HOMILI: Hari Minggu Biasa XV (Am 7:12-15; Mzm 85:9ab-14; Ef 1:3-14 (Ef 1:3-10); Mrk 6:7-13)

“Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat”

“Uskup diosesan, dengan mengingat bahwa ia terikat kewajiban memberi teladan kesucian dalam kasih, kerendahan hati dan kesederhanaan hidup, hendaknya dengan segala upaya mengusahakan pengembangan kesucian kaum beriman kristiani menurut panggilan khas masing-masing dan karena ia adalah pembagi utama misteri-misteri Allah, maka hendaknya ia senantiasa berusaha agar orang-orang beriman kristiani yang dipercayakan kepada reksanya dengan perayaan-perayaan sakramen tumbuh dalam rahmat, dan agar mereka mengenal dan menghayati misteri paskah” (KHK kan 387), demikian tugas uskup, gembala umat Allah, penerus tugas para rasul, yang telan dipanggil dan dipilih sccara khusus. Tugas dan panggilan ini sungguh berat dan mulia, maka mereka “Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat”, dengan kata lain dianugerahi Roh Kudus secara khusus, kepenuhan Roh Kudus ada dalam diri para uskup. Maka dalam rangka melaksanakan tugas panggilan para uskup berkoligialitas dengan rekan-rekan uskup lainnya, serta harus dibantu oleh staf keuskupan maupun para imam di wilayah keuskupannya.

“Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat” (Mrk 6:7).

Roh-roh jahat terus-menerus bekerja dan merayu atau menggoda manusia untuk mengikuti dan melaksanakan bisikan atau pengaruhnya guna melakukan kejahatan dalam aneka bentuk dan cara. Sebagaimana kita lihat dan ketahui sampai kini aneka macam dan cara perilaku jahat masih marak disana-sini dalam hidup bersama, hidup beragama, bemasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Menghadapi dan memberantas begitu banyak kejahatan sendirian saja memang sungguh berat dan mungkin tak dapat kita lakukan, maka marilah kita lakukan bersama-sama. Kami percaya orang baik di bumi ini lebih banyak daripada orang jahat, dan memang karena orang-orang jahat begitu vokal dan gencar melakukan kejahatan maka kelihatan lebih menakutkan.

Kami berharap kepada kita semua yang berkehendak baik untuk bersama-sama mewujudkan kehendak baik kita: bekerjasama menghadapi dan memberantas aneka macam kejahatan di lingkungan hidup dan kerja kita. Kita imani bahwa roh baik alias Roh Kudus pasti menang atas roh jahat atau setan, maka marilah kita hayati anugerah Roh Kudus yang telah kita terima. Hidup dan bekerja dalam Roh Kudus berarti tidak hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri yang lemah dan rapuh ini, melainkan mengandalkan rahmat dan kekuatan Allah, yang berarti memang hidup suci. Hidup suci berarti membaktikan diri seutuhnya kepada Allah dan dengan demikian senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, dengan kata lain memiliki kecerdasan spiritual.

Ciri khas kecerdasan spiritual adalah: “mampu bersikap fleksibel, memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi, mampu untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, mampu menghadapi dan melampaui rasa sakit, memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, enggan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, cenderung untuk melihat keterikatan antara berbagai hal, cenderung untuk bertanya ‘mengapa’ atau ‘bagaimana jika’ dan memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi” (lihat: Danah Zohar dan Ian Marshall: SQ, Kecerdasan Spiritual, Penerbit Mizan, Bandung 2000, hal 14). Jika kita memiliki cirikhas kecerdasan spiritual di atas ini maka kita akan mampu mengatasi dan mengalahkan aneka bentuk kejahatan, buah karya roh jahat atau setan. Maka marilah kita berusaha bersama-sama memiliki kecerdasan spiritual alias senantiasa membina dan mengembangkan diri untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral atau berbudi pekerti luhur. Kami berharap sekali lagi kepada para orangtua maupun para guru/pendidik di sekolah-sekolah untuk lebih mengutamakan agar anak-anak/peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas secara spiritual daripada cerdas secara intelektual.

“Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi” (Ef 1:9-10)

Yesus Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan seluruh dunia antara lain dengan mengusahakan persatuan atau persaudaraan sejati di antara umat manusia dan manusia dengan Allah yang telah menciptakannya. Maka dengan ini kami berharap kepada siapapun yang beriman kepada Yesus Kristus, baik secara formal maupun informal, untuk senantiasa mengusahakan persatuan atau persaudaraan sejati. Tentu saja kami berharap secara khusus kepada rekan-rekan imam atau pastor sebagai pembantu para uskup untuk menjadi teladan persatuan atau persaudaraan sejati serta membina umat hidup dalam persatuan ataua persaudaraan.

Salah satu cara untuk mengusahakan dan menghayati persatuan atau persaudaraan sejati adalah menghayati apa yang sama antar kita secara mendalam dan handal. Jika kita dapat menghayati apa yang sama antar kita dengan mendalam dan handal, maka apa yang berbeda antar kita akan fungsional memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau persatuan. Yang sama antar kita antara lain: sama-sama sebagai manusia ciptaan Allah, sama-sama warga negara, sama-sama mendambakan hidup bahagia dan damai sejahtera, sama-sama beriman dst..

Tentu saja kami juga berharap kepada para suami-isteri yang telah bersaudara secara mendalam dan akurat, meskipun berbeda satu sama lain, saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh: pernah atau mungkin telah berkali-kali melakukan persetubuhan sebagai wujud pesatuan yang nikmat dan membahagiakan, untuk menjadi teladan persaudaraan atau persatuan. Binalah dan dididiklah anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah bagi anda berdua dalam hal persatuan atau persaudaraan. Kami percaya jika anak-anak memiliki pengalaman mendalam dan handal dalam hidup bersaudara, maka kelak ketika mereka tumbuh berkembang menjadi dewasa pasti akan menjadi tokoh dan pewarta persaudaraan atau persatuan sejati. Semoga para suami-isteri sungguh setia sampai mati dalam saling mengasihi, dan tak tergoda untuk berselingkuh dan kemudian bercerai. Ingat akan pepatah “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.

“TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel” (Am 7:15), demikian kesadaran dan penghayatan nabi Amos perihal panggilan dan tugas pengutusannya sebagai nabi. Panggilan Tuhan pada umumnya meneguhkan dan memperdalam bakat atau keterampilan alami yang telah dianugerahkan Tuhan, sesuai dengan lingkungan hidupnya. Amos yang biasanya menggiring kambing domba dipanggil untuk menggiring umat Allah. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal bakat dan keterampilan alami atau manusiawi yang telah dimiliki dan kemudian ditingkatkan dalam pelayanan bagi atau hidup bersama dengan orang lain dimana pun dan kapan pun. Para gembala umat kami harapkan dengan rendah hati dan bekerja keras menggiring umat untuk bersatu dengan Allah maupun sesamanya.

“Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan? Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan” (Mzm 85:9-14)

Minggu, 15 Juli 2012



Romo Ignatius Sumarya, SJ