“Adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi.” (Kis 16:22-34; Mzm 138:1-3.7c-8; Yoh 16:5-11)


“Tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorang pun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita. Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi;akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum” (Yoh 16:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Dua hari lagi kita kenangkan pesta Kanaikan Yesus ke sorga, yang berarti akan meninggalkan para rasul dan para murid semuanya, yang selanjutnya mempercayakan tugas pengutusanNya kepada para rasul atau para muridnya. “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”, demikian pesan atau sabda Yesus. Sabda ini hendaknya direnungkan dan direfleksikan oleh siapapun yang akan mengundurkan diri dari tugas perutusan, entah karena harus pindah tugas atau pensiun. Kepada mereka yang akan pindah tugas atau pensiun kami harapkan dengan jiwa besar dan kerelaan untuk meninggalkan tugas pengutusan atau pekerjaannya, sebaliknya kepada mereka yang menerima tugas untuk melanjutkan karya dan pekerjaannya hendaknya dengan rendah hati dan kerelaan untuk berjuang menerimanya. Sebagai yang harus melanjutkan tugas pengutusan atau pekerjaan kita semua diingatkan untuk ‘menginsyafkan dunia’ alias hidup dan bertindak untuk menyelamatkan dunia, mengingat dan memperhatikan ada atau banyak umat manusia di dunia dalam keadaan tidak selamat. Kita orang beriman dipanggil untuk menyadarkan atau menginsyafkan saudara-saudari kita akan panggilan dan tugas pengutusan utamanya, tidak menyeleweng atau berselingkuh. Memang penyelewengan atau perselingkuhan lebih enak daripada tugas dan panggilan utama, namun hanya bersifat sementara saja, maka mereka yang suka menyeleweng atau berselingkuh kami harapkan segera bertobat.

• "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kis 16:31), demikian kata Paulus kepada para penjaga penjara yang ketakutan. Kata-kata Paulus ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi siapapun yang saat ini merasa takut atau khawatir perihal hidup maupun masa depannya. Memang situasi masa kini sering membuat generasi muda merasa takut dan khawatir, lebih-lebih perihal pekerjaan yang mendatangkan imbal jasa untuk hidup sejahtera di masa depan. Saat ini kiranya juga muncul ketakutan atau kekhawatiran perihal penerimaan siswa atau mahasiswa, apakah lamaran untuk belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang didambakan dapat dikabulkan. Sebagai orang beriman kita semua diharapkan mempercayakan masa depan kita kepada Tuhan alias percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi. Maka mulailah mengerjakan segala sesuatu dalam Tuhan dan sesuai dengan tugas pengutusan yang dibebankan Tuhan kepada kita melalui atasan atau pemimpin kita. Kemudian percayalah bahwa jika Tuhan mengutus juga akan menyelesaikan tugas pengutusan melalui diri kita, tentu saja selama melaksanakan tugas pengutusan kita senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan. Kita semua mendambakan seluruh anggota keluarga dan isi rumah kita selamat, maka hendaknya disadari dan dihayati kehadiran dan karya Tuhan melalui keluarga atau rumah kita. Untuk itu hendaknya jangan melupakan doa bersama di dalam keluarga atau rumah anda masing-masing setiap hari. Percayakan semuanya kepada Penyelenggaraan Ilahi, karena dengan demikian semuanya akan berjalan baik dan selamat. Hendaknya tidak ada seorang pun di dalam keluarga hidup dan bertindak seenaknya sendiri, mengikuti selera pribadi atau keinginan pribadi saja.

“Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu.Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.” (Mzm 138:1-3)

Selasa, 7 Mei 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ