"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu” (Yes 25:6-10a; Mzm 23:1-4; Mat 15:29-37)

“Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel. Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: "Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" Kata Yesus kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi beberapa ikan kecil." Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh” (Mat 15:29-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
 
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
 
·   Belas kasih merupakan salah satu wujud keutamaan dari orang yang memiliki hati bersih dan terbuka, serta senantiasa siap sedia untuk disakiti. Hari-hari ini mungkin cukup banyak orang yang membutuh-kan belas kasihan karena menjadi korban bencana alam, entah itu banjir bandang, tanah longsor dll.., yang menuntut kemurahan hati orang yang memiliki hati seperti Yesus, yang Hati-Nya tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak yang kelaparan. Apakah sebagai orang beriman kita memiliki hati yang tergerak oleh belas kasihan? Adakah di lingkungan hidup dan kerja kita yang sungguh membutuhkan belas kasihan? Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita semua dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini, hemat kami karena belas kasihan Allah yang kita terima melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita, tentu saja terutama orangtua atau pribadi-pribadi yang merawat dan mendidik kita sejak kecil. Dengan kata lain jika kita jujur dan terbuka mawas diri, kiranya masing-masing dari kita pasti akan menyadari dan menghayati  bahwa dirinya kaya akan  belas kasihan, serta kemudian tergerak untuk berbelas kasih kepada siapapun yang membutuhkan di lingkungan hidup maupun kerja kita. Jika kita semua saling berbelas kasih, kiranya tak ada lagi orang-orang yang menderita kelaparan, kehausan atau berkekurangan dalam kebutuhan pokok hidup sehari-hari. 
 
·   TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya. Dan di atas gunung ini TUHAN akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada segala bangsa-bangsa”(Yes 25:6-7). Kutipan ini merupakan kata-kata penghiburan yang penuh pengharapan. Masa adven juga diwarnai oleh keutamaan harapan, maka baiklah saya mengajak anda sekalian, segenap umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus, untuk senantiasa dapat menjadi penghiburan yang penuh harapan bagi saudara-saudarinya dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Maka baiklah kita perhatikan juga di lingkungan hidup dan kerja kita: adakah orang yang putus asa atau frustrasi, karena kegagalan dalam hal tertentu?  Dekati dan sikapi mereka dengan belas kasih seraya menghiburnya dengan kata-kata yang membangkitkan gairah dan semangat hidupnya. Ingatkan mereka bahwa dunia ini sangat luas, sarat dengan aneka kemungkinan dan kesempatan, maka gagal dalam hal tertentu masih ada banyak kemungkinan lain. Memang kita sendiri dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari hendaknya dapat menjadi penghiburan bagi orang lain, dimana pun berada atau kemana pun pergi kita mampu menggairahkan dan membangkitkan mereka yang putus asa atau frustrasi. Tentu saja kami berharap secara khusus kepada segenap anggota keluarga dalam keluarga masing-masing: hendaknya masing-masing anggota keluarga memiliki semangat menghibur dan menggairahkan yang lain, dan tentu saja secara khusus terjadi dalam relasi antar suami dan isteri, bapak dan  ibu. Biarlah pengalaman terhibur dan tergairahkan di dalam keluarga kemudian tumbuh berkembang dalam  lingkungan yang lebih luas. 
 
TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mzm 23:1-4)
 
 
Rabu,  5 Desember 2012
 
Romo Ignatius Sumarya, SJ