“Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Est 4:10a.10c-12.17-19; Mzm 138:1-3; Mat 7:7-12)

 
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 7:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Ketika sedang berdoa pada umumnya orang mengajukan atau mempersembahkan permohonan-permohonan kepada Allah, sesuai dengan dambaan, kerinduan, harapan atau cita-citanya sendiri. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua bahwa ketika kita berdoa hendaknya mohon yang baik, dan yang dimaksudkan dengan baik disini tidak lain adalah keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia. Percayalah jika kita mohon keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia, maka permohonan kita pasti dikabulkan, dan tentu saja pengabulan doa ini perlu partisipasi kita sepenuhnya, artinya dari pihak kita yang mohon senantiasa dalam hidup dan karya mengusahakan keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Untuk itu berarti kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah alias hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Warta Gembira hari ini kiranya juga mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk senantiasa memberikan apa yang baik untuk anak-anaknya. Hemat saya apa yang baik bagi anak-anak adalah pendidikan atau pembinaan yang memadai, dan untuk itu antara lain kami harapkan anak-anak pada usia balita dapat menerima cintakasih yang memadai dari orangtuanya, yang berarti orangtua diharapkan memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anak balitanya. Maka kami harap anak-anak balita hendaknya tidak dengan mudah diserahkan kepada pembantu atau neneknya. Pengalaman menunjukkan anak-anak yang kurang ajar pada umumnya pada masa balita kurang memperoleh kasih dari orangtuanya; dimana orangtua merasa cukup dengan memberi makanan dan minuman, tidak memberi waktu dan tenaga bagi anak-anaknya. Kepada anda semua yang sedang saling mengasihi atau membina dan memperdalam hidup saling mengasihi kami harapkan berani saling memboroskan waktu dan tenaga satu sama lain.

· "Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja.” (Est 4:11). Tongkat emas pada masa kini menjadi symbol para gembala (paus dan para uskup), yang memiliki tugas utama untuk menggembalakan umat Allah. Maka kutipan “Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat eman, yang akan tetap hidup”, kiranya dapat difahami bahwa umat Allah yang mentaati dan melaksanakan arahan atau petunjuk pastoral para gembala yang akan hidup bahagia dan selamat jiwanya. Maka dengan ini kami mengajak umat Allah (rekan pastor, biarawan dan biarawati maupun awam) untuk senantiasa memperhatikan dan secara positif menanggapi arahan dan petunjuk pastoral gembala masing-masing (uskup setempat). Marilah kita sadari dan hayati bahwa arahan atau petunjuk pastoral gembala kita pada umumnya merupakan tanggapan atas apa yang kita alami atau hadapi, merupakan keprihatinan atas kehidupan iman umat Allah, setelah menerima aneka macam masukan dan informasi dari sana-sini, entah itu berupa ceritera informal atau laporan resmi dari paroki, lembaga hidup bakti maupun aneka pelayanan pastoral yang ada. Tentu saja aplikasi bagi tempat dan karya kita masing-masing membutuhkan kreatifitas dan kerja keras kita, untuk menyesuaikan situasi dan kondisi setempat. Dengan kata lain sebagai umat Allah kita diharapkan memiliki ketaatan yang hidup.

“Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.” (Mzm 138:1-3)


Rabu, 21 Februari 2013