpartisipasi dalam karya penciptaan dan penyelenggaraan Allah diharapkan mengikuti proses sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Marilah kita ‘mencangkul dan memupuk’ sesuai dengan kehendak Allah. Bagi mereka yang sedang tugas belajar kami harapkan sungguh belajar sesuai dengan tuntunan dan bimbingan guru/pendidik, bagi para pekerja kami harapkan bekerja sesuai dengan aturan dan tata tertib kerja terkait. “Memupuk” juga dapat diartikan merawat atau mengurus, maka marilah kita rawat atau urus segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai dengan baik dan benar, antara lain dengan tekun, rendah hati, teliti, cermat, sabar dan penuh kasih. Semoga dengan belajar maupun bekerja sesuai dengan tuntunan dan tatanan serta merawat dengan baik akan menghasilkan buah yang membahagiakan dan menyelamatkan, terutama kebahagiaan dan keselamatan jiwa manusia.

“Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.” (1Kor 10:1-4)

Kutipan di atas ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar ‘mengenangkan’ para leluhur kita. Kami percaya bahwa para leluhur kita mewariskan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang handal dan sampai kini pun tetap memadai dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan. Atau jika kita sungguh mengenangkan leluhur kita kiranya kita mengetahui bahwa mereka yang mengasihi kita melalui aneka cara dan bentuk. Leluhur kita semua kiranya bapa Abraham, bapa umat beriman, maka marilah kita kenangkan keutamaan-keutamaan hidup yang telah dihayati bapa Abraham.

“Batu karang rohani” tidak lain adalah ‘iman, harapan dan cinta’, maka marilah di Tahun Iman ini kita memperdalam dan memperkembangkan iman, harapan dan cinta dalam dan melalui hidup sehari-hari, khususnya selama masa Prapaskah ini dalam aneka kegiatan yang kita ikuti. Sebagai orang yang telah dibaptis marilah kita perdalam dan perkembangkan penghayatan janji baptis “hanya mengabdi Allah saja serta menolak semua godaan setan”, sebagai anggota lembaga hidup bakti, imam, bruder atau suster, marilah kita perdalam dan perkembangkan penghayatan spiritualitas pendiri atau charisma Lembaga, sedangkan sebagai suami-isteri marilah kita perkembangkan dan perdalam hidup saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh/kekuatan sampai mati.

"Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun” (Kel 3:15), demikian firman Allah kepada Musa. Firman ini kiranya dapat menjadi bahan refleksi atau permenungan kita, maka marilah kita renungkan atau refleksikan. Sebagai umat beriman kita semua diingatkan untuk senantiasa membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun, sehingga kita semua layak disebut sebagai ‘anak Allah’, yaitu orang yang senantiasa menjadi pelaksana firman Allah.

“Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu,Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat,” (Mzm 103:1-4)

Minggu, 3 Maret 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ 

“Bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat” (Mi 7:14-15.18-20; Mzm 103:1-4; Luk 15:1-3.11-32)

“ Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka” (Luk 15:1-3), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Perempuan perihal ‘anak hilang’ hari ini kiranya lebih terarah kepada ‘orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat’ yang bersungut-sungut karena Yesus menerima orang-orang berdosa dan makan bersama –sama dengan mereka. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat memang dikenal sebagai orang-orang sombong, yang memamerkan keunggulan diri serta melecehkan atau merendahkan orang lain; mereka juga tidak rela bahwa orang berdosa bertobat, orang bodoh menjadi pandai, dst.., dan ada kemungkinan karena mereka takut tersaingi. Salah satu cirikkas kekurangan atau kelemahan mereka adalah ‘menyendiri’ dan tak mau bergabung dengan sesamanya atau dengan siapapun tanpa pandang bulu. Dalam bergaul mereka senantiasa pilih-pilih sesuai dengan selera pribadi mereka. Sikap mental orang Farisi yang hidup dalam diri orang-orang masa kini antara lain tak mau berkumpul, bercurhat dan omong-omong, tukar pengalaman iman dan kehidupan dengan sesamanya atau rekan-rekan seiman, sepanggilan, sekampung dst.. Dalam warta gembira hari ini mereka digambarkan bagaikan ‘anak sulung’, yang kelihatan setia kepada bapanya, namun ketika ia didekati untuk bergabung dengan orang lain yang sedang bergembira karena anaknya yang hilang telah kembali, tidak mau masuk, tetap tinggal di luar saja. Dalam kehidupan biasa sehari-hari orang-orang yang suka menyendiri pada umumnya sedang mengalami krisis panggilan dan jika tetap demikian adanya dalam waktu singkat ia akan meninggalkan panggilannya. Sikap Farisi masa kini juga dapat berupa mudah mengeluh dan menggerutu terhadap situasi dan kondisi yang ada, yang pada umumnya memang kurang atau tidak sesuai dengan selera pribadi. Kepada mereka atau kita yang masih bersikap mental Farisi kami harapkan untuk bertobat atau memperbaharui diri, dan menjadi rendah hati seperti anak bungsu, yang berkata kepada bapanya: ” Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa” (Luk 15:18-19).

· “Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut. Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham seperti yang telah Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala” (Mi 7:18-20). Kutipan ini kiranya menggambar-kan Allah yang Maha Kasih dan Maha Pengampun, yang dalam Injil atau Warta Gembira hari ini digambarkan sebagai bapa yang baik. Kasih pengampunan Allah tak terbatas, dan kiranya dalam hidup sehari-hari sejak kita dilahirkan kita telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah ruah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita melalui aneka bentuk. Maka kita semua sebagai orang beriman dipanggil untuk meneladan bapa yang baik, dengan rendah hati dan kasih pengampunan mendatangi orang lain yang berdosa atau kurang memperoleh kasih dan perhatian dari saudara-saudarinya. Dengan kata lain kita semua diharapkan memiliki keutamaan kepekaan social yang unggul dan handal, yang menurut pengalaman dan pengamatan saya pada masa kini sungguh memprihatinkan, karena orang kurang peka pada orang lain maupun lingkungan hidupnya. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga dididik dan dibiasakan sedini mungkin dalam hal kepekaan terhadap orang lain, serta kemudian diperdalam di sekolah-sekolah. Cara untuk mendidik anak-anak agar peka terhadap orang lain serta lingkungan hidupnya antara lain dengan mengajak mereka berjalan-jalan, misalnya anak diharapkan sungguh mengenali dengan baik sesamanya beserta lingkungan hidupnya dalam radius satu kilometer dari tempat tinggalnya atau sekolahnya atau tempat belajarnya. Salah satu program kegiatan ko kurikuler di sekolah yang mendukung hal itu adalah ‘Pramuka’, maka semoga di sekolah-sekolah dasar maupun lanjutan pertama (SD dan SMP) semua peserta didik diwajibkan menjadi anggota Pramuka di sekolahnya.

“Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat,” (Mzm 103:1-4)


Sabtu,  2 Maret 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ 

Perayaan Ekaristi: Sabtu-Minggu, 3 - 4 Maret 2013 Hari Minggu Prapaskah III

HARI MINGGU PRAPASKAH III - Th. C

SABTU-MINGGU, 3 - 4 Maret 2013

PA. Selamat pagi/siang/sore Bapak, Ibu, Saudara/i, para kaum muda dan adik-adik, sebelum kita memulai perayaan Ekaristi Hari Minggu Prapaskah III, marilah mengawalinya dengan mendoakan 'Doa Syukur dan Permohonan untuk Gereja Katolik Semesta, untuk Bapa Suci Benediktus XVI dan Pemilihan Paus baru. '

P/L. Marilah kita berdoa bersama:
Allah Bapa, Maha Pengasih dan Penyayang, Penyelenggara hidup kami.
Engkau telah memilih Bapa Suci Paus Benedictus XVI untuk memimpin Gereja-Mu.
Dengan penuh kebebasan karena usia dan kesehatannya,
beliau mengundurkan diri dari tugas pelayanan itu.
Terdorong oleh cinta kepada Gereja-Mu
Kami mempercayakan Gereja Kudus ini
ke dalam penggembalaan Tuhan Yesus Kristus, Sang Gembala Utama”.

Semoga Gereja-Mu yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik,
tetap bersatu baik dalam kegembiraan dan harapan,
tahan uji dalam duka dan kecemasan masyarakat di dunia ini,
senantiasa menjadi sakramen keselamatan,
tanda kehadiran-Mu di tengah-tengah umat manusia.

Kami bersyukur atas penggembalaan hamba-Mu
Bapa Benedictus XVI selama ini,
yang dengan penuh kasih telah melayani Gereja-Mu,
sebagai penerus pelayanan Santo Petrus.
Semoga Engkau mendampingi beliau untuk menjadi pendoa bagi Gereja,
dan menjadi hamba-Mu yang setia dalam memberikan kesaksian iman yang teguh,
harapan yang kokoh dan kasih yang membara.

Kami berdoa pula untuk pemilihan Pemimpin Gereja yang baru.
Semoga Engkau membimbing Gereja-Mu dengan kuasa Roh Kudus,
yang bekerja melalui para Kardinal dalam pemilihan Paus baru.
Semoga dengan hati terbuka dan doa yang penuh iman,
mereka dapat memahami kehendak-Mu
dalam melaksanakan pemilihan Paus yang baru.

Dengan pertolongan Bunda Tersuci, Santa Perawan Maria,
Semoga Gereja Kristus mendapatkan pengganti Santo Petrus
yang akan memimpin Gereja,
dalam peziarahannya menuju kepenuhan keselamatan,
dengan Pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin


PA. Bapak, Ibu, Saudara/i, para kaum muda dan adik-adik marilah membuka hati dan pikiran kita dengan memuji dan memuliakan Allah Bapa pada kesempatan yang indah ini, dengan mempersiapkan lagu pembuka dari Puji Syukur nomor


RITUS PEMBUKA

LAGU PEMBUKA (PS 479) 
1. Hamba-hamba-Mu berhimpun, Tuhan lihatlah, dalam kasih kami pandang salib-Mu, ya Tuhan. Kami satu dalam doa di depan Allah: Bimbing langkah kami, Tuhan, Dikau Jalan.
2. Macam-macam logat menceraikan manusia, kasih Allah dan hukum-Nya 'kan menyatukan. Dalam kegelapan kamu tak pernah resah: didampingi, Yesus, Guru Kebenaran.
3. Dunia berubah s'lalu, tak kunjung henti, dimanakah disegarkan orang yang lelah? Yang tertindih salib hidup tak kenal akhir, buatlah lega, ya Yesus, kehidupan.
4. 

TANDA SALIB DAN SALAM
I. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U. Amin
I. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus bersamamu
U. Dan bersama rohmu

PENGANTAR

SERUAN TOBAT (PS 339)

I. Tuhan Yesus Kristus, Musa telah dipanggil Allah dan diberi tugas membebaskan umat-Nya dari perbudakan. Tetapi Engkau telah diutus Bapa datang ke dunia untuk membebaskan umat manusia dari perbudakan setan.
K. Kyrie, eléison
U. Kyrie, eléison

I. Musa telah memperkenalkan Allah Abraham, Ishak dan Yakub, kepada Umat Terpilih. Namun Engkau telah memperkenalkan Allah sebagai Bapa kami yang maha pengasih dan maha penyayang.
K. Christe, eléison
U. Christe, eléison

I. Musa telah membaptis para pengukutnya dalam awan dan laut, serta memberikan manna selama pengembaraan mereka di padang pasir. Namun Engkau telah membaptis kami dengan air dan Roh, serta menganugerahi kami santapan rohani sehari-hari.
K. Kyrie, eléison
U. Kyrie, eléison

I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.

DOA PEMBUKA
I. Marilah kita berdoa:
(hening sejenak)
I. Allah Bapa yang Maharahim, Engkau menghendaki agar kami selamat. Oleh karena itu, Engkau mengundang kami untuk bertobat. Kami mohon, teguhkanlah niat dan usaha kami dalam bermati raga agar sungguh membuahkan pertobatan sejati dalam diri kami sehingga kami Kaujauhkan dari kebinasaan dan Kauanugerahi keselamatan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
U. Amin.


LITURGI SABDA

BACAAN I (Kel 3:1-8a.13-15)

"Tuhan mengikat perjanjian dengan Abraham yang setia."

L. Bacaan dari Kitab Keluaran:
Di tanah Midian Musa biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali peristiwa Musa menggiring kawanannya ke seberang padang gurun, dan tiba di gunung Allah, yakni Gunung Horeb. Lalu malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Musa melihat-lihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata, "Baiklah aku menyimpang ke sana, dan menyelidiki penglihatan yang hebat itu. Mengapa semak duri itu tidak terbakar?" Ketika dilihat Tuhan bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya, "Musa, Musa!" Musa menjawab, "Ya Allah!" Lalu Allah berfirman, "Janganlah mendekat! Tanggalkanlah kasut dari kakimu, sebab tempat di mana engkau berdiri itu adalah tanah kudus." Allah berfirman lagi, "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Musa lalu menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah. Lalu Tuhan berfirman, "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka. Ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir." Ketika Allah mengutus Musa untuk membawa umat Israel keluar dari Mesir, Musa berkata kepada Allah, "Tetapi apabila aku menemui orang Israel, dan berkata kepada mereka, 'Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu', dan mereka bertanya kepadaku, 'Siapakah nama-Nya', apakah yang harus kukatakan kepada mereka?" Firman Allah kepada Musa, "Aku adalah 'Sang Aku'." Lalu Allah melanjutkan, "Katakanlah kepada orang Israel itu, 'Sang Aku' telah mengutus aku kepadamu." Firman Allah pula kepada Musa, "Katakanlah ini kepada orang Israel, 'Tuhan, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu'. Itulah nama-Ku untuk selama-lamanya, dan itulah sebutan-Ku turun-menurun."

L. Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN (PS 814)
Ulangan: Pada Tuhan ada kasih setia dan penebusan berlimpah.
Mazmur:
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku, pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!
3. Tuhan menjalankan keadilan dan hukum bagi semua orang yang diperas. Ia telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa, dan memaklumkan perbuatan-perbuatan-Nya kepada orang Israel.
4. Tuhan adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Setinggi langit dari bumi, demikianlah besarnya kasih Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya.

BACAAN II (1Kor 10:1-6.10-12)

"Kehidupan Bangsa Israel di padang gurun telah dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita."

L. Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara, aku mau supaya kamu mengetahui, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama, dan minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. Tetapi, sungguhpun demikian, Allah tidak berkenan kepada sebagian terbesar dari mereka. Maka mereka ditewaskan di padang gurun. Semua itu telah terjadi sebagai contoh bagi kita; maksudnya untuk memperingatkan kita, supaya kita jangan menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat. Demikian pula, janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut. Semua itu telah menimpa mereka sebagai contoh bagi kita; semua itu dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada zaman akhir yang kini telah tiba. Sebab itu siapa yang menyangka bahwa dirinya teguh berdiri, hati-hatilah supaya jangan jatuh!

L. Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

BAIT PENGANTAR INJIL (PS 965)
Refren. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Bertobatlah, Sabda Tuhan, karena Kerajaan Surga sudah dekat.

BACAAN INJIL (Luk 13:1-9)

"Jikalau kamu semua tidak bertobat, kamu pun binasa dengan cara demikian."

I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu
I. Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas
U. Dimuliakanlah Tuhan.
I. Sekali peristiwa datanglah beberapa orang kepada Yesus dan membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang dibunuh Pilatus dan darahnya dicampurkan dengan darah kurban yang mereka persembahkan. Maka berkatalah Yesus kepada mereka, "Sangkamu orang-orang Galilea itu lebih besar dosanya daripada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib demikian? Tidak, kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua pun akan binasa dengan cara demikian. Atau sangkamu kedelapanbelas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya daripada semua orang lain yang di Yerusalem? Tidak, kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua pun akan binasa dengan cara demikian." Kemudian Yesus mengatakan perumpamaan ini, "Ada seorang mempunyai sebatang pohon ara, yang tumbuh di kebun anggurnya. Ia datang mencari buah pada pohon itu, tetapi tidak menemukannya. Maka berkatalah ia kepada pengurus kebun anggur itu, 'Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini, namun tidak pernah menemukannya. Sebab itu tebanglah pohon ini! Untuk apa pohon ini hidup di tanah ini dengan percuma!' Pengurus kebun itu menjawab, 'Tuan, biarkanlah dia tumbuh selama setahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk padanya. Mungkin tahun depan akan berbuah. Jika tidak, tebanglah!"

I: Demikianlah Injil Tuhan
U: Terpujilah Kristus.

HOMILI

AKU PERCAYA
(umat berdiri)
I+U. Aku percaya akan Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi.
Dan akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita.
diucapkan sambil membungkuk:
Yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria.
berdiri kembali:
Yang menderita sengsara, dalam pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat dan dimakamkan.
Yang turun ketempat penantian, pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati.
Yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa.
Dari situ Ia akan datang mengadili orang hidup dan mati.
Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang Kudus, Persekutuan para Kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Amin

DOA UMAT

I. Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa kita yang selalu siap sedia mendampingi kita dalam perjalanan

L. Bagi para Uskup dan para Imam: Semoga Bapa berkenan mendampingi dan meneguhkan para pejabat Gereja sehingga hidup mereka menjadi teladan bagi umat dalam menghayati perintah-perintah Allah serta menjadi bukti bahwa cinta kasih kepada Allah dan sesama adalah perintah tertinggi. Marilah kita mohon,.....
U. Tuhan, dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi perdamaian dunia: Semoga masyarakat dunia selalu berjuang untuk menciptakan perdamaian dan kerukunan sehingga setiap orang memiliki kekuatan dan keberanian untuk menentang perang, penindasan, ketidak-adilan, dan penghancuran. Marilah kita mohon, ….
U. Tuhan, dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi semua yang telah menjatuhkan pilihan mau mengikuti Kristus: Semoga Bapa membantu para pengikut Putra-Nya agar setia akan pilihan mereka dan tidak silau oleh kemewahan dunia atau keindahan lahiriah. Marilah kita mohon, ….
U. Tuhan, dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi paroki kita: Semoga Bapa menguatka kita agar semakin mencintai Ekaristi, tekun mengikuti perayaan Ekaristi sepenuh hati agar menjadi kekuatan bagi kita untuk berbuat baik dan hidup suci. Marilah kita mohon,.....
U. Tuhan, dengarkanlah umat-Mu.

I. Allah Bapa kami, Engkau telah mengutus Putra-Mu untuk menunjukkan jalan hidup sejati. Ajarilah kami mengikuti teladan-Nya dengan tulus dan rendah hati. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

LITURGI EKARISTI

A. PERSIAPAN PERSEMBAHAN

LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN (PS 378)

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN
I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I. Allah Bapa di surga, terimalah persembahan kami ini dan bukalah hati kami untuk menerima kehadiran Putra-Mu yang akan menghancurkan manusia lama kami dan menganugerahkan hidup yang baru. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami.
U. Amin.

B. DOA SYUKUR AGUNG

PREFASI
(DSA IV - Prefasi berikut tidak boleh diganti, merupakan satu rangkaian dengan DSA IV)

I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu.
I. Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan
U. Sudah kami arahkan.
I. Marilah bersyukur kepada Tuhan Allah kita.
U. Sudah layak dan sepantasnya.
I. Sungguh layak dan sepantasnya, ya Bapa yang kudus, kami bersyukur dan memuliakan Dikau.
Sebab Engkaulah satu-satunya Allah yang hidup dan benar. Sebelum awal zaman Engkau sudah ada dan akan tetap ada selama-lamanya; Engkau bersemayam dalam cahaya yang tak terhampiri. Hanya Engkaulah yang baik, sumber kehidupan, Pencipta segala sesuatu. Engkau melimpahkan berkat-Mu dan membahagiakan segala makhluk dengan terang cahaya-Mu. Di hadirat-Mu para malaikat yang tak terbilang jumlahnya siang-malam berbakti kepada-Mu, dan sambil memandang wajah-Mu yang mulia tak henti-hentinya memuliakan Dikau.
Bersama mereka, dan atas segala ciptaan di bawah langit, kami pun melambungkan pujian bagi nama-mu, dan dengan sukacita bernyanyi/berseru:

KUDUS (PS 385)

Sanctus, Sanctus, Sanctus,
Dominus Deus Sabbaoth;
Pleni sunt caeli et terra gloria Tua.
Hosanna in excelsis.
Benedictus qui venit in nomine Domini.
Hosanna in excelsis

DOA SYUKUR AGUNG IV -berlutut/berdiri-
I. Kami memuji Engkau, ya Bapa yang kudus, sebab agunglah Engkau dan segala karya-Mu Engkau laksanakan dengan penuh kebijaksanaan serta kasih sayang. Engkau menciptakan manusia seturut citra-Mu dan menyerahkan kepadanya tugas untuk memelihara alam semesta supaya ia berkuasa atas segala ciptaan dan berbakti kepada-Mu, Pencipta alam semesta. Meskipun manusia kehilangan persahabatan dengan Dikau karena tidak setia, ia tidak Engkau biarkan merana di bawah kuasa maut. Dengan penuh belas kasih, Engkau menolong semua orang untuk mencari dan menemukan Engkau kembali. Begitu pula berulang-ulang Engkau mengundang mereka untuk mengikat perjanjian dan dengan pengantaraan para nabi Engkau mengajar mereka untuk mengharapkan keselamatan.
   
I. Ya Bapa yang kudus, demikian besar kasih-Mu terhadap dunia sehingga ketika sudah genaplah waktu penantian, Engkau mengutus Putra-Mu yang tunggal menjadi Juru Selamat kami. Ia menjadi manusia oleh kuasa Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria, dan hidup sama seperti kami dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa.
   
I. Ia mewartakan kabar sukacita: keselamatan bagi kaum miskin, pembebasan bagi para tawanan, dan penghiburan bagi yang berduka. Guna menghadapi rencana penyelamatan-Mu, Ia menyerahkan hidup-Nya. Namun, dengan bangkit dari alam maut, Ia memusnahkan kematian dan membangun kembali kehidupan. Dan, agar kami tidak lagi hidup bagi diri kami sendiri, melainkan bagi Dia yang wafat dan bangkit bagi kami, Ia mengutus Roh Kudus dari-Mu sebagai anugerah pertama bagi kaum beriman. Roh Kudus itu menyempurnakan karya Putra-Mu dan menyelesaikan karya pengudusan-Nya di bumi.

I. Dari sebab itu kami mohon, ya Bapa, semoga Roh Kudus itu menguduskan persembahan ini agar menjadi Tubuh dan (+) Darah Tuhan kami, Yesus Kristus, yang menghendaki kami merayakan misteri agung ini yang Ia wariskan kepada kami sebagai perjanjian abadi. 
    
Putra Altar membunyikan lonceng/gong
I. Ya Bapa yang kudus, Putra-Mu senantiasa mencintai murid-murid-Nya di dunia. Maka, tatkala tiba saatnya Engkau muliakan, Ia mencurahkan cinta sehabis-habisnya. Ketika bersantap bersama mereka, Ia mengambil roti, memuji Dikau, memecah-mecahkan roti itu, dan memberikannya kepada murid-murid-Nya seraya berkata:
  
Terimalah dan makanlah: Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu.
  
(Ketika Imam memperlihatkan Hosti Suci dengan mengangkat-Nya, Umat memandang-Nya. Ketika Imam meletakkan Hosti Suci dan berlutut, Umat menundukkan kepala dengan hormat dan khidmat)
   
I. Demikian pula, Ia mengambil piala berisi anggur, mengucap syukur kepada-Mu, lalu memberikan piala itu kepada murid-murid-Nya seraya berkata:
  
Terimalah dan minumlah: Inilah Piala Darah-Ku, Darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi banyak orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku.
  
(Ketika Imam memperlihatkan Piala dengan mengangkat-Nya, Umat memandang-Nya. Ketika Imam meletakkan Piala dan berlutut, Umat menundukkan kepala dengan hormat dan khidmat) 
  
AKLAMASI ANAMNESIS
I. Sungguh agung misteri iman kita.
U. Tuhan, Penebus dunia, dengan salib dan kebangkitan-Mu, Engkau membebaskan manusia. Selamatkanlah kami, umat-Mu.
   
I. Oleh karena itu, ya Bapa, sambil merayakan kenangan akan penebusan kami, kami kenangkan Kristus yang telah wafat dan turun ke tempat penantian. Kami mengakui bahwa Ia telah bangkit dan naik ke surga, duduk di sisi kanan-Mu. Sambil mengharapkan kedatangan-Nya dalam kemuliaan, kami mempersembahkan pada-Mu Tubuh dan Darah-Nya: kurban yang berkenan pada-Mu dan membawa keselamatan bagi seluruh dunia. Ya Bapa, sudilah memandang kurban ini yang telah Engkau sediakan sendiri bagi Gereja-Mu. Perkenankanlah agar semua yang ikut menyantap roti yang satu dan minum dari piala yang sama ini dihimpun oleh Roh Kudus menjadi satu tubuh. Semoga dalam Kristus, mereka menjadi kurban yang hidup sebagai pujian bagi kemuliaan-Mu.
  
I. Ingatlah, ya Bapa, akan semua orang, terutama Paus kami......, Uskup kami......, para uskup di seluruh dunia, para imam dan diakon, serta semua yang Engkau panggil untuk melayani umat-Mu; juga akan semua yang ikut dalam kurban persembahan ini: semua yang hadir di sini, seluruh umat-Mu, dan semua yang mencari Engkau dengan tulus hati. Bagi mereka semua, kurban ini kami persembahkan.
  
I. Ingatlah juga saudara-saudari kami yang telah berpulang dalam damai Kristus dan semua orang yang meninggal; hanya Engkaulah yang mengenal iman mereka.
  
I. Bapa yang mahamurah, perkenankanlah kami semua, anak-anak-Mu, mewarisi kebahagiaan surgawi bersama Santa Perawan Maria, Bunda Allah, Santo Yusuf suaminya, bersama para rasul dan semua orang kudus-Mu di dalam kerajaan-Mu. Di sanalah, bersama segala ciptaan-Mu yang bebas dari kuasa dosa dan maut, kami akan memuliakan Dikau dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Sebab melalui Dialah Engkau melimpahkan segala yang baik kepada dunia.
  
I. Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu, Allah Bapa yang mahakuasa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa.
U.Amin.
       

(Apabila akhir Doa Syukur Agung ini dinyanyikan Imam, maka "Amin" dinyanyikan umat, lihat TPE hlm 57)

C. KOMUNI

BAPA KAMI (PS 402)

I. Atas petunjuk Penyelamat kita dan menurut ajaran ilahi, maka beranilah kita berdoa
I+U. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

I. Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala yang jahat dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram, sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami, Yesus Kristus.
U. Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.

DOA DAMAI (MR 2002)
I. Tuhan Yesus Kristus, Engkau bersabda kepada para rasul, "Damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu." Jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

I. Damai Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu.

ANAK DOMBA ALLAH (PS 406)

PERSIAPAN KOMUNI
Ajakan menyambut Komuni
I. Inilah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya
U. Ya Tuhan, saya tidak pantas, Engkau datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.

KOMUNI 

DENGARLAH, YA TUHAN (PS 605)

Ulangan: Dengarlah, ya Tuhan, dan kasihani, karena kami berdosa 
Ayat oleh Solis.  
1. Ya Yesus raja, Penebus dunia, kepada Engkau kami menengadah, dengar kiranya keluh kesah kami!
2. Juruselamat, Batu sendi kekal, pintu ke surga, jalan bahagia, sucikan kami dari noda dosa!
3. Kami memohon, Allah maharahim, sudi tiliklah susah jiwa kami, dan hapuskanlah segala salahnya.
4. Kami akui kejahatan kami, serta bertobat dengan sungguh hati. Bapa penyayang ampunilah kami.
5. Tuhan, tersuci, besarlah cinta-Mu, rela di salib hanya bagi kami. Jagalah kami umat yang Kau tebus.  

DOA SESUDAH KOMUNI
I. Marilah kita berdoa:
I. Ya Allah, kami bersyukur atas santapan kudus ini. Semoga santapan surgawi ini meneguhkan harapan kami akan bumi baru, di mana kekuasaan jahat dihancurkan berkat jasa Yesus Kristus dan diganti dengan tegaknya keadilan, kedamaian, kejujuran dan cinta kasih. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami.
U. Amin.

RITUS PENUTUP

PENGUMUMAN

BERKAT

Imam membuka tangan
I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu.

Imam mengulurkan kedua belah tangan ke arah umat.
I. Ya Bapa, sudilah memandang anak-anak-Mu yang berkumpul di sini. Sebab demi keselamatan mereka, Tuhan kami Yesus Kristus tidak ragu-ragu menyerahkan diri ke tangan kaum penjahat dan menderita siksaan salib. Dialah penyelamat kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

I. Semoga Saudara sekalian dilindungi, dibimbing, dan diberkati oleh Allah yang Mahakuasa: (+) Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U. Amin.

PENGUTUSAN

I. Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai.
U. Syukur kepada Allah.
I. Marilah pergi! Kita diutus.
U. Amin.

PERARAKAN KELUAR (PS 599)

***

RAHMAT AGUNG YANG DICURAHKAN ALLAH

Surat Apostolik "Porta Fidei" (Pintu kepada Iman)

dari Paus Benediktus XVI dalam rangka pencanangan Tahun Iman, No.5

Dalam arti tertentu, Yang Mulia Pendahulu saya itu melihat Tahun Iman ini sebagai suatu “konsekwensi dan kebutuhan dari masa pasca konsili”, sambil menyadari sepenuhnya tentang kesukaran-kesukaran jaman yang serius, teristimewa yang berkaitan dengan pengakuan iman yang sejati dan penafsirannya yang benar. Menurut hemat saya timing peluncuran Tahun Iman yang bertepatan dengan ulang tahun ke lima-puluh pembukaan Konsili Vatikan II itu akan memberikan kesempatan yang sangat bagus dalam membantu umat untuk memahami, bahwa naskah dokumen yang telah diwariskan oleh para Bapa Konsili itu, dengan kata-kata Beato Yohanes Paulus II, “sama sekali belum kehilangan nilai dan kecemerlangannya”. Naskah-naskah itu perlu dibaca dengan benar, ditangkap dengan akal budi secara luas dan dicamkan di dalam hati secara mendalam sebagai dokumen yang penting dan mengikat dari Magisterium Gereja sendiri, semuanya di dalam jalur Traidisi Gereja … Saya sendiri merasa lebih berkewajiban untuk menunjukkan kepada Konsili itu sebagai rakhmat agung yang dicurahkan Allah kepada Gereja Abad Keduapuluh itu, di mana kita dapat menemukan penunjuk arah untuk dapat mengarungi abad yang sekarang baru akan mulai itu”. Saya juga ingin menekankan dengan sangat sekali lagi, apa yang sudah saya katakan tentang konsili ini beberapa bulan setelah saya terpilih sebagai Paus Pengganti Petrus: ”Apabila, kita, menafsirkan dan mengimplementasikan Konsili itu dengan bimbingan suatu hermeneutika yang benar, maka Konsili itu bisa dan akan menjadi semakin berdaya bagi pembaharuan Gereja yang senantiasa diperlukan itu”