HOMILI: Hari Minggu Biasa XXV (Am. 8:4-7; Mzm. 113:1-2,4-6,7-8; 1Tim. 2:1-8; Luk. 16:1-13)

Apa yang kita butuhkan dalam hidup sehari-hari hemat saya hal-hal kecil dan sederhana, misanya makanan dan minuman, demikian juga aneka peralatan elektronik semakin canggih juga semakin kecil, misalnya kabel tilpon/serat optic dst.. Di dalam hidup sehari-hari pun hemat saya anak-anak kecil/bayi lebih memperoleh perhatian daripada anak-anak besar/dewasa. Anak dewasa atau remaja tidak ada dibiarkan saja, sementara itu ketika anak kecil/balita tidak ada pasti akan menjadi keprihatinan dan orang bekerja keras untuk mencarinya. Orang-orang kecil alias para pembantu rumah tangga pada umumnya sungguh memperhatikan hal-hal kecil dan sederhana, dan ketika pembantu rumah tangga tidak ada karena cuti, maka mereka baru dirasa sangat penting keberadaannya. Ada pepatah “Small is beautiful” (=Kecil itu indah). Kita semua juga berasal dari sel yang sangat kecil, yaitu sperma yang bersatu dengan sel telor. Maka marilah kita renungkan atau refleksikan sabda Yesus hari ini dengan mendalam.

"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Luk 16:10)

Pertama-tama dan terutama kami mengharapkan anda sekalian kepada anak-anak kccil, dan tentunya secara khusus kepada orangtua atau bapak-ibu yang memiliki anak balita: hendaknya anak-anak menerima perhatian yang memadai, dan untuk itu para orangtua kami harapkan boros waktu dan tenaga kepada anak-anak balitanya. Hendaknya para ibu dengan cintakasih dan pengorbanan menyusui sendiri bayinya paling tidak minimal selama satu tahun, demi kecerdasan anak anda di masa depan. Hendaknya jangan dengan mudah memberi susu instant kepada bayi anda. Menyusui bayi selain memberi minuman yang bergizi dan berarti menyalurkan kasih ibu kepada anaknya. Kepada pemerintah atau pejabat pemerintahan kami harapkan memberikan perhatian yang memadai pada anak-anak/peserta didik di pendidikan dasar, dan dalam proses pendidikan hendaknya sungguh diperhatikan pendidikan nilai, moral atau budi pekerti.

Perhatian dalam perkara-perkara kecil kami harapkan dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dan sekali lagi tentu saja perlu disertai teladan konkret para orangtua. Perkara-perkara kecil dalam keluarga atau rumah tangga, pertama-tama perhatikan dalam mengatur kamar pribadi maupun mengurus dan mengelola pakaian dan sarana-sarana pribadi lainnya. Jika kita terampil dan sukses dengan baik mengatur dan mengurus kamar pribadi serta segala sesuatu yang kita miliki, maka kita akan mampu mengatur dan mengurus hal-hal yang lebih besar. Perkara-perkara kecil lain dalam keluarga atau rumah tangga antara lain: yang terkait dengan kebersihan maupun penghematan enerji seperti mematikan nyala listrik yang tak dibutuhkan lagi, mematikan air kran yang mengalir karena tidak digunakan lagi dst… Ada orang bijak mengatakan bahwa jika orang sukses mengatur kamar atau rumah sendiri, maka yang bersangkutan akan mampu mengatur kantor yang lebih besar, jika orang berhasil mengurus dan mendidik anak-anaknya sendiri, maka yang bersangkutan akan mampu mengatur dan mengurus rekan-rekan atau pembantu kerjanya di kantor dst..

Kepada para pejabat pemerintahan atau pemimpin/ kepala daerah kami ingatkan dan ajak untuk mengurus dan melayani rakyat kecil seoptimal dan sebaik mungkin. Perkara pertanian dan perikanan yang pada umumnya melibatkan rakyat kecil kami harapkan sungguh diperhatikan sebaik mungkin demi ketahanan kebutuhan pokok makanan di Negara tercinta ini. Hendaknya para pedagang kecil atau ‘kaki lima’ diatur dan diperhatikan dengan baik, karena menurut para pakar ekonomi mengatakan bahwa usaha non formal ini merupakan kekuatan istimewa dalam perekonomian Negara kita. Sedangkan kepada para pengusaha atau pemberi kerja kami harapkan memberi perhatian dan imbal jasa yang memadai kepada para pekerja kecil seperti tenaga kebersihan, keamanan dst.., mengingat dan memperhatikan kinerja mereka sungguh penting dalam kesuksesan usaha anda.

Jika dicermati cukup banyak pembesar atau petinggi bangsa ini kurang sukses dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, hemat saya karena mereka pada masa kecil kurang memperhatikan perkara-perkara kecil, maka juga tidak mengherankan jika mereka melakukan korupsi uang dalam jumlah besar enak-enak saja dan tidak merasa bersalah sedikitpun. Kami berharap kepada para tokoh atau pemuka agama sungguh memberi perhatian perkara-perkara kecil, maupun rakyat kecil, miskin dan berkekurangan, sebagaimana masa kini juga menjadi opsi pelayanan pastoral Paus Fransiskus.

“Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita,yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.”(1Tim 2:1-4)

“Hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan” kiranya menjadi dambaan dan harapan semua orang di dunia ini. Harapan dan dambaan tersebut hemat kami pertama-tama dan terutama hendaknya terjadi dalam keluarga atau komunitas kita masing-masing sebagai basis atau dasar hidup bersama dalam bentuk apapun. Jika semua keluarga dan komunitas di dunia ini senantiasa hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan, maka hidup dan bekerja dimana pun dan kapan pun di dunia ini senantiasa dalam keadaan tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.

Kita semua diharapkan memiliki dan menghayati pengetahuan akan kebenaran, antara lain bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai gambar atau citraNya, maka marilah kita usahakan dengan kerja keras agar diri kita senantiasa dapat menjadi gambar atau citra Allah. Memang salah satu wujud bahwa kita menjadi gambar atau citra Allah tidak lain adalah senantiasa hidup dan bertindak dengan saleh serta saling menghormati dan menjunjung tinggi satu sama lain. Saleh dan bahasa Jawa sumeleh, yang berarti dengan rendah hati membaktikan diri pada Penyelenggaran Ilahi.

Kami berharap kepada para raja dan pembesar sungguh saleh hidupnya serta senantiasa menghormati dan menjunjung tinggi rakyat atau anak buahnya. Semakin tinggi jabatan atau kedudukan atau fungsi dalam hidup bersama kami harapkan semakin saleh, karena dengan demikian anda juga akan semakin dikasihi oleh banyak orang maupun Allah sendiri. Allah adalah kasih, maka beriman dan berbakti kepadaNya berarti senantiasa hidup saling mengasihi dan menghormati. Selama masih ada penindasan atau pelecehan harkat martabat manusia dalam bentuk apapun, hemat saya hal itu berarti apa yang menjadi dambaan atau harapan kita masih jauh dari kenyataan.

Marilah kita perangi atau berantas aneka bentuk penindasan dan pelecehan harkat martabat manusia, misalnya pelacuran, perlakuan tidak adil terhadap para pekerja atau buruh, tindakan keras dan kejam terhadap anak-anak dst.., dan yang tidak kalah penting adalah pelecehan laki-laki terhadap perempuan. Pengamatan menunjukkan bahwa perempuan atau wanita sering dengan mudah dijajah atau ditindas oleh laki-laki atau pria sebagaimana sering menjadi alunan lagu keroncong bahwa wanita dijadikan sangkar madu oleh pria, yang berarti cari enaknya saja dalam diri wanita, misalnya sekedar menjadi pelampisan gairah atau nafsu seksual pria semata-mata.

“TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, bersama-sama dengan para bangsawan bangsanya” (Mzm 113:4-8)


Minggu, 22 September 2013

Romo. Ignatius Sumarya, SJ