“Engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar” (Flp 2:1-4; Mzm 131; Luk 14:12-14)


“Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.” (Luk 14:12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Bekerja dahulu dan baru menerima imbal jasa atau gaji kemudian, itulah yang terjadi dalam perusahaaan atau kantor-kantor dalam rangka pemberian gaji atau imbal jasa kepada para pegawai atau karyawannya. Apa yang dilakukan ini kiranya senada dengan sabda Yesus, tetapi dalam perkara lain yang dimaksudkan oleh Yesus, yaitu dalam hal berbuat baik kepada orang lain. Kita semua diingatkan agar dalam berbuat baik kepada orang lain tidak segera mengharapkan balasan, lebih-lebih yang bersifat material. Maklum pada masa kini masih terjadi praktek kehidupan dalam hal memberi sumbangan atau berbuat baik, yaitu saya berbuat baik atau memberi sumbangan dengan harapan segera menerima balasan yang lebih besar daripada apa yang kita lakukan atau sumbangkan. Secara khusus kita diharapkan berbuat baik atau memberi sumbangan kepada ‘orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta’, yang pada umumnya tak mungkin segera memberi balasan kepada mereka yang telah membantunya, paling hanya ucapan kata ‘terima kasih’. Kami memiliki penngalaman dalam hal melayani orang-orang kaya maupun orang-orang miskin: orang-orang kaya sudah dilayani sangat bagus masih mengeluh dan menggerutu, sedangkan orang-orang miskin meskipun hanya menerima pelayanan atau bantuan sedikit terus-menerus berterima kasih dan mengungkapan serta mewujudkan terima kasihnya dengan berbuat baik kepada orang lain. Marilah kita berbuat baik tanpa harapan balasan segera, melainkan biarlah Tuhan sendiri yang menganugerahkan balasan berupa hidup mulia dan bahagia selamanya setelah meninggal dunia.

· “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Fil 2:1-4). Sebagai orang beriman kita semua diharapkan ‘tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian-pujian yang sia-sia..dan ..janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga’. Dengan kata lain kita semua diharapkan memiliki cara hidup dan cara bertindak social, orang-orang yang peka akan kebutuhan orang lain, terutama kebutuhan orang-orang miskin dan menderita. Jauhkan sikap hidup atau mental materialistis dan egois. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa jati diri manusia adalah makhluk social, maka tidak hidup dan tidak bertindak social berarti mengingkari jati diri, sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Marilah kita hayati salah satu motto hidup beriman, yaitu “preferential option for/with the poor” = keberpihakan pada atau bersama mereka yang miskin dan berkurangan. Kami percaya di lingkungan hidup dan kerja kita pasti ada yang miskin dan berkekurangan, dan sekiranya di lingkungan hidup dan kerja anda tidak ada yang membutuhkan bantuan, baiklah bantuan anda dapat disalurkan ke panti-panti asuhan social atau instansi/organisasi social, entah tingkat local, nasional maupun internasional. Kepada orang-orang kaya kami harapkan menyadari bahwa kekayaan anda tidak pernah terlepas dari orang miskin atau pekerja keras dalam rangka memperolehnya, maka selayaknya anda juga menyumbangkan sebagian dari kekayaan anda bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Tanpa mengurangi kesosialan anda, kiranya anda juga dapat membantu pendidikan calon imam di seminari-seminari, karena maklum mereka yang terpanggil menjadi imam atau menjadi seminaris pada umumnya dari keluarga miskin atau sederhana, sementara itu kebutuhan untuk pembinaan dan pendidikan di seminari cukup mahal. Ingatlah dan sadari bahwa mereka yang dididik di seminari kelak ketika menjadi imam, maka hidup dan dirinya sungguh dipersembahkan secara total bagi orang lain.

“TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!” (Mzm 131)


Senin, 5 November 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ