“Angin bertiup ke mana ia mau” (Kis 4:32-37; Mzm 93:1ab.1cd-2.5; Yoh 3:7-15)

“Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?" Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Percaya kepada Yesus yang bangkit berarti hidup dan bertindak sesuai dengan perintah atau dorongan Roh Kudus. Roh dalam bahasa Yunani adalah ‘ruah’ yang berarti badai atau angin kencang, dan kita tahu bahwa badai atau angin bergerak kepada ia mau, sesuai dengan tekanan udara di atas permukaan bumi ini. Angin kencang atau badai dapat memporak-porandakan apa yang dilewati, misalnya bangunan/rumah, pohon dst.., angin sepoi-sepoi bertiup di siang hari dapat membuat orang mengantuk dan tertidur. Pada umumnya orang tak mampu mengalahkan angin atau badai. Begitulah hidup dan bertindak sesuai dengan dorongan dan bisikan Roh Kudus mau tak mau harus mengikutiNya. Bagaikan angin, roh tidak kelihatan, namun dapat dirasakan atau dinikmati hasil atau karyanya. Sabda hari ini mengingatkan kita semua bahwa untuk dapat percaya pada dorongan Roh Kudus mengandaikan orang percaya kepada apa yang kelihatan atau duniawi. Jika dalam hal duniawi kita sulit percaya apalagi dalam hal sorgawi atau rohani. Kami berharap kita dengan saudara-saudari yang setiap hari hidup atau bekerja bersama saling percaya, sebagai bukti bahwa kita percaya akan Roh yang hidup dan berkarya dalam diri kita masing-masing. Hidup dan bertindak sesuai dengan dorongan atau kehendak Roh berarti berubah terus-menerus; kita memperhatikan tanda-tanda zaman serta menanggapinya demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun umat manusia. Memang hidup dan bertindak sesuai Roh juga berarti senantiasa berpegang teguh pada keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan, serta menghayatinya sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada.

· “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya” (Kis 4:32-35). Kutipan dari Kisah Para Rasul ini merupakan contoh hidup bersama orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, kumpulan umat yang sungguh beriman, maka cara hidup jemaat purba ini kiranya dapat menjadi bantuan bagi kita semua dalam mawas diri sebagai umat beriman yang harus hidup bersama. “Sehati dan sejiwa” itulah kiranya yang menjadi dambaan kita bersama sebagai umat beriman, sehingga terjadi persaudaraan sejati. Persaudaraan sejati antar kita pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan, mengingat dan memperhatikan masih maraknya permusuhan di antara warganegara kita, yang terjadi sekitar pemilihan kepala daerah. Bentuk penghayatan persaudaraan sejati juga dapat diwujudkan dengan hidup sederhana, menggunakan aneka jenis harta benda atau uang sesuai dengan keperluan, dan tidak berfoya-foya. Maka kepada mereka yang kaya akan harta benda dan uang kami harapkan solider kepada mereka yang miskin dan berkekurangan: bantulah saudara-saudari anda yang sungguh membutuhkan untuk hidup layak, dan jika mungkin juga membantu mereka yang mengalami kesulitan dalam pembeayaan untuk belajar alias memberi beasiswa. Marilah kita wujudkan motto ‘solidaritas dan keberpihakan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan’

“TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada.” (Mzm 93:1-2)


Selasa, 9 April 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ