HOMILI: Hari Raya Semua Orang Kudus (Why 7:2-4.9-14; Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a)

“ Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah”
Dalam rangka mengenangkan Hari Raya Semua Orang Kudus hari ini saya coba refleksikan sabda Yesus tentang “Sabda Bahagia”, sebagaimana diajukan dalam bacaan Injil hari ini, sebagai berikut:
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.(Mat 5:3)
Apa yang dimaksudkan dengan ‘miskin di hadapan Allah’ antara lain adalah sikap mental senantiasa terbuka terhadap kehendak Allah atau Penyelenggaraan Ilahi, sehingga orang tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi, melainkan kehendak dan perintah Tuhan. Dengan demikian orang yang bersangkutan adalah orang suci, orang yang sungguh membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui hidup sehari-hari kapan pun dan dimana pun. Saya percaya bahwa kita semua mendambakan hidup suci dan kelak setelah meninggal dunia hidup mulia selamanya di sorga, maka dengan ini kami harapkan anda semua senantiasa membuka diri terhadap Penyelenggaraan Ilahi.    
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur” (Mat 5:4).
Hidup suci sesuai dengan perintah dan kehendak Allah atau senantiasa terbuka pada Penyelenggaraan Ilahi tak akan pernah terlepas dari aneka penderitaan dan perjuangan alias dukacita. Maka ada pepatah: “jer basuki mowo beyo” (=untuk hidup mulia dan berbahagia orang harus berjuang dan berkorban), “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Dua pepatah atau peribahasa di atas ini kiranya senada dengan sabda di atas, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk senantiasa siap sedia berjuang dan berkorban alias berduka cita demi penghiburan sejati yang akan kita terima atau nikmati serta dambaan.     
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” (Mat 5:5)
Orang yang setia berjuang dan berkorban karena kesetiaan kepada Penyelenggaraan Ilahi akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang lemah lembut, tidak kasar. Orang yang lembah lembut pada umumnya juga akan hidup dan bertindak ‘membumi’, artinya sungguh merakyat atau mencermati dan memperhatikan kebutuhan sehari-hari sekecil dan sesederhana apapun. Hidup merakyat alias memperhatikan rakyat dan anak-anak kecil harus dengan lemah lembut, demikian juga memeperhatikan perkara atau hal-hal kecil dan sederhana. Kami berharap mereka yang berperan dalam hidup bersama untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan lemah lembut, sehingga kita semua juga hidup dan bertindak dengan lemah lembut.   
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Mat 5:6)
Orang yang lemah lembut pasti akan ‘lapar dan haus akan kebenaran’, rindu untuk mengetahui, memiliki dan menghayati apa yang benar dan baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan jiwa manusia. Dengan demikian yang bersangkutan kapan pun dan dimana pun senantiasa berusaha untuk melakukan apa yang benar dan yang baik. Saya percaya jika siapapun dapat melakukan apa yang baik dan benar dengan sukses pasti akan sungguh puas, dan kepuasannya akan tinggal lama dalam dirinya atau bahkan membekas dalam dirinya sampai mati.
`“Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” (Mat 5:7)
Jika orang sungguh puas atas pengalaman hidup dan cara bertindaknya, maka yang bersangkutan akan bermurah hati kepada siapapun, artinya akan memperhatikan siapapun yang membutuhkan perhatian, tanpa pandang bulu. Hatinya senantiasa terbuka kepada siapapun sepanjang waktu, dan tentu saja juga akal budi, jiwa, tenaga maupun harta bendanya juga siap sedia untuk memperhatikan orang lain. Dengan kata lain orang yang bersangkutan akan menjadi orang yang sungguh social, dan dengan demikian akan memiliki banyak teman, saudara atau sahabat.
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” (Mat 5:8)
Karena perhatian orang lain begitu melimpah ruah, maka orang yang bermurah hati juga akan berkembang menjadi suci hatinya, memiliki suara hati yang bersih dan jernih. Ia bagaikan dalam pewayangan seperti Puntadewa, yang memiliki kesucian hati sehingga dikatakan darahnya pun berwarna putih. Orang yang suci hatinya akan melihat Allah hadir dan berkarya dalam semua ciptaanNya, tentu saja terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Dengan demikian yang bersangkutan pun juga menjadi wahana atau sarana kerja Allah, karena apa yang dilakukan senantiasa sesuai dengan kehendak dan perintah Allah, maka yang bersangkutan pun senantiasa ‘membawa damai’ bagi siapapun yang dijumpai.
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat 5:9)
Orang yang membawa damai” kemana pun dan dimana pun berarti menjadi sahabat-sahabat Allah, karena Allah senantiasa mendambakan damai di bumi. “Mereka akan disebut anak-anak Allah”, orang yang senantiasa kehadiran dan sepak terjangnya dimana pun dan kapan pun merupakan perwujudan kehendak dan perintah Allah, Allah sungguh hidup dan berkarya dalam dirinya yang lemah dan rapuh. Sebagai orang beriman sering kita juga disebut sebagai Umat Allah, maka marilah kita saling membawa damai bagi saudara-saudari kita, dan dimana ada pertentangan atau permusuhan hendak kita segera datang untuk mendamaikan. 
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 5:10)
Pada masa kini pembawa damai atau pewarta kebenaran pasti tak akan terlepas dari aneka bentuk penganiayaan atau penderitaan, mengingat dan memperhatikan pertentangan dan kebohongan masih marak di sana-sini. Kepada mereka yang harus mengalami penganiayaan atau penderitaan karena mewartakan damai dan kebenaran, kami harapkan tetap setia melakukannya seraya mengenangkan Yesus yang rela menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan umat manusia seluruh dunia. Pandang dan nikmati Dia yang tergantung di kayu salib, karena dengan demikian anda telah ‘empunya Kerajaan Sorga’, artinya sewaktu-waktu anda meninggal dunia akan langsung menikmati hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga.    
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” (Mat 5:11)
Akhirnya menjadi orang yang hidup dan bertindak dalam kuasa Allah alias dirajai atau dikuasai oleh Allah dan secara konkret hidup baik, jujur, disiplin, menghayati rahmat kenabian yang berarti pada suatu saat harus melawan arus, maka yang bersangkutan akan mengalami celaan dan aniaya maupun fitnah. Jangan menjadi kecil hati atau penakut jika harus mengalami yang demikian itu, tetapi tetap berbahagia dan bergembiralah, karena para santo dan santa pelindung kita dan menandai nama kita, telah mengalami yang sama. Nikmati dan hayati aneka celaan, aniaya dan fitnah sebagai kesempatan menghayati iman kita kepada Yang Tersalib. Marilah kita renungkan kutipan ini : “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.” (1Yoh 3:1-3)
TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.” (Mzm 24:1-4) . 

Kamis, 1 November 2012

Romo Ignatius Sumarya SJ