"Tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia sebab saat-Nya belum tiba" (Keb 2:1a.12-22; Mzm 34:17-20; Yoh 7:1-2.10.25-30)

"Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya." Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku." Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba" (Yoh 7:1-2.10.25-30)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Semakin Yesus membuka Diri semakin orang-orang Farisi dan ahli Taurat tidak memahamiNya, dan semakin tergerak untuk menangkapNya alias membungkamNya, sehingga Yesus tidak dapat berbicara seenaknya. Pengalaman yang demikian ini ada kemungkinan juga terjadi dalam kebersamaan kita dimana ketika kita saling membuka diri semakin kelihatan banyak perbedaan dan banyak hal kurang kita fahami atau kurang kita terima, sehingga mendorong kita untuk menyingkirkannya. Dalam hal relasi pasangan suami-isteri yang belum lama menikah kiranya hal ini juga dapat terjadi, mengingat dan memperhatikan pada umumnya pada masa pacaran maupun tunangan orang masih bermain sandiwara, demikian juga dapat terjadi dalam diri para imam, bruder, suster muda, dimana pada masa pendidikan pada umumnya juga masih terjadi sandiwara kehidupan. Semakin kenal, semakin dekat dan semakin lama bergaul dan bekerja bersama akan semakin banyak hal baru yang tidak kita ketahui atau fahami dengan baik. Semoga kita tidak tergerak untuk menyingkirkan atau membungkam mereka yang tak terfahami atau ketahui dengan baik, melainkan bersabarlah pada waktunya kita pasti akan mengetahui dan memahaminya. Untuk itu kita semua hendaknya dengan penuh kesabaran dan rendah hati berusaha saling memahami dan mengetahui dan tentu saja semakin menghayati keterbasan dirinya. Kepada pasangan suami-isteri muda kami harapkan tidak mudah bercerai atau bertengkar karena munculnya perbedaan-perbedaan yang ada. Kepada para pendidik atau guru hendaknya juga memahami dan mengerti perbedaan yang ada dengan para murid atau peserta didik, dan semoga anda tidak memproyeksikan diri pada para murid atau peserta didik.

· "Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya. Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati keji terhadapnya, sebab menurut katanya ia pasti mendapat pertolongan." Demikianlah mereka berangan-angan, tapi mereka sesat, karena telah dibutakan oleh kejahatan mereka.Maka mereka tidak tahu akan rahasia-rahasia Allah, tidak yakin akan ganjaran kesucian, dan tidak menghargakan kemuliaan bagi jiwa yang murni" (Keb 2:19-22). Aniaya dan siksa pasti akan dihadapi oleh orang-orang yang bertindak benar, jujur dan disipin, setia dan teratur dalam cara hidup dan cara bertindak. Aniaya dan siksa itu dapat dapat berasal dari dirinya sendiri atau dari luar. Untuk berusaha hidup suci dan murni memang tak akan terlepas dari aneka tantangan, hambatan dan masalah, namun demikian hadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan bersama dan bersatu dengan Allah, karena Allah pasti menolong atau membantu kita yang lemah dan rapuh ini. Jadikan aniaya dan siksaan sebagai wahana penyucian atau pemurnian diri, bagaikan emas dibakar untuk mencari kemurniannya. Dalam menghadapi aniaya dan siksaan hendaknya kita tetap lemah lembut dan sabar, karena dengan demikian kita juga akan semakin lemah lembut dan sabar, dan orang yang lemah lembut serta sabar menjadi kesayangan Allah. Semua orang sehat kiranya mendambakan disayangi oleh Allah kapan pun dan dimana pun, maka baiklah jika senantiasa lemah lembut dan sabar dalam menghadapi gelora kehidupan yang sering menghempas dan mengombang-ambingkan kita. Hendaknya tetap berpegang teguh pada kehendak Allah dalam menghadapi gelora kehidupan yang mengombang-ambingkan kehidupan kita.

"Wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu" (Mzm 34:17-20)

Jumat, 15 Maret 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ