"Barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.” (Flp 3:17-4:2; Mzm 33:2-6; Yoh 12:24-26)

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa” (Yoh 12:24-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Ignatius dari Antiokia, uskup dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Terpanggil menjadi uskup maupun pembantunya, imam, hemat saya harus mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui umat maupun masyarakat dengan penuh pelayanan dan kerendahan hati. Ia sungguh menyerahkan atau membaktikan waktu dan tenaganya, tentu saja juga hati, jiwa dan akal budinya bagi keselamatan jiwa warga masyarakat pada umumnya dan umat katolik khususnya, yang harus digembalakan atau dilayani. Dengan kata lain menghayati rahmat kemartiran yang dianugerahkan oleh Tuhan. Perihal pastor paroki antara lain ditegaskan bahwa “hendaknya ia unggul dalam ajaran sehat dan moral, memiliki perhatian pada jiwa-jiwa dan keutamaan-keutamaan lainnya, dan juga mempuyai kualitas yang dituntut hukum universal dan particular untuk membina paroki yang bersangkutan” (KHK kan 521 $ 2). Perhatian terhadap jiwa-jiwa dan keutamaan-keutamaan pada masa kini memang sungguh merupakan salah satu penghayatan rahmat kemartiran, mengingat dan memperhatikan sikap mental materialistis telah begitu merasuki cara hidup dan cara bertindak warga masyarakat maupun umat Allah. St.Ignatius dari Antiokia yang kita kenangkan hari ini dikenal berbudi bahasa halus dan beriman teguh, maka dengan ini kami berharap secara khusus kepada rekan-rekan imam untuk senantiasa berbudi bahasa halus dan beriman teguh dalam menghayati panggilan maupun melaksanakan tugas pengutusannya. Hadapi dan sikapi segenap warga masyarakat maupun umat Allah dengan budi bahasa halus dan iman yang teguh, dan hendaknya jangan berbawa arus sikap materialistis yang marak pada masa kini. Marilah kita perhatikan keselamatan jiwa warga masyarakat maupun umat Allah, dan kita ajak mereka untuk berbudi bahasa halus dan beriman teguh dalam cara hidup dan cara bertindak mereka sehari-hari dimana pun dan kapan pun.

· “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya” (Flp 3:20-21), demikian peringatan dan ajakan Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua umat Allah. Sebagai umat Allah kita dipanggil untuk senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Allah dimana pun dan kapan pun, “karena kewargaan kita adalah di dalam sorga”. Kita semua berasal dari sorga dan pada suatu saat ketika dipanggil Tuhan atau meninggal dunia diharapkan kembali ke sorga. Maka selayaknya selama hidup di dunia ini kita senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan perintah dan kehendak Allah, tidak hidup dan bertindak seenaknya sendiri, mengikuti selera dan keinginan pribadi. Sebagai orang katolik yang telah dibaptis serta menggunakan nama baptis, santo atau santa, kiranya kita dapat meneladan cara hidup dan cara bertindak santo atau santa pelindung kita masing-masing. Maka hendaknya kita sungguh mengenal secara mendalam santo atau santa pelindung kita, yang telah hidup mulia dan berbahagia kembali di sorga. Marilah kita hidup dan bertindak sebagai orang yang sedang menantikan hidup bahagia dan damai sejahtera selamanya; tunjukkan kegairahan hidup dan tindakan kita sebagai orang yang memiliki harapan hidup bahagia dan damai selamanya. Arahkan harapan dan cita-cita anda pada hal-hal sorgawi atau spiritual/rohani, bukan pada hal-hal fisik atau jasmani belaka. Jagalah kesucian dan kebersihan hati, jiwa, akal budi maupun tubuh anda, dan hendaknya jangan melakukan dosa atau kejahatan sekecil apapun. Kami berharap agar anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik dan dibina dalam hal hidup berbudi pekerti luhur atau bermoral, jauhkan sikap materialistis atau duniawi dari anak-anak anda.

“Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN.” (Mzm 33:2-6)


Rabu, 17 Oktober 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ