“Hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Hos 14:2-10; Mzm 51:8-9; Mat 10:16-23)


"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu. Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.” (Mat 10:16-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Setia pada hidup baik, panggilan dan tugas pengutusan pada masa kini sarat dengan tantangan, hambatan dan masalah serta godaan dan rayuan, yang membuat kita lengah dan tidak setia. Godaan dan rayuan halus dan mulus menggejala dalam aneka tawaran kenikmatan-kenikmatan, yang terkait dengan makanan, minuman dan seks. Maka pesan Yesus agar kita cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati hendaknya kita hayati benar dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita kapan pun dan dimana pun. Cerdik terkait dengan otak atau pikiran, sedangkan tulus alias suci terkait dengan hati dan jiwa. Agar pikiran kita sungguh cerdik maka hemat saya kita perlu banyak belajar dari berbagai buku maupun informasi yang ada di sekitar kita, sehingga kita kaya akan ilmu dan pengetahuan. Sedangkan untuk mengusahakan agar menjadi orang yang tulus dan suci perlu setiap hari melakukan latihan rohani atau olah kebatinan, entah dengan membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, berdoa (bermeditasi atau komtemplasi) maupun pemeriksaan batin. Pemeriksaan batin hendaknya dilaksanakan setiap hari agar kita terampil dalam pembedaan roh atau spiritual discernment. Terampil dalam pembedaan pada masa kini sungguh penting, agar dapat membedakan mana yang baik dan buruk dan akhirnya memilih dan melakukan apa yang baik. Jika kita terampil dalam pembedaan roh kami percaya kita akan mudah menanggapi aneka tantangan, masalah maupun hambatan. Pembedaan roh atau pemeriksaan batin merupakan bagian dari doa malam, doa harian, maka hendaknya dilakukan dengan baik dan benar setiap hari.

· “Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan TUHAN adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ.” (Hos 14:10). Kutipan dari kitab Nabi Hosea ini merupakan ajakan atau peringatan bagat kita semua agar kita menjadi orang-orang yang bijaksana. Memang untuk bijaksana kita harus senantiasa menelusuri ‘jalan-jalan Tuhan’. Jalan-jalan Tuhan antara lain dapat kita temukan di dalam Kitab Suci serta aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Jika tidak memiliki Kitab Suci baiklah kita ikuti dan laksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas kita masing-masing. Cermin apakah kita sungguh mentaati dan melaksanakan tata tertib kiranya dapat dilihat dan dicermati apa yang terjadi di jalanan. Sering dapat kita lihat dan baca di pinggir jalan suatu peringatan “Tertib di jalan tertib dalam kehidupan, tertib di jalan adalah cermin hidup berbangsa”. Dengan kata lain marilah kita tingkatkan dan perdalam penghayatan keutamaan disiplin. “Berdisiplin adalah kesadaran akan sikap dan perilaku yang sudah tertanam dalam diri sesuai dengan tata tertib yang berlaku dalam suatu keteraturan secara berkesinambungan yang diarahkan pada suatu tujuan atau sasaran yang sudah ditentukan” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997 hal 10). Kami berharap berdisiplin ini sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan dalam diri anak-anak di dalam keluarga, dan kemudian diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah. Semoga hidup doa baik di dalam keluarga-keluarga maupun sekolah-sekolah juga mendapat perhatian yang memadai.

“Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!” (Mzm 51:8-9)


Jumat, 13 Juli 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ