“Barangsiapa mempertahankan nyawanya ia akan kehilangan nyawanya” (Yes 7:1-9; Mzm 50:8-9,16bc-17.21.23; Mat 11:20-24)

"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar.Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya." (Mat 10:34-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Hari ini kiranya bagi kebanyakan murid atau pelajar dari TK sampai SMU merupakan hari pertama masuk sekolah untuk tahun ajaran 2012-2013. Setelah menikmati liburan pergantian tahun ajaran dan berkumpul dengan orangtua dan saudara-saudari, hari ini mulai meninggalkan keluarga untuk sementara waktu. Dan secara khusus kiranya merupakan pengalaman pertama bagi anak-anak yang memasuki Taman Kanak-Kanak. Panggilan sebagai murid atau pelajar harus meninggalkan orangtua dan sanak-saudara. Secara khusus bagi mereka yang belajar di sekolah berasrama, seperti Seminari, bagi pelajar atau seminaris baru merupakan perpisahan dengan orangtua yang mungkin mengejutkan atau mengagetkan. Itulah pengalaman-pengalaman manusiawi yang terjadi, namun sabda hari ini kiranya mengingatkan dan mengajak kita bahwa sebagai orang beriman hendaknya hidup dan bertindak dijiwai oleh iman, demikian pula siapapun yang terpanggil secara khusus, entah sebagai imam, bruder atau suster dan hemat saya juga sebagai suami-isteri diharapkan hidup dan bertindak sesuai dengan charisma atau janji yang telah diikrarkan. Dengan kata lain kita semua diingatkan dan diajak untuk hidup dan bertindak tidak mengikuti selera atau keinginan pribadi, melainkan mengikuti kehendaik dan perintah Tuhan, yang antara lain dapat kita temukan dalam aneka tata tertib hidup dan bekerja bersama. Tak henti-hentinya atau tak jemu-jemunya saya mengingatkan bahwa kita harus taat dan setia melaksanakan tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, karena hal ini sungguh merupakan sesuatu yang penting dan mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini.

· Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!” (Yes 1:16-17), demikian peringatan dan ajakan Tuhan melalui nabi Yesaya. Berhenti melakuikan apa yang jahat dan kemudian senantiasa melakukan apa yang baik, itulah kiranya yang baik kita hayati dan laksanakan bagi kita semua. Salah satu perbuatan baik yang dianjurkan adalah mengusahakan keadilan. Keadilan yang paling mendasar hemat saya adalah hormat dan menjunjung tinggi harkat martabat atau hak azasi manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Maka hendaknya dijauhkan dan diberantas aneka bentuk pelecehan terhadap harkat martabat manusia. Dan memang dalam kehidupan sehari-hari sering para yatim piatu maupun para janda diperlakukan tidak adil, lebih-lebih para janda dengan mudah dituduh berselingkuh dengan atau menjual diri kepada laki-laki ‘hidug belang’. Para janda pada umumnya, lebih-lebih janda muda dan cantik, memang dengan mudah menjadi incaran laki-laki yang haus akan seks. Kita diingatkan untuk memperjuangkan perkara janda-janda, dan memang perkara yang sering muncul adalah menjadi bahan ngrasani atau ngrumpi, maka baiklah salah satu cara memperjuangkan kepentingan mereka adalah tidak ngrasani atau ngrumpi perihal janda yang bersangkutan. Doakanlah agar mereka setia pada kejandaannya, dan sekiranya berkehendak untuk menikah kembali, hendaknya dilakukan secara baik-baik. Tak ketinggalan pula marilah kita perhatikan para yatim piatu di lingkungan hidup kita.

Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu” (Mzm 50:8-9)



Senin, 16 Juli 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ