“Seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.” (Why 10:8-11; Mzm 119:14.24.72; Luk 19:45-48)

Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.” (Luk 19:45-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
 
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
 
·   Secara liturgis kita semakin dekat mengakhiri Tahun Liturgi, yang dimahkotai dengan Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan sikap mental yang saling berseberangan, yaitu para imam dan ahli-ahli Taurat yang berkehendak untuk membinasakan Yesus dan rakyat banyak yang semakin terpikat pada Yesus, karena Yesus memang berpihak pada rakyat atau mereka yang berada di poros komunitas. Visi Keuskupan Agung Semarang mencantumkan kata ‘habitus baru’ sebagaimana dicanangkan oleh KWI beberapa tahun lalu. Yang dimaksudkan dengan ‘habitus baru’ ialah cara melihat dan mempertimbangkan yang terkait dengan hidup bersama. Hidup bersama dipengaruhi oleh tiga poros, yaitu poros Badan Publik, poros Bisnis dan poros Komunitas. Ketika, entah poros Badan Publik atau Bisnis, memihak poros Komunitas, maka hidup bersama sungguh baik, sejahtera, menarik, memikat dan mempesona. Sungguh memprihatinkan bahwa sampai sekarang masih ada kecenderungan kuat bahwa mereka yang berada di poros Badan Publik dan poros Bisnis berkolusi dan meninggalkan poros Komunitas atau rakyat, maka hidup bersama kacau-balau, sarat dengan ketegangan, demonstrasi dan kerusuhan. Kami berharap kepada mereka yang berada di poros Badan Publik maupun Bisnis untuk berpihak pada rakyat atau yang berada di poros Komunitas, sehingga anda semua yang berpengaruh secara yuridis maupun material dalam hidup bersama sungguh ada dalam hati rakyat, memikat dan rakyat senang mendengarkan anda. Kepada kita semua kami ajak mawas diri: apakah kita semakin terpikat kepada Tuhan serta senang mendengarkan ajaran-ajaranNya, yang disampaikan oleh para pemimpin agama yang baik? Apakah semakin tambah usia dan pengalaman kita juga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia?
 
·   Dan suara yang telah kudengar dari langit itu, berkata pula kepadaku, katanya: "Pergilah, ambillah gulungan kitab yang terbuka di tangan malaikat, yang berdiri di atas laut dan di atas bumi itu." Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku: "Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manis seperti madu."(Why 10:8-9). Yang dimaksudkan dengan makanan di sini tidak lain adalah ‘sabda Tuhan’ atau aneka aturan dan tata tertib yang tertulis dalam lingkungan hidup dan kerja kita setiap hari. Sejauh mana kita telah melaksanakan atau menghayati aturan atau tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing? Apakah aturan dan tata tertib masih menjadi beban atau sudah menjadi kebutuhan? Sebagai orang beriman yang baik kami harapkan kita semua terhadap aturan atau tata tertib sudah menjadi kebutuhan, bukan lagi beban. Demikian juga terkait dengan janji-janji yang telah kita ikrarkan, seperti janji baptis, janji perkawinan, janji imamat, kaul, janji pelajar/mahasiswa , janji pegawai dst.. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus dan telah dibaptis, sejauh mana kita setia pada janji baptis, yaitu hanya mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan? Apakah kita semakin bersaudara atau bersahabat dengan Tuhan maupun sesama manusia tanpa pandang bulu atau SARA? Sebagai suami-isteri; sejauh mana anda semakin saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati? Kesetiaan antar suami-isteri dalam saling mengasihi akan menjadi dasar dan modal yang kuat dan handal untuk hidup saling mengasihi dengan orang lain. Semoga kita semua juga semakin peka mendengarkan suara Tuhan yang menggejala dalam ciptaan-ciptaan-Nya di bumi ini. 
 
Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku.Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak.” (Mzm 119:14.24.72)
 
 
Jumat, 23 November 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ