“Orang Farisi dan ahli Taurat bersungut-sungut” (Yes 58:9b-14; Mzm 86:1-4; Luk 5:2-32)

“Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat." (Luk 5:27-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Jika kita mawas diri dengan jujur dan benar kiranya kita semua harus mengakui dan menghayati diri bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang membutuhkan kasih pengampunan dan kemurahan hati Allah. Yesus adalah Allah yang menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa, datang ke dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa, menyembuhkan orang sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh. “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat”, demikian sabdaNya dan Ia melakukan apa yang Ia sabdakan. Maka marilah kita sadari dan hayati dosa dan kelemahan kita serta kemudian mohon kasih pengampunan dari Allah, dan ketika melihat orang berdosa diampuni hendaknya kita tidak menggerutu atau bersungut-sungut seperti para ahli Taurat dan orang Farisi. Dengan kata lain hendaknya kita tidak pernah menyombongkan diri sedikitpun, meskipun dalam diri kita ada yang baik, mulia dan luhur, sebaliknya hendaknya semakin baik, mulia dan luhur semakin rendah hati, karena semuanya merupakan anugerah atau rahmat Allah yang kita terima melalui sekian banyak orang yang memperhatikan dan mengasihi kita dalam hidup sehari-hari. Dengan kata lain marilah kita senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi dan mengampuni, serta menjauhkan diri dari aneka gerutu dan sungut-sungut ketika melihat orang lain dikasihi dan diampuni. Hendaknya kita juga tidak malu hidup dan bersama dengan orang-orang berdosa, dan biarlah karena kehadiran kita orang-orang berdosa bertobat.

· “TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan. Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan "yang memperbaiki tembok yang tembus", "yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni"(Yes 58:11-12). Kutipan di atas ini, dari kitab Nabi Yesaya, kiranya dapat menjadi pegangan kita untuk senantiasa hidup dalam pengharapan, meskipun kita berada dalam kekurangan atau penderitaan, karena kelalaian, dosa dan kesambalewaan kita. “Tuhan akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak mengecewakan”, sabda ini kiranya yang menjadi kekuatan dan harapan kita. Maka marilah kita senantiasa membuka diri terhadap tuntunan Tuhan, yang dalam hidup sehari-hari antara lain menjadi nyata dalam aneka bentuk tuntunan dari saudara-saudari kita yang baik hati. Maka dengan ini kami berharap kepada anda sekalian untuk memiliki keterbukaan diri dituntun, diutus, dibentuk dst…, dengan kata lain hayati dan sikapi aneka sentuhan, sapaan dan perlakuan orang lain sebagai kasih atau tuntunan Tuhan menuju ke keselamatan atau kebahagiaan sejati. Hendaknya ketika kita salah siap sedia dibetulkan serta mengucapkan terima kasih atas usaha orang lain membetulkan saya. Ketika saya dalam kesepian atau frustrasi ada orang mendatangi saya, terimalah dengan terbuka, terima kasih dan syukur.

“ Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku. Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi, selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu. Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.” (Mzm 86:1-4)

Sabtu, 16 Februari 2013 

Romo Ignatius Sumarya, SJ