HOMILI: Hari Minggu Biasa XXX (Yer 31:7-9; (Mzm 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6; Ibr 5:1-6; Mrk 10:46-52)

 
Gus Dur, alm., sebelum dan selama menjadi presiden RI buta matanya, tidak dapat melihat dan membaca dengan baik, namun ia memiliki kepekaan luar biasa atas aneka peristiwa dan kejadian karena pendengarannya yang tajam. Sayang orang-orang disekelilingnya ada yang menjatuhkan-nya, memanfaatkan kebutaannya untuk kepentingan pribadi maupun organisasi atau kelompoknnya. Namun meskipun ia tidak menjadi presiden, ia tetap menjadi ‘guru bangsa’, yang banyak didatangi orang untuk minta nasihat maupun saran dalam hal hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kata-kata yang keluar dari mulutnya yang lucu dan polos sungguh inspiratif bagi banyak orang untuk semakin beriman, membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, karena ia sendiri sungguh beriman. Dalam kutipan Warta Gembira hari ini dikisahkan perihal seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, yang memiliki kepekaan akan kehadiran Tuhan Yesus, maka ketika Tuhan Yesus melewatinya ia berteriak mohon belas kasihan agar dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Dan Yesus pun dengan gembira mengabulkan permohonan sambil bersabda “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau”. Marilah kita renungkan sabda Yesus ini atau kita meneladan si pengemis buta, Bartimeus.

“Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau” (Mrk 10:52)

Sebagai orang beriman kita semua sering atau banyak bepergian, entah jarak jauh atau jarak dekat. Kami percaya kita semua memiliki indera pendengaran baik dan sehat, maka dengan ini kami berharap dimana pun berada atau kemana pun pergi hendaknya kita fungsikan indera pendengaran kita sebaik dan seoptimal mungkin untuk mendengarkan aneka suara atau informasi yang disampaikan dengan aneka cara. Kita pilah dan pilih aneka suara dan informasi, dan tentu saja hendaknya kemudian memilih apa-apa atau hal-hal yang dapat memperdalam, meneguhkan dan memperkembangkan iman kita kepada Tuhan.

Mungkin kita sering mendengarkan lagu-lagu rohani, entah melalui radio, tv atau youtube, dan kami percaya isi lagu-lagu rohani adalah baik serta berguna bagi kehidupan iman atau agama kita. Dengarkan dan cecap dalam-dalam isi lagu, agar iman anda semakin mendalam, handal dan teguh, dan dengan demikian kita selamat dalam perjalanan hidup maupun penghayatan panggilan dan pelaksanaan tugas pengutusan. Kita masih berada di bulan Oktober, bulan rosario, dan kita diajak untuk mengenangkan SP Maria dengan berdoa rosario. SP Maria, teladan umat beriman, dikenal sebagai ‘yang mendengarkan dan memelihara firman Tuhan’, maka dengan ini kami mengajak segenap umat beriman untuk meneladannya. Dengan rendah hati, hati, jiwa, akal budi yang terbuka, marilah kita dengarkan dan cecap dalam-dalam firman Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci.

Kita semua juga diingatkan bahwa yang menyelamatkan dan membahagiakan jiwa dan hidup kita adalah iman, bukan harta benda, pangkat/kedudukan maupun kehormatan duniawi. Maka kami berharap sebagai orang beriman dengan semangat iman menggunakan atau memfungsikan aneka harta benda, pangkat/kedudukan maupun kehormatan duniawi. Marilah kita sadari dan hayati bahwa harta benda, pangkat/kedudukan maupun kehormatan duniawi merupakan anugerah Tuhan yang kita terima melalui saudara-saudari kita, maka selayaknya semuanya kita fungsikan agar kita semakin ber-Tuhan, semakin dikasihi oleh Tuhan maupun saudara-saudari kita.

Setelah kita merasa dan menghayati diri sebagai yang telah semakin dikasihi oleh Tuhan maupun saudara-saudari kita, maka selayaknya kita juga semakin mengasihi orang lain tanpa kenal batas, agar orang lain juga semakin beriman, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Marilah kita saling mendukung dan bekerjasama meningkatkan diri kita masing-masing agar semakin beriman, semakin dikasihi oleh Tuhan maupun saudara-saudari kita. Jika kita sungguh beriman kiranya dalam situasi dan kondisi macam apapun kita tetap ceria dan bergembira, apalagi jika kita beriman kepada Yesus Kristus, yang telah menderita sengsara dan wafat di kayu salib, dimana segala penderitaan kita tidak seimbang jika dibandingkan dengan penderitaan-Nya.

“Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan,yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri” (Ibr 5:1-3)

Panggilan dan fungsi seorang imam adalah pengantara, “ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa”. Maka dengan ini pertama-tama saya mengajak dan mengingatkan rekan-rekan imam untuk hidup dan bertindak dimana pun dan kapan pun sebagai pengantara antara Allah dan manusia alias menjadi penyalur rahmat atau berkat Allah bagi sesama manusia dan doa-doa, dambaan, kerinduan, harapan umat manusia bagi Allah.

Penyalur yang baik juga tidak pernah mengeluh dan menggerutu ketika harus menderita, serta tidak pernah menyakiti orang lain sedikitpun dan jujur serta disiplin. Ada tradisi dalam Gereja Katolik yang sampai kini masing berlangsung di paroki-paroki, yaitu kebiasaan memberkati anak-anak setelah penerimaan komuni kudus. Semoga pemberkatan ini tidak hanya sekedar formalitas atau basa-basi belaka, tetapi sungguh terwujud, dan anak-anak yang menerima berkat kemudian tersentuh untuk semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan ada kemungkinan di antara mereka juga ada yang tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster. Dengan kata lain kami berharap dengan hati jujur imam memberkati anak-anak.

Tidak mengeluh dan tidak menggerutu pada masa kini sungguh merupakan tantangan berat, apalagi pada masa kini banyak tantangan dan cobaan yang menghadang di depan kita dalam hidup sehari-hari. Panggilan untuk tidak mengeluh dan tidak menggerutu ini kami harapkan juga dihayati oleh seluruh umat Allah atau umat beriman. Dalam suatu kesempatan mengikuti lokakarya ada seorang pembicara yang mensharing pengalamannya, yaitu menjadi segala macam bentuk kegagalan sebagai sahabat, maksudnya ketika kita gagal hendaknya tidak menjadi sedih melainkan kesempatan untuk belajar dan meningkatkan diri. Kami percaya bahwa kita semua pernah dan akan mengalami kegagalan-kegagalan dalam hidup maupun tugas pekerjaan, maka jadikan kegagalan dengan gembira sebagai kesempatan untuk belajar dan bertumbuh-berkembang terus menerus sebagai orang beriman.

“Sebab beginilah firman TUHAN: Bersorak-sorailah bagi Yakub dengan sukacita, bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah, pujilah dan katakanlah: TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel! Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari!Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku” (Yer 31:7-9). Kutipan ini kiranya dapat menjadi permenungan atau refleksi kita, yaitu ‘bersorak-sorai dan bersukacita’ dalam situasi dan kondisi apapun, dan dimana pun

“Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai” (Mzm 126:1-5)

Minggu,  28 Oktober 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ