HOMILI: Hari Minggu Adven IV (Mi 5:1-4a; Mzm 80:15-16.18-19; Ibr 10:5-10; Luk 1:39-45)

“Berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."
Perayaan Natal, mengenangkan kelahiran Penyelamat Dunia semakin dekat, dan besok sore/ malam kiranya kebanyakan dari anda berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi Agung Malam Natal. Hari-hari ini kiranya persiapan untuk Perayaan Malam Natal sudah siap semuanya dan tinggal pelaksanaannya, maka kutipan judul di atas, kata-kata Elisabeth kepada SP Maria, sungguh sesuai untuk menjadi bahan permenungan atau refleksi kita pada hari ini, tentu saja kami ajak untuk merenungkannya secara rohani atau spiritual, bukan secara fisik belaka, dengan kata lain apakah kita telah siap sedia secara konkret merayakan Natal dalam hidup sehari-hari, yaitu berdamai dan bersahabat dengan siapapun tanpa pandang bulu atau SARA, sehingga kita sendiri senantiasa dalam keadaan bahagia dan tentu saja siapapun yang bertemu dengan saya juga menikmati hidup bahagia dan damai sejahtera sejati, bahagia dan sejahtera fisik maupun spiritual, lahir maupun batin.
"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” (Luk 1:42-45).
Sesuatu yang sungguh mengejutkan dan menggembirakan bahwa anak yang masih berada di dalam rahim “melonjak kegirangan”, yang berarti ia yang belum lahir sebagai manusia ikut menikmati kegembiraan perihal pemenuhan janji Allah untuk menyelamatkan dunia, umat manusia seluruhnya. Hemat saya hal ini terjadi karena Roh Kudus  sungguh berkarya baik dalam diri Elisabeth maupun SP Maria. Apa yang terjadi dalam perjumpaan antara Elisabeth dan SP Maria ini kiranya dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam rangka menyambut kedatangan Penyelamat Dunia, mengenangkan kelahiran Penyelamat Dunia yang akan segera tiba.
Menjadi orang yang sungguh bergembira ‘luar-dalam’, artinya tidak hanya dipermukaan saja tetapi sampai di hati, pasti senantiasa dalam keadaan mempesona, menarik dan memikat, sehingga siapapun yang melihatnya akan memuji dan bersyukur, tentu saja orang-orang yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kita kiranya dapat menyaksikan bayi sehat yang baru saja dilahirkan atau balita yang sehat wal’afiat, yang senantiasa bergembira dan ceria serta memiliki sikap mental siap sedia didatangi oleh siapapun yang hendak mengasihinya. Memang ketika bayi atau balita didekati atau diperlakukan tanpa kasih, maka ia akan memberontak dan menangis. Kita semua diharapkan memiliki keterbukaan yang mendalam untuk siap sedia didatangi oleh Penyelamat Dunia.
Secara khusus perkenankan saya menyapa rekan-rekan ibu yang sedang mengandung, lebih-lebih baru pertama kali mengandung, serta mendambakan anaknya yang berada dalam kandungan segera lahir di dunia ini. Kami ucapkan selamat dan kiranya bolehlah saya sapa anda dengan kata-kata ini: “Berbahagialah anda karena tidak lama lagi anda akan menjadi ibu, dan menurut kata banyak orang berarti sempurnalah kewanitaan anda!”. Hendaknya anda sungguh dalam keadaan ceria dan gembira, karena dengan demikian kelahiran anak anda akan berjalan lancar, tanpa ada hambatan sedikitpun, dan anak anda akan lahir dalam keadaan sehat juga. Sedangkan kepada suami maupun saudara-saudarinya kami harapkan juga bersyukur dan berterima kasih.
Kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus kiranya pada hari ini juga dalam keadaan gembira dan ada di antara yang sedang dalam rencana atau perjalanan untuk bertemu sanak-saudara dan kerabat alias mudik ke kampung halaman tempat dilahirkan dan dibesarkan. Kami percaya bahwa anda juga dalam keadaan siap sedia untuk saling menyapa dengan gembira, saling curhat, saling menceriterakan pengalaman hidup yang mengesan. Maka manfaatkan kesempatan bersilaturahmi ini dengan baik untuk memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau persahabatan yang sejati. Mungkin di antara anda juga sudah menyampaikan ucapan ‘Selamat Natal’, entah melalui kartu Natal atau surat, dan pada umumnya anda juga siap-siap untuk mengucapkan selamat Natal dengan kirim SMS atau email. Marilah kita bersiap-siap untuk bergembira dalam mengenangkan kelahiran Penyelamat Dunia.
Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --. Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus” (Ibr 10:8-10)
Kutipan di atas ini mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman atau beragama agar dalam cara hidup dan cara bertindak senantiasa lebih mengutamakan pelaksanaan atau penghayatan kehendak Allah, bukan upacara-upacara liturgis atau doa-doa yang panjang. Memang kehendak Allah antara lain dapat kita temukan dalam aneka aturan atau tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka baiklah aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita sungguh dihayati atau dilaksanakan sepenuhnya. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa tujuan utama tata tertib atau aturan dibuat dan diberlakukan tidak lain adalah agar kita semakin setia dan tahu melaksanakan kehendak Allah di lingkungan hidup atau kerja kita masing-masing.
SP Maria mengunjungi Elisabeth,  saudarinya, merupakan kehendak Allah, bukan hanya keinginan pribadi. Semoga perjalanan anda untuk mengunjungi keluarga atau sanak-saudara atau ucapan “Selamat Natal dan Tahun Baru” juga merupakan kehendak Allah, maka baiklah sharingkan pengalaman hidup anda yang baik kepada saudara-saudari kita. Semoga jabatan tangan maupun peluk-cium yang anda lakukan dengan saudara-saudari anda juga tidak sekedar formalitas atau sopan santun belaka, melainkan sungguh merupakan dorongan Allah.
Kutipan di atas juga mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, apa yang kita miliki dan kuasai saat ini hendaknya dipersembahkan kepada Allah atau difungsikan sesuai dengan kehendak Allah. Dalam hal ini saya sangat terkesan pada seorang seminaris dari Seminari Mertoyudan, yang beberapa waktu lalu dipanggil Tuhan, yaitu Ignatius Destian Kristiadi. Ia adalah anak keempat dari lima bersaudara, dan merupakan anak terbaik dalam keluarganya. Ibunya sendiri sungguh berbahagia mempersembahkan anak tersebut kepada Tuhan untuk menjadi imam. Banyak orang mungkin menyayangkan bahwa anak baik kok lebih dahulu dipanggil Tuhan. Memang Tuhan menghendaki apa yang terbaik dari kita, bukan sisa-sisa atau yang tidak baik. Ketika mempersembahkan Ekaristi untuk tujuh hari kematian Ignatius Destian Kristiadi di rumahnya, ibunya berbagi pengalaman kepada saya: “Romo ia adalah anak kami yang terbaik, dan sekarang sudah mempersembahkan diri seutuhnya  kepada Tuhan, hidup mulia dan berbahagia di sorga bersama Tuhan. Saya merasa bahagia dengan hal ini”.
Dalam misa atau Perayaan Ekaristi tujuh hari tersebut saya juga memperoleh sesuatu yang baru dan indah. Di stasi  ini ada paguyuban umat yang disebut kelompok “LUWAK” (=Leladi Umat Wewaton Ati Karep = melayani umat dengan kehendak hati). Kelompok ini dengan cekatan dan gembira melayani apa yang sungguh dibutuhkan oleh umat dan masyarakat. Marilah kita hidup dan bertindak melayani umat atau masyarakat.
Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu!Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu” (Mzm 80:15-16.18-19)
 
Minggu,  23 Desember 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ