Perayaan Ekaristi: 10 - 11 November 2012


HARI MINGGU BIASA XXXII 

SABTU Sore-MINGGU, 10 - 11 November 2012

DOA TAHUN IMAN
(didoakan sebelum misa dimulai)

P/L. Marilah kita berdoa bersama:
P/L+U. Allah Bapa Mahapengasih, kami bersyukur kepada-Mu karena melalui Yesus Kristus Putra-Mu, Engkau telah memanggil kami ke dalam pangkuan Gereja Katolik yang kudus dan memperkenankan kami masuk ke dalam persekutuan Allah Tritunggal.
Utuslah Roh Kudus-Mu agar kami senantiasa mempunyai iman yang hidup. Semoga pada Tahun Iman ini kami semakin memperdalam iman kami melalui pendalaman Kitab Suci dan ajaran-ajaran Gereja. Semoga dengan perayaan-perayaan suci-Mu, terutama Ekaristi, kami semakin tinggal dalam Kristus dan berbuah melalui perwujudan iman kami sehari-hari di tengah aneka tantangan dan hambatan dalam Gereja dan masyarakat pada zaman ini.
Bersama Bunda Maria, Bunda kaum beriman, dan para rasul, guru dan teladan iman kami, kami unjukkan doa ini kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


RITUS PEMBUKA

LAGU PEMBUKA (PS 321)
1. Wahai, umat, sampaikan kurbanmu di altar Tuhan Allahmu dan siapkanlah jiwa ragamu untuk memuji nama-Nya. Walau tak pantas karena dosa, kita percaya kasih-Nya. Unjukkanlah sembah dan kurbanmu, jadikan tanda tobatmu.
2. Wahai umat, sampaikan syukurmu di hadap Tuhan Allahmu; ingatlah akan kasih karunia, yang dicurahkan padamu. Bapa mengutus Yesus Sang Putra agar selamat umat-Nya. Sambutlah Sabda dalam hatimu dan rayakanlah kurban-Nya.

TANDA SALIB DAN SALAM
I. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U. Amin
I. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus bersamamu
U. Dan bersama rohmu

PENGANTAR 

SERUAN TOBAT

I. Saudara-saudari, marilah mengakui bahwa kita telah berdosa supaya layak merayakan peristiwa penyelamatan ini.

I+U. Saya mengaku kepada Allah yang mahakuasa dan kepada Saudara sekalian, bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh sebab itu saya mohon kepada Santa Perawan Maria, kepada para malaikat dan orang kudus, dan kepada Saudara sekalian, supaya mendoakan saya pada Allah Tuhan kita.

I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.

TUHAN KASIHANILAH KAMI (PS 357)
Ulangan:
Tuhan, kasihani kami.
Tuhan Yesus, kasihani kami.
Tuhan, kasihani kami, Tuhan Yesus, kasihani kami.

Ayat.
1. Yesus Kristus, Putra Bapa, kasihani, kasihani kami. Imam Agung pengantara, dengar doa, dengar doa kami.
2. Yesus Kristus, Jurus'lamat, kasihani, kasihani kami. Imam Agung maharahim, ampunilah, ampunilah kami.

KEMULIAAN
(PS 348)
I. Kemuliaan kepada Allah di surga.
U. Dan damai di bumi kepada orang yang berkenan pada-Nya.
K. Kami memuji Dikau
U. Kami meluhurkan Dikau
K. Kami menyembah Dikau
U. Kami memuliakan Dikau
K. Kami bersyukur kepada-Mu, kar'na kemuliaan-Mu yang besar.
U. Ya Tuhan Allah, Raja surgawi, Allah Bapa yang mahakuasa.
K. Ya Tuhan Yesus Kristus, Putra yang tunggal.
U. Ya Tuhan Allah, Anak domba Allah, Putra Bapa.
K. Engkau yang menghapus dosa dunia,
U. kasihanilah kami.
K. Engkau yang menghapus dosa dunia,
U. kabulkanlah doa kami.
K. Engkau yang duduk di sisi Bapa,
U. kasihanilah kami.
K. Kar'na hanya Engkaulah kudus,
U. Hanya Engkaulah Tuhan
K. Hanya Engkaulah mahatinggi, ya Yesus Kristus,
U. bersama dengan Roh Kudus, dalam kemuliaan Allah Bapa. Amin.

DOA PEMBUKA
I. Marilah kita berdoa:
(hening sejenak)
I. Ya Allah, Engkau tidak melihat besarnya jumlah, tetapi ketulusan kami dalam mempersembahkan diri dan milik kami kepada-Mu. Anugerahilah kami kerelaan untuk berbagi satu sama lain atas segala sesuatu yang Kauanugerahkan kepada kami. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
U. Amin.

LITURGI SABDA

BACAAN I (1Raj 17:1-16)

"Janda itu membuat sepotong roti bundar kecil dan memberikannya kepada Elia."

L. Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja:

Sekali peristiwa Nabi Elia bersiap-siap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum." Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti." Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi." Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.
L. Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN (PS 863; Mzm 146:7.8-9a.9bc-10)
Reff. Pujilah Tuhan, hai umat Allah, pujilah Tuhan, hai umat Allah.
Mazmur:
1. Dialah yang menegakkan keadilan bagi orang yang diperas, dan memberikan roti kepada orang-orang yang lapar. Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung.
2. Tuhan membuka mata orang buta, Tuhan menegakkan orang yang tertunduk, Tuhan mengasihi orang-orang benar, Tuhan menjaga orang-orang asing.
3. Anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-menurun!

BACAAN II (Ibr 9:24-28)

"Kristus hanya satu kali saja mengurbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. "

L. Pembacaan dari Surat kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara, Kristus telah masuk ke dalam tempat kudus bukan yang buatan tangan manusia, yang hanya merupakan gambaran dari tempat kudus yang sejati, tetapi ke dalam surga sendiri untuk menghadap hadirat Allah demi kepentingan kita. Ia pun tidak berulang-ulang masuk untuk mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagaimana Imam Agung setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus mempersembahkan darah yang bukan darahnya sendiri. Sebab kalau demikian, Kristus harus berulang-ulang menderita.sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang ternyata, pada zaman akhir ini, Ia hanya satu kali menyatakan diri untuk menghapus dosa lewat kurban-Nya. Seperti manusia ditetapkan Allah untuk mati hanya satu kali, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengurbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu, Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka yang menantikan Dia.

L. Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

BAIT PENGANTAR INJIL (PS 967; Mat 5:3)
Refren. Alleluya, Alleluya.
Ayat. Berbahagialah yang hidup miskin terdorong oleh karena Roh Kudus, sebab bagi merekalah kerajaan Allah.

BACAAN INJIL (Mrk 12:38-44)
I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu
I. Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus 
U. Dimuliakanlah Tuhan.
I. Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: "Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat." Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."
I: Demikianlah Injil Tuhan
U: Terpujilah Kristus.

HOMILI

AKU PERCAYA

DOA UMAT
I.  Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa kita yang setia selama-lamanya:
L. Bagi Sri Paus dan para Uskup: Semoga Bapa menabahkan hati Sri Paus dan para Uskup agar jangan berkecil hati bila mendapat kritikan pedas, tetapi tetap tabah dan setia memberi kesaksian atas warta gembira Kristus. Marilah kita mohon.
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi para pemimpin bangsa-bangsa: Semoga Bapa menerangi para pemimpin bangsa-bangsa agar mereka dapat bersatu memerangi kemiskinan dan kelaparan di dunia. Marilah kita mohon.
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi orang-orang terpencil: Semoga Bapa memberkati mereka yang hidup terpencil, agar jangan terasa terasing, tetapi mengalami bahwa mereka diterima banyak orang. Marilah kita mohon.
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi warga paroki kita: Semoga Bapa membimbing warga paroki kita agar jangan lekas-lekas mengendor semangatnya, karena mengira telah cukup berbuat baik, tetapi semoga selalu tetap bersedia untuk saling membantu dalam kesulitan. Marilah kita mohon.
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

--- hening sejenak ---

I.  Bapa yang mahabaik, kebaikan-Mu bagi kami menjadi jaminan pada saat-saat yang meragukan. Teguhkanlah iman kami, dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

LITURGI EKARISTI


A. PERSIAPAN PERSEMBAHAN


LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN (PS 381)

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN
I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I.  Ya Allah, terimalah persembahan yang kami unjukkan sebagai ungkapan syukur dan penyerahan diri dari kami kepada-Mu. Jadikanlah kami sebagai Gereja-Mu yang dengan tekun dan nyata mewartakan Kabar Baik kepada kaum miskin dan menderita. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

B. DOA SYUKUR AGUNG


PREFASI

KUDUS (PS 395)

DOA SYUKUR AGUNG

C. KOMUNI


BAPA KAMI (Konvenas)

I. Atas petunjuk Penyelamat kita dan menurut ajaran ilahi, maka beranilah kita berdoa
I+U. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

I. Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala kemalangan dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami, supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami, Yesus Kristus.
U. Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.

DOA DAMAI

I.  Yesus, Imam Agung kita, telah mengorbankan diri-Nya untuk menghapus dosa semua orang. Ia kini masuk ke surga untuk menghadap Allah guna kepentingan kita. Maka marilah kita berdoa kepada-Nya. Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

I. Damai Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu.

ANAK DOMBA ALLAH (PS 416)

PERSIAPAN KOMUNI
Ajakan menyambut Komuni
I. Inilah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya
U. Ya Tuhan, saya tidak pantas, Engkau datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.

KOMUNI (PS 557, 656 atau 646)

SAAT HENING

DOA SESUDAH KOMUNI
I. Marilah kita berdoa:
I. Allah Bapa di surga, Engkau telah menaburkan benih Sabda-Mu dalam hati kami dan mengharapkan agar benih itu berakar, tumbuh, berkembang, serta menghasilkan buah yang melimpah. Semoga, rezeki surgawi yang telah kami terima ini meneguhkan usaha kami untuk mewujudkan keadilan dan damai sejahtera di tengah-tengah masyarakat kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

RITUS PENUTUP


PENGUMUMAN

BERKAT

PENGUTUSAN (MB 301)
1. Tuhanku, gembalaku, aku dihantar oleh-Nya, di padang rumput menghijau. Refr

2. Aku dihantar oleh-Nya, ke sumber-sumber oleh-Nya, di padang rumput menghijau. Refr
3. Biarku lewat jurang kelam, tiada kutakut bencana, Engkau menyertai daku. Refr
Refr. Tuhanku gembalaku, tiada aku kekurangan, tiada aku kekurangan. Tuhanku gembalaku, tiada aku kekurangan. Tuhanku gembalaku, tiada aku kekurangan.

"Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah." (Flp 2:5-11; Mzm 22:26b-30a; Luk 14:15-24)

 “Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: "Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah."Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap.Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan.Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan.Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat.Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh.Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku." (Luk 14:15-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Dijamu di dalam Kerajaan Allah” antara lain dipanggil untuk hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan orang-orang yang menghindar dari atau menolak untuk melakukan kehendak Allah, hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, dengan alasan-alasan: mengurus ladang berarti sibuk dengan urusan sendiri, mengurus binatang peliaraan berarti sibuk mengurus harta kekayaan atau miliknya dan baru kawin berarti mau bersenang-senang sesuai dengan keinginan pribadi. Itu semua jelas bertentangan dengan kehendak Allah. Begitulah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dimana orang tidak setia pada panggilan dan tugas utamanya, melainkan lebih cenderung untuk melakukan pekerjaan sampingan, menyeleweng dari panggilan atau tugas utamanya. Kalau akhirnya dikisahkan bahwa yang sanggup datang ke dalam perjamuan adalah mereka yang berada di jalanan dan lintasan, berarti adalah orang-orang yang hidupnya tergantung dari kemurahan hati Allah melalui orang-orang baik yang membantunya. Dengan kata lain adalah orang-orang yang sungguh mendambakan kemurahan hati Allah maupun kehendak Allah, maka ketika ada panggilan mereka segera menanggapinya secara positif. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa membuka diri terhadap kehendak Allah dan memiliki kesiap-siagaan dan kesedian untuk melaksanakannya.

· “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Fil 2:5-11). Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita semua dipanggil untuk meneladan cara hidup dan cara bertindak-Nya: mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba, dengan kata hidup dan bertindak dengan semangat melayani dan kerendahan hati. Memang untuk itu kita harus rela berkorban, sebagaimana dihayati oleh para pelayan yang baik. Kami percaya kepada anda para suami dan isteri yang baik pasti memiliki pengalaman saling mengosongkan diri dan melayani alias saling membahagiakan dan menyelamatkan. Kami berharap pengalaman itu terus-menerus diperdalam dan diperkembangkan serta kemudian disalurkan atau dibagikan kepada anak-anaknya. Jika anak-anak di dalam keluarga memiliki pengalaman saling melayani dan berkorban, maka kami percaya mereka kelak berkat pendidikan dan pembinaan yang baik pasti akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang melayani dan siap sedia berkorban bagi keselamatan atau kebahagiaan orang lain. Kami juga berharap kepada segenap guru atau pendidik di sekolah-sekolah untuk memberi perhatian yang memadai dalam hal semangat melayani dan berkorban bagi para peserta didik, tentu saja anda sendiri sebagai guru atau pendidik juga hidup dan bertindak saling melayani dan berkorban satu sama lain. Marilah kita kenangkan para pahlawan kita yang telah dengan besar hati rela berkorban demi keselamatan seluruh bangsa.

“Karena Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang besar; nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia. Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya! Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya. Sebab TUHANlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa. Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi” (Mzm 22:26b-30a)

Selasa, 6 November 2012 


Romo Ignatius Sumarya, SJ


“Engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar” (Flp 2:1-4; Mzm 131; Luk 14:12-14)


“Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.” (Luk 14:12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Bekerja dahulu dan baru menerima imbal jasa atau gaji kemudian, itulah yang terjadi dalam perusahaaan atau kantor-kantor dalam rangka pemberian gaji atau imbal jasa kepada para pegawai atau karyawannya. Apa yang dilakukan ini kiranya senada dengan sabda Yesus, tetapi dalam perkara lain yang dimaksudkan oleh Yesus, yaitu dalam hal berbuat baik kepada orang lain. Kita semua diingatkan agar dalam berbuat baik kepada orang lain tidak segera mengharapkan balasan, lebih-lebih yang bersifat material. Maklum pada masa kini masih terjadi praktek kehidupan dalam hal memberi sumbangan atau berbuat baik, yaitu saya berbuat baik atau memberi sumbangan dengan harapan segera menerima balasan yang lebih besar daripada apa yang kita lakukan atau sumbangkan. Secara khusus kita diharapkan berbuat baik atau memberi sumbangan kepada ‘orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta’, yang pada umumnya tak mungkin segera memberi balasan kepada mereka yang telah membantunya, paling hanya ucapan kata ‘terima kasih’. Kami memiliki penngalaman dalam hal melayani orang-orang kaya maupun orang-orang miskin: orang-orang kaya sudah dilayani sangat bagus masih mengeluh dan menggerutu, sedangkan orang-orang miskin meskipun hanya menerima pelayanan atau bantuan sedikit terus-menerus berterima kasih dan mengungkapan serta mewujudkan terima kasihnya dengan berbuat baik kepada orang lain. Marilah kita berbuat baik tanpa harapan balasan segera, melainkan biarlah Tuhan sendiri yang menganugerahkan balasan berupa hidup mulia dan bahagia selamanya setelah meninggal dunia.

· “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Fil 2:1-4). Sebagai orang beriman kita semua diharapkan ‘tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian-pujian yang sia-sia..dan ..janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga’. Dengan kata lain kita semua diharapkan memiliki cara hidup dan cara bertindak social, orang-orang yang peka akan kebutuhan orang lain, terutama kebutuhan orang-orang miskin dan menderita. Jauhkan sikap hidup atau mental materialistis dan egois. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa jati diri manusia adalah makhluk social, maka tidak hidup dan tidak bertindak social berarti mengingkari jati diri, sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Marilah kita hayati salah satu motto hidup beriman, yaitu “preferential option for/with the poor” = keberpihakan pada atau bersama mereka yang miskin dan berkurangan. Kami percaya di lingkungan hidup dan kerja kita pasti ada yang miskin dan berkekurangan, dan sekiranya di lingkungan hidup dan kerja anda tidak ada yang membutuhkan bantuan, baiklah bantuan anda dapat disalurkan ke panti-panti asuhan social atau instansi/organisasi social, entah tingkat local, nasional maupun internasional. Kepada orang-orang kaya kami harapkan menyadari bahwa kekayaan anda tidak pernah terlepas dari orang miskin atau pekerja keras dalam rangka memperolehnya, maka selayaknya anda juga menyumbangkan sebagian dari kekayaan anda bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Tanpa mengurangi kesosialan anda, kiranya anda juga dapat membantu pendidikan calon imam di seminari-seminari, karena maklum mereka yang terpanggil menjadi imam atau menjadi seminaris pada umumnya dari keluarga miskin atau sederhana, sementara itu kebutuhan untuk pembinaan dan pendidikan di seminari cukup mahal. Ingatlah dan sadari bahwa mereka yang dididik di seminari kelak ketika menjadi imam, maka hidup dan dirinya sungguh dipersembahkan secara total bagi orang lain.

“TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!” (Mzm 131)


Senin, 5 November 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ

“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Ul 6:2-6; Mzm 18:2-4; Ibr 7:23-28; Mrk 12:28b-34)



Entah ada berapa undang-undang, peraturan pemerintah, aturan pelaksanaan peraturan atau undang-undang dst.. kiranya tidak semua hafal, dan mungkin hanya segelintir orang yang hafal. Memang orang dengan mudah membuat dan mengundangkan aneka aturan dan tata tertib, namun apakah yang membuat dan mengundangkannya juga menghayati atau melaksanakannnya, kiranya boleh dipertanyakan. Kalau yang  membuat dan mengundangkan saja tidak menghayati atau tidak melaksanakan, apalagi warga masyarakat. Para pembuat tata tertib dan aturan itu hemat saya seperti orang-orang Farisi dan Saduki yang mencobai Yesus: tahu perihal tata tertib atau aturan tetapi tak pernah melaksanakan atau menghayatinya. Maka marilah kita hayati atau laksanakan hukum sebagaimana diwartakan hari ini.
 
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” (Mat 12:30-31)
 
Ajaran perihal saling mengasihi hemat saja diajarkan oleh semua agama atau orang beriman. Kutipan di atas ini mengajak dan mengingatkan kita semua hendaknya dalam saling mengasihi dengan ‘segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan’. Segenap berarti secara utuh atau total, dan kalau tidak genap berarti ganjil alias yang bersangkutan sedang menderita sakit, yaitu sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit kekuatan atau tubuhnya. Orang yang sedang menderita sakit memang akan mengalami kesulitan dalam saling mengasihi, seperti orang Farisi dan Saduki hemat saya juga sedang menderita sakit, paling tidak sakit hati, dan sakit hati memang sulit disembuhkan atau bahkan dibawa sampai mati. 
 
Perintah atau ajaran perihal kasih di atas hemat saya paling kentara atau dapat dilihat dalam diri suami-isteri yang sungguh saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit. Bukankah para suami-isteri telah saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh, yang antara lain memuncak dalam pengalaman yang sangat mengesan, yaitu dalam persetubuhan atau hubungan seksual. Dalam saling mengasihi keduanya dalam keadaan telanjang bulat tiada malu sedikitpun. Maka marilah kita meneladan kasih macam itu, yaitu dalam ‘ketelanjangan’ artinya dalam kejujuran dan ketulusan hati, sehingga tiada sedikitpun dari diri kita yang disembunyikan, tetapi semuanya dibuka secara jelas dan total. 
 
Jika kita sebagai manusia dapat saling mengasihi maka kiranya dengan mudah kita akan mengasihi Tuhan alias bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Kita semua telah menerima kasih Tuhan secara melimpah ruah melalui sekian banyak orang yang mengasihi dan memperhatikan kita, maka mengasihi Tuhan hemat saya berarti lebih bersyukur dan berterima kasih kepadaNya. Mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia hemat saya tidak banyak bedanya atau bahkan tak mungkin dipisahkan, maka jika kita benar-benar mengasihi Allah berarti juga mengasihi manusia, demikian juga ketika kita dalam hidup sehari-hari sungguh mengasihi manusia berarti juga mengasihi Allah. Itulah artinya hidup beriman atau beragama tak mungkin dapat dipisahkan, maka mereka yang memisahkan atau membedakan hemat saya adalah orang munafik.
 
Panggilan untuk mengasihi sasama masa kini hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati  dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan aneka bentuk permusuhan, pertentangan dan tawuran masih marak di sana-sini dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan permusuhan dan kebencian dalam keluarga, antar suami-isteri, kakak-adik dst.. juga masih terjadi. Kami juga mengajak dan mengingatkan mereka yang pakar dalam hal tata tertib dan aturan dapat menjadi teladan dalam pelaksanaan atau penghayatan saling mengasihi, karena tata tertib maupun aturan dibuat dan diberlakukan demi kasih. Dekati dan sikapi aneka tata tertib dan aturan dalam dan oleh kasih, karena dengan demikian akan enak dan nikmat mentaati dan melaksanakan tata tertib atau aturan. 
 
“Dan dalam jumlah yang besar mereka telah menjadi imam, karena mereka dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam. Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.” (Ibr 7:23-25)
Yesus adalah Imam Agung, “menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah”. Maka marilah sebagai umat beriman kita senantiasa dengan rendah hati berusaha menghadap Allah, dan tentu saja kita hendaknya dalam keadaan baik, suci dan tidak berdosa. Kepada mereka yang masih dalam keadaan dosa atau tidak bersih kami ajak untuk membersihkan diri, minta kasih pengampunan dari Allah maupun saudara-saudari kita yang telah kita lukai dengan dosa-dosa atau kata-kata dan tindakan yang tidak baik.
 
Ketika kita telah menerima kasih pengampunan alias menjadi bersih atau suci kembali, maka kita diutus untuk menjadi ‘pengantara Allah dan manusia’, yang berarti dari pihak Allah menjadi penyalur rahmat atau berkat Allah kepada manusia, dan sebaliknya menjadi penyalur dambaan, kerinduan, doa, cita-cita manusia kepada Allah. Cirikhas pengantara atau penyalur antara lain: jujur, disiplin, cekatan, serta pada waktunya melaporkan apa yang telah dikerjakan atau dilakukan. Yang tidak kalah penting adalah cirikhas ‘tidak menyeleweng atau berselingkuh’. Marilah kita menjadi pribadi yang menarik, mempesona dan memikat orang, sehingga yang bersangkutan tergerak untuk menghadap Allah, membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah.
 
Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan” (Ul 6:3-6). Yang dimaksudkan dengan ‘Israel’ di sini tidak lain adalah ‘orang pilihan dan kekasih Allah’. Kita semua sebagai orang beriman adalah ‘pilihan atau kekasih Allah’, maka marilah kita senantiasa mengasihi-Nya ‘dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan’. Hal ini kiranya dapat kita hayati ketika kita sedang berdoa, maka ketika sedang berdoa hendaknya sungguh berdoa dengan khusuk atau berkonsentrasi, lebih ketika berpartisipasi dalam ibadat bersama atau bagi orang Katolik dalam Perayaan Ekaristi.
 
Berdoa adalah berhubungan dengan Allah dalam kasih, dan karena Allah ‘maha segalanya’, maka berhubungan atau berrelasi dengan-Nya mau tak mau kita pasti akan dikuasai atau dirajai-Nya, dengan kata lain mau tak mau harus melaksanakan semua perintah dan kehendak Allah dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Karena Allah hadir di mana-mana, maka kapan saja dan dimana saja kita dapat berdoa. Kepada mereka yang akan mengadakan perjalanan kami harapkan berdoa lebih dahulu agar selamat di perjalanan dan akhirnya sampai ke tujuan. Hidup kita juga merupakan perjalanan, maka kami harapkan begitu bangun pagi, dan dalam keadaan bugar, kami harapkan berdoa singkat sejenak untuk bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, yang telah menganugerahi kehidupan. 
 
"Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku!Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!Terpujilah TUHAN, seruku; maka aku pun selamat dari pada musuhku” (Mzm 18:2-4)
 
Minggu, 4 November 2012     
 
Romo Ignatius Sumarya, SJ

“Barangsiapa meninggikan diri ia akan direndahkan” (Flp 1:8b-26; Mzm 42:2-3.5; Luk 14:1.7-11)

“Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Luk 14:1.7-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Jika dicermati di jalanan dapat kita lihat bahwa aneka jenis produk diiklankan dan dinyatakan sebagai yang terbaik atau nomor satu; iklan macam itu juga dapat disaksikan melalui TV atau media cetak. Karena iklan itu dapat disaksikan setiap hari oleh siapapun, maka mau tak mau apa yang mereka saksikan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kepribadiannya, yaitu pada umumnya orang cenderung meninggikan diri atau sombong dan merendahkan atau melecehkan yang lain. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk hidup dan bertindak dengan rendah hati. “Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan dan kerja bersama untuk menjadi teladan rendah hati, demikian juga anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina untuk rendah hati. Rendah hati merupakan keutamaan utama atau dasar, maka jika orang dapat hidup dan bertindak dengan rendah hati pada umumnya dengan mudah yang bersangkutan menghayati atau melakukan keutamaan-keutamaan lainnya. Kepada yang masih suka menyombongkan diri serta merendahkan orang lain kami ajak untuk segera bertobat atau memperbaharui diri. Marilah kita perhatikan saudara-saudari kita yang lebih miskin dari kita dalam aneka hal serta mereka yang kurang memperoleh perhatian.

· “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Fil 1:20-21). Secara khusus kami ajak dan ingatkan kepada siapapun yang beriman kepada Yesus Kristus untuk menghayati apa yang dikatakan Paulus di atas ini, yaitu “bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan”. Dengan kata lain kita diharapkan meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, yang rendah hati, dan secara konkret hidup dan bertindak melayani siapapun tanpa pandang bulu. Memang orang yang sungguh rendah hati di dunia ini adalah para pelayan yang baik, yang senantiasa melayani orang lain dengan rendah hati, demi kebahagiaan orang lain. Marilah kita saling melayani dan membahagiakan satu sama lain dengan rendah hati. Secara khusus kami ajak agar mereka yang berfungsi sebagai pemimpin untuk senantiasa ‘turba’/turun ke bawah, mendatangi dan menyapa penuh kasih mereka yang ‘berada di bawah’: para direktur atau pimpinan perusahaan, kantor, karya apapun kami harapkan tidak enak-enak duduk di kursi empuk di ruang kerjanya, melainkan hendaknya ‘turun kebawah’ untuk memberi sapaan kasih bagi para pekerja atau buruh. Demikian juga para kepala daerah di tingkat apapun kami harapkan secara rutin mengunjungi rakyatnya. Kepada mereka yang berada di ‘poros bisnis’ maupun ‘poros badan publik’ dalam hidup bersama kami ajak untuk berpihak pada dan bersama mereka yang berada di ‘poros komunitas’, yaitu rakyat banyak, seluruh warga masyarakat.

“Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan “ (Mzm 42:2-3.5)


Sabtu, 3 November 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ

HOMILI: Peringatan Arwah Semua Orang Beriman


PERINGATAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN: 2Mak 12:43-46; 1Kor 15:12-34;Yoh 6:37-40

Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.

Warga Kristen yang menyatukan kematiannya dengan kematian Yesus, menganggap kematian sebagai pertemuan dengan Yesus dan sebagai langkah masuk ke dalam kehidupan abadi. Kalau Gereja mengucapkan untuk terakhir kalinya kata-kata pengampunan atas nama Kristus untuk warga Kristen yang dalam sakratulmaut, dan memeteraikannya untuk terakhir kalinya dengan pengurapan yang menguatkan, dan memberikan kepadanya Kristus dalam bekal perjalanan sebagai makanan untuk perjalanan, ia berkata kepadanya dengan ketegasan yang lemah lembut: "Bertolaklah dari dunia ini, hai saudara (saudari) dalam Kristus, atas nama Bapa yang mahakuasa, yang menciptakan engkau; atas nama Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, yang menderita sengsara untuk engkau; atas nama Roh Kudus, yang dicurahkan dalam dirimu; semoga pada hari ini engkau ditempatkan dalam ketenteraman dan memperoleh kediaman bersama Allah di dalam Sion yang suci, bersama Maria, Perawan yang suci dan Bunda Allah, bersama santo Yosef dan bersama semua malaikat dan orang kudus Allah…Kembalilah kepada Penciptamu, yang telah mencipta engkau dari debu tanah. Apabila engkau berpisah dari kehidupan ini, semoga Maria bersama semua malaikat dan orang kudus datang menyongsong engkau..Engkau akan melihat Penebusmu dari muka ke muka. (Doa penyerahan jiwa(Katekismus Gereja Katolik no 1020).

"Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman."(Yoh 6:37-39).

Setiap kali mengenangkan arwah semua orang beriman saya senantiasa ingat akan pengalaman pribadi sebagai pastor/imam yang belum pernah berkarya di paroki atau pelayanan pastoral territorial. Pengalaman itu adalah pada suatu saat saya diejek oleh rekan imam lain yang berkarya di paroki perihal pembaptisan. Ia membanggakan diri bahwa selama 10 tahun menjadi imam/pastor telah membaptis lebih dari 1.000 orang, sedangkan saya belum sampai 10 orang. Namun dengan bangga saya tanggapi ejekannya: "Ya, kamu membaptis lebih dari 1.000 orang dan saya kurang dari 10 orang, tetapi yang saya baptis jelas naik ke sorga semua, sedangkan yang anda baptis tanda tanya besar, apalagi yang bersangkutan saat ini masih hidup". Mengapa saya yakin bahwa yang saya baptis pasti naik ke sorga, karena yang saya baptis adalah pasien sakit berat, dan begitu dibaptis tidak lama kemudian meninggal dunia.

Bagaimana nasib orang-orang atau saudara-saudari kita yang telah meninggal dunia?  Sebagai orang katolik kita percaya ada orang-orang yang telah dinyatakan dan diimani telah hidup mulia dan bahagia kembali di sorga, yaitu para santo dan santa, beato dan beata. Bercermin dari kutipan-kutipan di atas, kiranya kita boleh percaya bahwa saudara-saudari kita yang telah meninggal dunia dan selama hidupnya di dunia dalam kelemahan dan kerapuhannya senantiasa berusaha hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, karena kemurahan hati Allah, mereka telah hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga bersama Allah, SP Maria, St.Yosef, santo dan santa serta para malaikat Allah. Maka pada hari ini dimana pada umumnya kita mengadakan ibadat atau Perayaan Ekaristi di makam, baiklah, selain kita mendoakan mereka yang telah meninggal dunia, juga mengingat dan menimba aneka keutamaan yang telah dihayati oleh mereka yang telah meninggal dunia, dengan kata lain meneladan apa yang baik, menghayati kata-kata atau pesan-pesannya menjelang meninggal dunia. Kita juga mohon doa-doanya agar suatu saat ketika dipanggil Tuhan atau meninggal dunia segera hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga.

Maka baiklah, sebagaimana sabda Yesus di atas, marilah dalam hidup dan kerja kita sehari-hari kita senantiasa berusaha untuk datang kepada-Nya, berusaha mendengarkan dan melaksanakan sabda-sabda dan perintah-perintah Tuhan. Hal ini secara konkret antara lain kita senantiasa secara positif menanggapi aneka kehendak baik dari diri kita sendiri maupun dari saudara-saudari kita. Dengan kata lain marilah kita senantiasa dalam situasi dan kondisi apapun berusaha untuk melakukan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, sehingga sewaktu-waktu kita meninggal dunia siap sedia untuk hidup mulia dan berbahagia selamanya di sorga, bersatu kembali dengan saudara-saudari kita yang telah mendahului peerjalanan kita menghadap Allah di sorga.

"Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan." (1Kor 15:21-24)

Apakah kita sebagai orang beriman menjadi 'milik Kristus' alias dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun senantiasa melaksanakan kehendak-Nya dan meneladan cara hidup dan cara bertindakNya? Jika kita selama hidup di dunia ini senantiasa dalam persekutuan dengan Allah/Kristus, maka setelah meninggal dunia kita juga akan langsung bersatu dengan-Nya di sorga untuk selamanya. Maka marilah kita saling membantu dan mengingatkan untuk selalu dalam persekutuan dengan Allah/Kristus. Hendaknya jika kita melihat saudara atau saudari kita menjauh  dari persekutuan dengan Allah segera ditegor dan diingatkan untuk tetap bersekutu dengan-Nya.

Dalam rangka mengenangkan Arwah Semua Orang Beriman hari ini, saya juga mengajak anda sekalian untuk mengenangkan santo atau santa pelindung masing-masing. Untuk itu anda jika tidak tahu riwayat hidup santo atau santa pelindung anda, silahkan buka di situs: www.ekaristi.org. Marilah kita meneladan cara hidup dan cara bertindak santo atau santa pelindung kita masing-masing. Maka hendaknya nama santo-santa yang menandai nama kita jangan hanya untuk gagah-gagahan alias pamer saja, tetapi hendaknya konsekuen: saya meneladan santo atau santa pelindung kita dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.

"Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati." (2Mak 12:43-44). Kami percaya bahwa pada hari ini anda tergerak untuk mendoakan saudara-saudari kita yang telah mati atau meninggal dunia, maka marilah dalam iman kita imani bahwa mereka kelak juga akan bangkit pada akhir zaman. Memang mendoakan mereka yang telah meninggal dunia tanpa iman akan kebangkitan orang mati tiada gunanya. Beriman akan kebangkitan orang mati berarti kita tidak hidup dan bertindak dengan sikap mental materialistis atau duniawi, melainkan secara spiritual. Dengan kata lain menghayati bahwa hidup di dunia ini hanya sebentar saja, sebagaimana orang Jawa sering mengatakan bahwa "hidup itu bagaikan orang dalam perjalanan sedang berhenti untuk minum" (=urip iku koyo wong mampir ngombe). Hendaknya hidup yang hanya sebentar ini diisi dengan cara hidup dan cara bertindak yang sebaik mungkin, hidup dan bertindak sesuai dengan iman kita, sesuai dengan spiritualitas/karisma atau visi lembaga dimana kita hidup di dalamnya atau bergabung dengannya.

"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi."
(Mzm 130:1-6)


Jumat, 2 November 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ

HOMILI: Hari Raya Semua Orang Kudus (Why 7:2-4.9-14; Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a)

“ Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah”
Dalam rangka mengenangkan Hari Raya Semua Orang Kudus hari ini saya coba refleksikan sabda Yesus tentang “Sabda Bahagia”, sebagaimana diajukan dalam bacaan Injil hari ini, sebagai berikut:
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.(Mat 5:3)
Apa yang dimaksudkan dengan ‘miskin di hadapan Allah’ antara lain adalah sikap mental senantiasa terbuka terhadap kehendak Allah atau Penyelenggaraan Ilahi, sehingga orang tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi, melainkan kehendak dan perintah Tuhan. Dengan demikian orang yang bersangkutan adalah orang suci, orang yang sungguh membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui hidup sehari-hari kapan pun dan dimana pun. Saya percaya bahwa kita semua mendambakan hidup suci dan kelak setelah meninggal dunia hidup mulia selamanya di sorga, maka dengan ini kami harapkan anda semua senantiasa membuka diri terhadap Penyelenggaraan Ilahi.    
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur” (Mat 5:4).
Hidup suci sesuai dengan perintah dan kehendak Allah atau senantiasa terbuka pada Penyelenggaraan Ilahi tak akan pernah terlepas dari aneka penderitaan dan perjuangan alias dukacita. Maka ada pepatah: “jer basuki mowo beyo” (=untuk hidup mulia dan berbahagia orang harus berjuang dan berkorban), “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Dua pepatah atau peribahasa di atas ini kiranya senada dengan sabda di atas, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk senantiasa siap sedia berjuang dan berkorban alias berduka cita demi penghiburan sejati yang akan kita terima atau nikmati serta dambaan.     
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” (Mat 5:5)
Orang yang setia berjuang dan berkorban karena kesetiaan kepada Penyelenggaraan Ilahi akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang lemah lembut, tidak kasar. Orang yang lembah lembut pada umumnya juga akan hidup dan bertindak ‘membumi’, artinya sungguh merakyat atau mencermati dan memperhatikan kebutuhan sehari-hari sekecil dan sesederhana apapun. Hidup merakyat alias memperhatikan rakyat dan anak-anak kecil harus dengan lemah lembut, demikian juga memeperhatikan perkara atau hal-hal kecil dan sederhana. Kami berharap mereka yang berperan dalam hidup bersama untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan lemah lembut, sehingga kita semua juga hidup dan bertindak dengan lemah lembut.   
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Mat 5:6)
Orang yang lemah lembut pasti akan ‘lapar dan haus akan kebenaran’, rindu untuk mengetahui, memiliki dan menghayati apa yang benar dan baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan jiwa manusia. Dengan demikian yang bersangkutan kapan pun dan dimana pun senantiasa berusaha untuk melakukan apa yang benar dan yang baik. Saya percaya jika siapapun dapat melakukan apa yang baik dan benar dengan sukses pasti akan sungguh puas, dan kepuasannya akan tinggal lama dalam dirinya atau bahkan membekas dalam dirinya sampai mati.
`“Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” (Mat 5:7)
Jika orang sungguh puas atas pengalaman hidup dan cara bertindaknya, maka yang bersangkutan akan bermurah hati kepada siapapun, artinya akan memperhatikan siapapun yang membutuhkan perhatian, tanpa pandang bulu. Hatinya senantiasa terbuka kepada siapapun sepanjang waktu, dan tentu saja juga akal budi, jiwa, tenaga maupun harta bendanya juga siap sedia untuk memperhatikan orang lain. Dengan kata lain orang yang bersangkutan akan menjadi orang yang sungguh social, dan dengan demikian akan memiliki banyak teman, saudara atau sahabat.
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” (Mat 5:8)
Karena perhatian orang lain begitu melimpah ruah, maka orang yang bermurah hati juga akan berkembang menjadi suci hatinya, memiliki suara hati yang bersih dan jernih. Ia bagaikan dalam pewayangan seperti Puntadewa, yang memiliki kesucian hati sehingga dikatakan darahnya pun berwarna putih. Orang yang suci hatinya akan melihat Allah hadir dan berkarya dalam semua ciptaanNya, tentu saja terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Dengan demikian yang bersangkutan pun juga menjadi wahana atau sarana kerja Allah, karena apa yang dilakukan senantiasa sesuai dengan kehendak dan perintah Allah, maka yang bersangkutan pun senantiasa ‘membawa damai’ bagi siapapun yang dijumpai.
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat 5:9)
Orang yang membawa damai” kemana pun dan dimana pun berarti menjadi sahabat-sahabat Allah, karena Allah senantiasa mendambakan damai di bumi. “Mereka akan disebut anak-anak Allah”, orang yang senantiasa kehadiran dan sepak terjangnya dimana pun dan kapan pun merupakan perwujudan kehendak dan perintah Allah, Allah sungguh hidup dan berkarya dalam dirinya yang lemah dan rapuh. Sebagai orang beriman sering kita juga disebut sebagai Umat Allah, maka marilah kita saling membawa damai bagi saudara-saudari kita, dan dimana ada pertentangan atau permusuhan hendak kita segera datang untuk mendamaikan. 
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 5:10)
Pada masa kini pembawa damai atau pewarta kebenaran pasti tak akan terlepas dari aneka bentuk penganiayaan atau penderitaan, mengingat dan memperhatikan pertentangan dan kebohongan masih marak di sana-sini. Kepada mereka yang harus mengalami penganiayaan atau penderitaan karena mewartakan damai dan kebenaran, kami harapkan tetap setia melakukannya seraya mengenangkan Yesus yang rela menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan umat manusia seluruh dunia. Pandang dan nikmati Dia yang tergantung di kayu salib, karena dengan demikian anda telah ‘empunya Kerajaan Sorga’, artinya sewaktu-waktu anda meninggal dunia akan langsung menikmati hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga.    
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” (Mat 5:11)
Akhirnya menjadi orang yang hidup dan bertindak dalam kuasa Allah alias dirajai atau dikuasai oleh Allah dan secara konkret hidup baik, jujur, disiplin, menghayati rahmat kenabian yang berarti pada suatu saat harus melawan arus, maka yang bersangkutan akan mengalami celaan dan aniaya maupun fitnah. Jangan menjadi kecil hati atau penakut jika harus mengalami yang demikian itu, tetapi tetap berbahagia dan bergembiralah, karena para santo dan santa pelindung kita dan menandai nama kita, telah mengalami yang sama. Nikmati dan hayati aneka celaan, aniaya dan fitnah sebagai kesempatan menghayati iman kita kepada Yang Tersalib. Marilah kita renungkan kutipan ini : “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.” (1Yoh 3:1-3)
TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.” (Mzm 24:1-4) . 

Kamis, 1 November 2012

Romo Ignatius Sumarya SJ

"Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!” (Ef 6:1-9; Mzm 145:10-14; Luk 13:22-30)

“Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."(Luk 13:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St. Alfonsus Rodriguez, biarawan SJ, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Hidup dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar kiranya tidak mudah untuk masa kini, karena budaya instant yang berarti ingin cepat-cepat dan segera dilayani begitu menjiwai orang masa kini. Kebiasaan untuk antri atau menunggu dengan sabar dan rendah hati kiranya telah mengalami erosi, karena orang senantiasa ingin menjadi yang pertama atau nomor satu. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk hidup dan bertindak sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, tidak menyeleweng atau berselingkuh. St. Alfonsus Rodriguez yang kita kenangkan hari ini adalah seorang bruder SJ, yang tugas pekerjaan hariannya selama bertahun-tahun menjadi penjaga pintu dan penerima tamu. Bukankah dalam melaksanakan tugas ini ada kemungkinan sepanjang hari orang kelihatan menganggu karena harus berjaga-jaga terus-menerus dan ada kemungkinan sangat sibuk karena begitu banyak tamu berdatangan. Pengalaman dalam kesesakan begitu dominan dalam diri orang yang bertugas sebagai penjaga pintu atau penerima tamu, sesak karena pada umumnya kurang dihormati atau bahkan sering dimarahi, sesak karena apa yang dikerjakan kelihatan hina atau tidak penting dst… , dengan kata lain rasanya tidak banyak orang bersedia ditugaskan sebagai penjaga pintu. Tetapi ingatlah bahwa penjaga pintu sangat penting, karena ia dapat menentukan hidup dan kinerja anggota rumah, kantor/tempat kerja atau komunitas, yaitu menolak atau menerima tamu. Kiranya masih cukup banyak tugas pekerjaan yang kelihatan sederhana tetapi begitu penting dalam kehidupan bersama dan sering kurang menjadi perhatian kita, misalnya tukang masak, tukang kebersihan dst.. Sabda hari ini juga mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa siap sedia berjuang dan berkorban dalam mengusahakan kesuksesan.

· “Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia” (Ef 6:5-7). Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Efesus mengingatkan segenap anggota keluarga atau rumah tangga untuk senantiasa hidup dan bertindak saling melayani dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar, serta berusaha tidak pernah mengecewakan orang lain sedikitpun. Kita semua juga dipannggil untuk hidup dengan tulus hati dan taat. Tulus hati berarti hati yang bersih dan suci, tidak pernah melakukan kejahatan dosa, hatinya seperti Hati Yesus, yang dari HatiNya mengalir ‘air dan darah segar’, lambang kehidupan dan kesegaran: dari hati tulus akan keluar segala sesuatu yang menghidupkan dan menyegarkan. Maka marilah kita senantiasa berusaha untuk hidup dengan tulus hati, dan hemat saya ketulusan hati ini hendaknya sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga, dan tentu saja dengan teladan konkret orangtua. Kami berharap ketulusan hati juga menjadi perhatian dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi. Semoga ketulusan hati menjiwai semua warga negara Republik Indonesia tercinta ini.

“Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk” (Mzm 145:10-14)

Rabu, 31 Oktober 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ