Senin, 23 Desember 2013: Mal. 3:1-4; 4:5-6; Mzm. 25:4bc-5ab,8-9,10,14; Luk. 1:57-66

Tanda-tanda bakal datangnya “Hari Tuhan” amat ditekuni dan ingin diketahui orang di tanah Suci dulu. Maklum yang disebut “Hari Tuhan” itu dipahami sebagai saat ketika Tuhan akan datang memeriksa dan meminta pertanggungjawaban akan apa yang terjadi di muka bumi. Gambarannya, yang tak beres akan disudahi, yang baik akan selamat. Saat yang menggundahkan batin, juga bagi orang-orang saleh. Salah satu tanda hari itu ialah datangnya kembali Nabi Elia, seorang nabi besar yang tidak mengalami kematian tapi naik ke langit dan bakal kembali mendahului tibanya Hari Tuhan. Ini disebutkan dalam bacaan pertama. Injil Lukas menerapkan gagasan ini kepada lahirnya Yohanes Pembaptis. Tokoh ini mendahului dan menyiapkan “Hari Tuhan”-nya orang Perjanjian Lama dengan mengajak siapa saja berubah pandangan - “bertobat” - seperti diberitakan dalam Injil-Injil. Kali ini Lukas mengisahkan kelahiran sang Pembaptis dan penamaannya sebagai Yohanes. Orang-orang heran mengapa nama itu dipilih karena memang tak ada dalam keluarganya yang pernah bernama demikian. Nama itu dalam bahasa Ibrani berarti “Tuhan berbelaskasih”. Dan betul demikian, Yohanes Pembaptis membuka jalan bagi belas kasih ilahi. Wartanya bukan lagi yang menakutkan tapi yang memberi kelegaan. Tidak semua orang menerimanya dan memilih untuk tetap khawatir dan waswas. Tapi itu bukan warta pertobatan sejati. yang benar ialah tobat yang membuat orang tidak lagi menganggap Tuhan itu sebagai yang bakal datang mengadili dan menghukum, melainkan Tuhan yang akan mau menerima siapa saja yang mau mendekat kepada-Nya, dalam keadaan apa saja.



Salam,

A. Gianto