“Mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit dan orang itu akan sembuh." (Rm 5:1-5; Mzm 116:1-2; Mrk 16:15-20)

“Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya” (Mrk 16:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan peringatan St. Blasius, Uskup dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Menurut tradisi Gereja Timur dan Barat, hari ini dapat diberikan “Berkat St.Blasius”. Umat menghampiri imam seperti acara komuni. Sambil memegang dua batang lilin yang disilangkan pada leher umat ybs.imam berkata;”Semoga berkat doa St.Blasius, Uskup dan Martir, Allah membebaskan Saudara dari penyakit tenggorokan dan penyakit-penyakit lain. Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.” (Penanggalan Liturgi 2012). Berkat ini kiranya merupakan penghayatan sabda Yesus kepada para rasul bahwa “mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh”. Maka dengan ini pertama-tama saya mengajak rekan-rekan imam untuk mawas diri: apakah setiap kali kita menyampaikan berkat kepada umat sungguh membuat umat yang bersangkutan sembuh dari penyakit? Mungkin tidak hanya mereka yang menderita sakit tenggorokan atau penyakit phisik lainnya, tetapi juga mereka yang sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi, sehingga yang sakit hati tidak sakit hati lagi, yang sakit jiwa tidak sakit jiwa lagi, yang sakit akal budi tidak sakit akal budi lagi. Sebaliknya kami juga mengajak segenap umat yang sering menerima berkat Allah melalui tangan imam untuk mawas diri juga: sejauh mana saya percaya atas berkat tersebut, sehingga kita menghayati diri dalam hidup dan bertindak senantiasa bersama dan bersatu dengan Allah? Apakah setelah menerima berkat Allah kita tidak sakit hati lagi dan jika anda orang yang menyakiti kita kemudian segera kita ampuni? Ingatlah: hendaknya jangan membawa sakit hati sampai mati, melainkan segeralah menjadi sembuh dari sakit hati karena berkat Allah.

· “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” (Rm 5:1-4). Pesan atau peringatan Paulus kepada umat di Roma ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Jika kita setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka kita pasti tak akan terlepas dari aneka pendeitaan dan kesengsaraan. Jika demikian adanya marilah kita imani dan hayati pesan Paulus bahwa “kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan”. Cukup banyak orang yang sukses dalam panggilan, tugas pengutusan maupun karir hemat saya telah menghayati pesan Paulus tersebut di atas, maka jika kita mendambakan kesuksesan atau keberhasilan yang kita cita-citakan hendaknya menghayati pesan Paulus tersebut. Dengan kata lain jika kita harus sengsara atau menderita karena kesetiaan dan ketaatan, hendaknya tetap ceria dan bergembira serta bergairah, tidak putus asa, mengeluh dan menggerutu. Dalam keceriaan, kegembiraan dan kegairahan sebagai wujud pengharapan kita akan menjadi orang yang tekun dan tahan uji dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Secara khusus kami berharap kepada mereka yang sedang memiliki tugas belajar di sekolah atau perguruan tinggi di tingkat atau jurusan apapun untuk menghayati pesan Paulus di atas. Dan tentu saja kami juga berharap kepada para rekan guru dan dosen: hendaknya tetap tekun dan tahan uji dalam menghadapi peserta didik atau mahasiwa-mahasiswi, yang kurangajar, nakal, bodoh dst.. , jangan putus asa. Hadapi dan sikapi mereka dalam dan dengan cintakasih serta kebebasan.

“Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya.” (Mzm 116:1-2)

Jumat, 3 Februari 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ

“Mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan” (Mal 3:1-4; Mzm 24:7-10; Luk 2:22-33)

“Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia” (Luk 2:22-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Yesus Dipersembahkan di Kenisah hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Taat dan setia melaksanakan perintah atau hukum Tuhan memang tidak mudah. Kebanyakan orang hidup dan bertindak menurut keinginan atau selera pribadi serta tidak mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusannya, apalagi mentaati dan melaksanakan perintah atau hukum Tuhan. Keluarga Kudus dari Nazaret setia pada hukum Tuhan, yaitu harus mempersembahkan anak laki-laki sulung, yaitu Yesus, kepada Tuhan di bait Allah. Peristiwa Yesus dipersembahkan di Kenisah atau bait Allah menyentuh hati Simeon, orang benar dan saleh yang hidup sesuai dengan kehendak Roh Kudus, tergerak juga untuk mempersembahkan diri dengan berkata “Sekarang Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu”. Sebagai orang beriman kita semua juga dipanggil untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun juga menyentuh orang untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, dan kita sendiri juga siap sedia sewaktu-waktu dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Orang yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan juga akan menjadi ‘terang’ bagi saudara-saudarinya yang sedang berada di dalam kegelapan, sehingga mereka dapat menemukan dan menelusuri jalan yang baik dan benar menuju ke kebahagiaan dan keselamatan sejati, kebahagiaan dan keselamatan jiwanya. Marilah kita saling membantu dan mengingatkan dalam melaksanakan sabda atau firman Tuhan di dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

· “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam. Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu.” (Mal 3:1-2). Utusan Tuhan berarti rasul atau nabi, dan hemat saya sebagai orang beriman kita memiliki dimensi rasuli dan kenabian yang harus kita hayati di dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun. Jika semua orang beriman menghayati panggilan rasuli dan kenabian dalam hidup sehari-hari, maka hidup bersama di mana pun dan kapan pun akan menggairahkan, mempesona dan memikat serta tidak ada seorang pun yang merasa letih dan lesu meskipun harus melakukan tugas berat yang sarat dengan tantangan dan hambatan serta masalah. Menghayati panggilan kenabian dan rasuli berarti “seperti api tukang pemurni logam daan seperti sabun tukang penatu”, yang berfungsi membersihkan dan memurnikan. Kiranya kita semua orang beriman dipanggil untuk saling membersihkan dan memurnikan, sehingga sebagai manusia kita semua layak disebut sebagai ‘gambar atau citra Allah’. Ada kemungkinan kita tidak sungguh murni dan bersih karena dosa-dosa yang kita lakukan, maka marilah jika demikian adanya dengan rendah hati kita mohon bantuan saudara-saudari kita untuk pemurnian dan pembersihan diri, seraya mohon rahmat Tuhan agar apa yang kita dambakan, yaitu hidup murni dan bersih segera terwujud atau menjadi nyata. Kepada yang sudah murni dan bersih kami harapkan untuk saling menjaga agar tetap demikian adanya.

“Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!" Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!" (Mzm 24:7-10)

Kamis, 2 Februari 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ