HOMILI: Hari Minggu Biasa ( Yes.6:1-2a,3-8; Mzm.138:1-2a,2bc-3,4-5,7c-8; 1Kor.15:1-11; Luk.5:1-11)

"Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan”.

Hari ini kebetulan Tahun Baru Imlek 2564. Konon ketika hari raya Imlek turun hujan merupakan tanda kemakmuran, yang berarti segala macam jenis usaha akan mengahasilkan buah melimpah yang sangat berguna bagi kehidupan bersama. Sabda Yesus kepada para penjala ikan hari ini kiranya sangat cocok dengan keimanan tersebut, dimana Yesus memerintahkan penjala ikan: ”Bertolaklah ke tempat yang dalam dan terbarkanlah jalamu untuk menangkap ikan”. Tahun Baru Imlek bagi orang Cina dikenal sebagai “Musim Semi”, dengan harapan perjalanan hidup yang akan datang menghasilkan buah melimpah bagi hidup bersama. Maka rasanya, sebagaimana saya kemukakan di atas, sabda Yesus hari ini membantu kita untuk memahami Imlek maupun bagi rekan-rekan yang merayakan Imlek mengintegrasikan kepercayaan pada sabda Yesus.

"Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” (Luk 5:4)

Bagi kita umat katolik pada tahun ini kita diajak untuk menyegarkan dan memperdalam iman kita dengan dimaklumkannya tahun 2013 sebagai Tahun Iman. Sabda Yesus “Bertolaklah ke tempat yang dalam” kiranya dapat kita hayati dengan membaca, memahami, merenungkan dan mencecap dalam-dalam apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, Hukum Gereja, Dokumen Konsili Vatikan II, Katekismus Gereja Katolik, dst… dan kiranya bagi para anggota lembaga hidup bakti, biarawan dan biarawati diajak untuk menyegarkan dan memperdalam spiritualitas atau charisma lembaga/tarekat. Penyegaraan atau pendalaman ini kiranya dapat dilakukan bersama-sama dalam komunitas, keluarga atau lingkungan umat, entah tiap hari atau tiap minggu.

Dalam rangka pendalaman hendaknya ada yang membacakan dan mendengarkan; yang membacakan kami harapkan mempersiapkan diri sebelumnya, sehingga ketika membacakan dapat didengarkan dengan baik oleh orang lain. Sedangkan bagi yang mendengarkan kami harapkan sungguh mendengarkan, dengan membuka hati, pikiran, perasaan dan telinga tubuh seoptimal mungkin. Mendengarkan hemat saya merupakan keutamaan yang penting sekali dalam hidup kita sehari-hari, karena apa yang sungguh kita dengarkan membentuk pribadi kita masing-masing. Selanjutnya kami angkat peringatan atau ajakan St. Ignatius Loyola ini: ”Bukan berlimpahnya pengetahuan, melainkan merasakan dan mencecap dalam-dalam kebenarannya itulah yang memperkenyang dan memuaskan jiwa” (St Ignatius Loyola, LR no 2)

“Tebarkan jalamu”, inilah sabda Yesus yang selanjutnya kita laksanakan atau hayati. Bagi para nelayan jala merupakan sarana atau alat utama dalam bekerja untuk mencari ikan. Bagi kita: apa saja yang menjadi sarana atau alat utama kita untuk hidup dan bekerja. Hendaknya aneka peralatan atau sarana-prasarana difungsikan sebagaimana mestinya seoptimal mungkin, jangan sampai ada sarana-prasana atau alat kerja yang menjadi hiasan belaka. Semakin banyak atau canggih sarana-prasarana atau alat yang digunakan hendaknya juga semakin banyak buah atau hasil, yang membahagiakan dan fungsional bagi keselamatan dan kebahagiaan manusia, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia, sesuai dengan sabda Yesus bahwa "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.".

Segala usaha dan sepak terjang kita hendaknya senantiasa mengedepankan dan mengutamakan keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia, bukan keberhasilan dalam perolehan harta benda atau uang. Dengan kata lain kita semua diharapkan tidak bersikap materialistis. Secara khusus dengan ini kami ingatkan rekan-rekan imam/pastor atau klerus, apa yang tertulis dalam Kitab Hukum Kanonik, untuk kita hayati: “1). hendaknya pertama-tama mereka menjalankan tugas-tugas pelayanan pastoral dengan setia dan tanpa kenal lelah, 2) hendaknya mereka memupuk hidup rohani dengan santapan ganda yakni Kitab Suci dan Ekaristi, oleh karena itu para imam dengan sangat dihimbau untuk mempersembahkan Kurban Ekaristi setiap hari, sedangkan para diakon untuk mengambil bagian itu setiap hari, 3) para imam dan para diakon calon imam terikat kewajiban untuk menunaikan ibadat harian setiap hari menurut buku-buku liturgi yang disahkan.., 4) demikian pula mereka wajib meluangkan waktu untuk latihan rohani, menurut hukum-hukum partikuler, 5) mereka dihimbau untuk melakukan doa harian secara teratur, sering menerima sakramen tobat, berbakti kepada Perawan Bunda Allah dengan penghormatan khusus, dan memanfaatkan sarana-sarana pengudusaan yang umum dan khusus lain” (KHK kan 276).

“Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu -- kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci” (1Kor 15:1-3)

Apa yang kami kutipkan di atas ini kiranya sangat berguna untuk mawas diri bagi siapapun yang beriman kepada Yesus Kristus. “Oleh Injil kamu diselamatkan”, demikian peringatan yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Kita hidup sehat, bahagia dan damai sejahtera serta selamat, sebagaimana adanya pada saat ini tidak lain adalah karena kebaikan orang lain, orang-orang yang telah mengasihi dan memperhatikan kita melalui aneka cara dan bentuk. Injil adalah kabar baik atau kabar gembira, dan kiranya kepada kita semua telah disampaikan apa-apa yang baik dan menggembirakan dengan melimpah ruah. Maka karena keselamatan, kesehatan, kebahagiaan, damai sejahtera dst..yang kita miliki dan nikmati merupakan kebaikan atau anugerah Tuhan, yang kita terima melalui saudara-saudari kita, maka dari pihak kita diharapkan senantiasa hidup dengan penuh syukur dan terima kasih. Dengan kata lain kita semua diharapkan saling bersyukur dan berterima kasih satu sama lain dimana pun kita berada atau kemana pun kita pergi.

Kami percaya bahwa kita semua telah berkali-kali mengucapkan ‘terima kasih’ kepada orang lain dalam berbagai kesempatan. Semoga ucapan tersebut tidak hanya basa-basi atau formalitas belaka, melainkan menjadi nyata dan dihayati, dengan kata lain masing-masing dari kita menghayati diri sebagai ‘yang terkasih’. Karena kita semua adalah ‘yang terkasih’ maka perjumpaan dengan siapapun senantiasa akan saling mengasihi satu sama lain. Hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain hemat saya juga merupakan penghayatan sabda Yesus “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu”.

"Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.” (Yes 6:5).  

Kita memang saat ini berada ditengah-tengah bangsa atau masyarakat yang sedang mengalami kemerosotan moral dalam aneka bidang kehidupan. Namun demikian hemat saya di tengah-tengah bangsa dan masyarakat kita ada orang-orang baik dan berbudi pekerti luhur, yang mengajak dan memanggil kita untuk bergabung dengannya. Maka marilah kita cermati dan ikuti orang-orang baik dan berbudi luhur di lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing.

“Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku. Semua raja di bumi akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, sebab mereka mendengar janji dari mulut-Mu; mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan TUHAN, sebab besar kemuliaan TUHAN.” (Mzm 138:1-5)


Minggu, 10 Februari 2013

“GONG XI FA CAI”

Romo Ignatius Sumarya, SJ