Pengetahuan Liturgi Dasar bagi Organis

PENGANTAR

Organis adalah salah satu petugas liturgi yang memiliki peranan penting bagi lancar dan khidmatnya suatu perayaan Ekaristi. Tugasnya adalah mengiringi nyanyian umat dan/atau solis/koor. Untuk melaksanakan tugas ini diperlukan tidak hanya kemampuan musikal yang baik, tapi juga pengetahuan liturgi yang baik sehingga dapat turut serta meningkatkan kualitas perayaan Ekaristi sekaligus membantu umat dalam berdoa dan bernyanyi.

Di banyak paroki, seringkali kebutuhan akan organis yang baik hanya terbatas pada kemampuan teknikalnya untuk mengiringi nyanyian, tanpa diimbangi dengan pendidikan liturgi yang memadai terutama menyangkut peran liturgis seorang organis. Menurut pengalaman saya sendiri, sejak pertama bertugas sebagai organis tahun 1995 yang lalu, belum pernah diadakan sarasehan/workshop/seminar liturgi bagi organis. Dalam diskusi-diskusi di dunia facebook pun juga jarang sekali menyentuh organis.

Maka tulisan ini bermaksud memberikan sharing tentang apa yang saya ketahui sebagai organis, khususnya dari buku-buku liturgi, khususnya menyangkut hal-hal praktis dalam mengiringi perayaan Ekaristi. Apa yang saya sampaikan di sini bukanlah sesuatu yang baru karena sebenarnya sudah banyak disinggung dalam pengantar Buku Iringan Puji Syukur.

NYANYIAN MISA

Dalam satu perayaan Ekaristi, dimungkinkan ada banyak nyanyian. Secara garis besar nyanyian Misa dapat dibagi dua, yakni: Proprium, yakni nyanyian yang berubah seturut penanggalan liturgi, meliputi nyanyian pembuka, nyanyian komuni, mazmur tanggapan, dan bait pengantar injil. Ada pula yang biasa disebut ordinarium, yakni bagian yang tetap dari Misa, meliputi: kyriale (Kyrie, Gloria, Credo, Sanctus, Agnus Dei), Bapa Kami, Anamnesis, dan aklamasi-aklamasi serta dialog-dialog yang dinyanyikan oleh Imam dan ditanggapi oleh seluruh umat. Selain itu bacaan-bacaan, doa umat, dan doa syukur agung dapat pula dinyanyikan. Nyanyian persembahan sifatnya opsional, artinya tidak perlu dinyanyikan bila tidak ada perarakan persembahan.
 
BAGIAN YANG BOLEH DAN TIDAK BOLEH DIIRINGI
  
Seperti yang sudah disampaikan di atas, tugas organis adalah mengiringi nyanyian umat dan/atau solis/koor. Setiap bagian yang dinyanyikan oleh umat dapat diiringi. Misalnya ketika jawaban umat "Terpujilah Kristus" setelah bacaan Injil. Namun organis tidak pernah boleh mengiringi bagian Imam, karena suara Imam sebagai pemimpin perayaan harus terdengar jelas tanpa diganggu suara lain yang berpotensi mengalihkan perhatian umat. Jadi misalnya dalam aklamasi sesudah Injil, ketika Imam menyanyikan "Demikianlah Injil Tuhan" organis tidak boleh mengiringi, kemudian ketika umat menyanyikan tanggapannya "Terpujilah Kristus" organis boleh mengiringi.Demikian pula dalam doa-doa yang didaraskan oleh Imam, organis tidak boleh mengiringi. Biasanya ini terjadi dalam perayaan perkawinan ketika pemberkatan cincin, organis atau koor malah mengiringi dengan nyanyian atau musik instrumental. Begitu pula pembacaan bacaan-bacaan, apalagi doa syukur agung tidak boleh diiringi apapun. Ini juga berlaku apabila bacaan-bacaan dan doa-doa tersebut dinyanyikan, juga tidak boleh diiringi.
 
Bagaimana dengan Mazmur Tanggapan, apakah nyanyian pemazmur boleh diiringi? Memang pernah ditemui organis yang tidak mengiringi ayat-ayat mazmur dan hanya mengiringi ulangan saja, biasanya didasari pada argumen seperti di atas, bahwa nyanyian mazmur termasuk dalam bacaan Kitab Suci. Memang Mazmur tanggapan adalah bagian Kitab Suci, namun sifat Mazmur Tanggapan adalah tanggapan umat atas Sabda Allah yang baru saja diperdengarkan, sehingga sesungguhnya bagian tersebut, termasuk ayatnya, adalah bagian umat. Mungkin pendapat saya ini kurang tepat, namun yang saya tahu, Romo Antonius Soetanta SJ seorang pakar liturgi membuat buku khusus untuk mengiringi ayat-ayat Mazmur Tanggapan. Jadi kalaupun alasan saya kurang tepat, masih bisa berdalih mengikuti ahlinya. Hehehe.
 
REGISTER SUARA
  
Alat musik liturgi resmi Gereja Katolik adalah orgel pipa. Alat musik ini selain suaranya yang khas, juga memiliki ciri khas lain yakni pedalnya yang panjang sebanyak sekitar 2 oktaf, berbeda dengan organ modern yang hanya sekitar 1,5 oktaf. Seiring perkembangan teknologi dan mengingat biaya pembuatan orgel pipa juga mahal sekali, suara yang dihasilkan orgel pipa dapat direproduksi oleh organ modern, khususnya organ besar merk Rodgers atau Eminent. Namun belakangan ini makin jarang pula ditemui organ seperti Rodgers atau Eminent. Bisa dikatakan, di setiap gereja di KAJ selalu ada organ modern, khususnya merk Yamaha yang konon user friendly dan dapat mengeluarkan lebih banyak suara. Bila demikian, sungguh baik apabila suara organ yang menyerupai orgel pipa tetap dipertahankan sebagai register utama untuk mengiringi nyanyian.
 
VOLUME
      
Mengingat peran organ sebagai pengiring, tentu saja volumenya tidak boleh lebih keras dari yang diiringi. Dalam liturgi, kata-kata nyanyian memiliki porsi utama, maka jangan sampai kata-kata menjadi tidak jelas karena tertimpa suara iringan. Maka sangat perlu bagi organis melakukan penelitian kecil-kecilan untuk mengetahui volume ideal.
 
NYANYIAN MERIAH
  
Ada beberapa nyanyian yang punya sifat meriah. Dalam pemahaman saya nyanyian yang harus meriah adalah Kemuliaan, Bait Pengantar Injil sampai Aklamasi Sesudah Injil, aklamasi sebelum prefasi dan Kudus. Pada bagian ini biasanya saya pakai register meriah, seperti Octave 2, untuk memacu umat dan menunjukkan kemeriahan nyanyian-nyanyian ini.
  
NYANYIAN BERBENTUK DIALOG
    
Yang dimaksud nyanyian berbentuk dialog adalah nyanyian yang dibagi dalam dua kelompok, yakni koor dan umat. Contohnya adalah lagu-lagu kyriale di Puji Syukur misalnya Misa Kita II, selalu ada bagian yang dikhususkan untuk koor dan ada yang khusus umat.
    
Romo Tanto pernah mengajari saya tehnik yang tepat untuk mengiringi nyanyian tipe ini, yakni menggunakan register lembut untuk mengiringi bagian koor dan menggunakan register yang lebih keras untuk mengiringi bagian umat. Cara lainnya yang selalu saya pakai adalah, tidak menggunakan pedal ketika bagian koor dan menggunakan pedal ketika bagian umat. Kombinasi atas kedua cara ini juga bisa dilakukan ketika koor menyanyikan SATB dengan baik pada bagiannya, yakni mengiringi dengan register lembut tanpa pedal ketika bagian koor, dan dengan register keras dengan pedal ketika bagian umat. Kebetulan buku koor Puji Syukur untuk SATB selalu menyanyikan unisono pada bagian umat, ini juga untuk mendukung dialog koor-umat.
  
Apa sesungguhnya tujuan pola seperti ini? Saya pernah baca, dialog koor-umat atau satu bagian umat dengan bagian yang lain, adalah simbolisasi dialog Allah dengan manusia. Bingung? Saya juga :D, jadi mari kita belajar menghayati simbolisasi ini dengan lebih baik.
  
MUSIK INSTRUMENTAL
  
Pernah suatu ketika saya mengiringi sebuah koor. Pada saat nyanyian komuni, lagunya sudah selesai ketika perarakan komuni sudah selesai. Dirigen kemudian meminta untuk memainkan organ secara instrumental karena Imam masih membereskan bejana-bejana di altar. Dalam kesempatan lain, pada perarakan persembahan dirigen juga meminta hal serupa karena Imam masih menyiapkan bahan persembahan di altar.
  
Alasan seperti itu sesungguhnya tidak tepat karena fungsi nyanyian adalah mengiringi prosesi. Nyanyian pembuka untuk mengiringi perarakan pembuka, nyanyian persiapan persembahan untuk mengiringi perarakan persembahan, dan nyanyian komuni untuk mengiringi prosesi komuni. Nyanyian tetap boleh dilangsungkan sampai setelah perarakan itu selesai, namun bila nyanyian selesai ketika prosesinya sudah selesai, tidak perlu ada nyanyian lagi. Khususnya dalam hal prosesi komuni, saat hening sesudah komuni juga merupakan bagian dari ibadat. Maka bila nyanyian komuni sudah selesai, begitu pula prosesinya, tidak perlu ditambahkan nyanyian lagi atau musik instrumental untuk memberikan waktu hening bagi umat.
  
Pada prinsipnya, musik instrumental diijinkan untuk mengiringi prosesi pembuka, perarakan persembahan dan prosesi komuni, juga pada saat akhir Misa. Tentu saja lebih baik bila bagian tersebut dinyanyikan. Namun memainkan musik secara instrumental tidak diijinkan pada masa Adven, Prapaskah, Trihari Suci, dan pada perayaan liturgi seputar kematian. Pada masa-masa itu, alat musik hanya diijinkan untuk mengiringi nyanyian dan tidak untuk dimainkan tersendiri.
  
ORGANIS BUKAN PEMIMPIN NYANYIAN
 
Dalam suatu perayaan Ekaristi atau ibadat lainnya, pemimpin nyanyian adalah seorang dirigen atau bila tidak ada dirigen adalah solis. Organis adalah pengiring dan bukan pemimpin nyanyian. Maka dalam menjalankan tugasnya, seorang organis terikat pada kewajiban untuk taat kepada si pemimpin nyanyian. Sering terjadi ada organis yang memainkan tempo lagu sesukanya sendiri dan tidak sesuai dengan aba-aba dirigen. Yang seperti ini tidak tepat dan hanya menunjukkan ego si organis. Taat pada pemimpin nyanyian adalah bagian dari spiritualitas seorang organis.

Penulis: Onggo Lukito, organis Paroki St. Robertus Bellarminus, Cililitan, Jakarta Timur.