“Barangsiapa terbesar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Ef 4:1-7.11-13; Mzm 23:1-5; Mat 23:8-12)

“Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Mat 23:8-12), demkian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Basilius Agung dan St.Gregorius dari Nazianze hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Siapapun orangnya pada umumnya memiliki dambaan, impian atau cita-cita agar dirinya terkenal, dipuja dan dipuji oleh banyak orang. Untuk mewujudkan dambaan, impian atau cita-cita tersebut ada berbagai kemungkinan cara untuk ditempuh atau dikerjakan. Pada umumnya orang memilih cara atau jalan untuk menjadi orang kaya raya, berkedudukan dan menjadi pemimpin hidup bersama. Saya merasa hal itu tidak salah asal semuanya dihayati dan difungsikan dengan semangat melayani dalam kerendahan hati, sebagaimana disabdakan oleh Yesus di atas. “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”, demikian sabda Yesus. Sabda ini kiranya baik untuk direnungkan dan dihayati oleh siapapun yang menjadi pemimpin hidup bersama sekecil atau sebesar apapun, dalam bentuk kehidupan bersama apapun. Mengingat dan kebanyakan dari kita adalah hidup berkeluarga, maka perkenankan saya mengajak dan mengingatkan para kepala keluarga untuk sungguh melayani dengan rendah hati semua anggota keluarganya. Ketika anak-anak didalam keluarga memperoleh perlakuan pelayanan yang rendah hati, kita berharap ketika mereka tumbuh berkembang sebagai orang dewasa dalam bentuk hidup terpanggil apapun akan hidup dan bertindak melayani dengan rendah hati juga. Secara khusus kami ingatkan rekan-rekan gembala umat untuk meneladan Penyelamat Dunia, yang baru saja kita kenangkan kelahiranNya di hari Natal yang lalu: layanilah umat dengan rendah hati, dan hendaknya juga hidup sederhana dalam segala hal, tidak berfoya-foya dan memboroskan waktu, tenaga maupun harta benda dan uang tiada guna.
· “Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Ef 4:11-13). Kutipan ini mengingatkan siapapun yang berpartisipasi dalam kehidupan beragama atau menggereja dalam penggembalaan umat. Hendaknya segala usaha dan upaya kegiatan senantiasa terarah untuk pembangunan hidup bersama yang penuh damai sejahtera, aman dan tenteram baik lahir maupun batin, fisik maupun spiritual. Semuanya hendaknya berusaha untuk bekerjasama “mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Allah”. Allah telah menciptakan dunia seisinya ini baik adanya, dan jika ada yang tidak baik hemat saya karena kecerobohan, kelalaian atau dosa manusia. Masa kini ada tiga keprihatinan utama yang harus kita hadapi dan selesaikan bersama, yaitu ‘rusaknya lingkungan hidup, hidup persaudaraan yang dirongrong oleh kelompok tertentu yang fanatik sempit serta kemiskinan’. Ketiganya kiranya telah merusakkan dan mengaburkan pembangunan hidup bersama, sehingga hidup bersama sampai kini masih diwarnai oleh aneka tawuran dan permusuhan yang membawa korban kematian manusia. Salah satu usaha dan upaya untuk membangun dan memperteguh hidup bersama antara lain adalah berusaha menghayati apa yang sama di antara kita secara mendalam dan handal, misalnya sama-sama manusia, ciptaan Allah, sama-sama beriman, sama-sama warga dst.. Jika apa yang sama dapat kita hayati dengan mendalam dan handal, maka apa yang berbeda antar kita akan fungsional memperteguh dan memperdalam pembangunan hidup bersama. Maka hendaknya jangan mengangkat-angkat dan membesar-besarkan perbedaan yang ada di antara kita.

“TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.” (Mzm 23:1-5)

Rabu, 2 Januari 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ