“Inilah silsilah Yesus Kristus” (Kej 49: 2.8-10; Mzm 72:1.3-4b; Mat 1:1-17)

“Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria, Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus.” (Mat 1:1-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Mulai hari ini kita memasuki ‘Hari Biasa Khusus Adven’, dimana kita diajak untuk memasuki saat-saat menjelang pemenuhan janji Allah, Kelahiran Penyelamat Dunia. Warta Gembira hari ini mengenangkan ‘silsilah Yesus Kristus’, sejak dari Abraham, bapa umat beriman. Mengenal silsilah alias sejarah dengan baik dan benar hemat saya sungguh penting, namun jika dicermati hal ini kurang mendapat perhatian dalam bidang pendidikan di negeri kita. Jika orang tidak tahu silsilah atau sejarah pada umumnya yang bersangkutan juga tidak menghargai nilai-nilai atau warisan keutamaan para leluhur atau pendahulu, yang sungguh baik dan memadai untuk hidup masa kini. Sebagai orang beriman kiranya kita semua perlu mengenal bapa Abraham, yang sungguh beriman, demikian juga sebagai warga negara Indonesia kiranya perlu mengenal tokoh pejuang kemerdekaan NKRI. Sebagai orang beragama kita semua juga memiliki warisan nilai yang sangat berharga, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, yang sudah ada berabad-abad yang lalu, dan sampai kini masih up to date untuk menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita. Maka sabda hari ini hemat saya antara lain mengajak dan mengingatkan kita akan pentingnya mengenal dengan baik dan benar ‘silsilah atau  sejarah’. Marilah kita kenangkan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang diwariskan oleh para pendahulu atau leluhur kita, sebaliknya marilah kita hidup dan bertindak sebaik mungkin, sungguh beriman, bermoral dan berbudi pekerti luhur, agar dengan demikian kita pun mewariskan nilai atau keutamaan hidup bagi generasi mendatang.
·   Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa” (Kej 49:10). Jika dicermati kiranya kita tahu bahwa keturunan Yehuda pada masa kini sungguh menguasai dunia, misalnya petualang uang atau bankir yang sangat berpengaruh dalam kehidupan ekonomi dunia adalah keturunan Yehuda, demikian juga dalam hal ilmu-ilmu pengetahuan atau ilmiah lainnya. Saya menerima informasi bahwa sampai kini pun, yaitu bangsa Israel, yang tidak lain adalah keturunan Yehuda lebih mengutamakan ‘menjual hasil pikiran’ kepada dunia, Negara yang kecil ini berpengaruh dalam kehidupan dunia karena pemikir-pemikir yang handal. Maka dengan ini kami harapkan agar kita semua juga lebih mengutamakan kecerdasan dalam membina dan mendidik anak-anak kita, entah itu cerdas secara fisik, sosial, intelektual, emosional maupun spiritual. Orang yang memiliki kecerdasan-kecerdasan ini pasti akan sangat berpengaruh dalam kehidupan bersama: cerdas secara fisik berarti tubuh senantiasa dalam keadaan sehat dan prima sehingga tak mudah kena penyakit dalam situasi dan kondisi apapun, cerdas secara social berarti orang dapat bergaul dan hidup bersama dengan siapapun, cerdas secara intelektual berarti orang dengan mudah memahami apa yang terjadi, cerdas secara emosional berarti orang tak mudah marah alias dapat menguasai emosinya, sedangkan cerdas secara spiritual berarti yang bersangkutan sungguh fungsional menyelamatkan dimana pun dan kapan pun.
“Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja! Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran! Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang-orang miskin” (Mzm 72:1.3-4b)
 
 
Selasa, 17 Desember 2012
 
Romo Ignatius Sumarya, SJ