“Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu” (1Raj 21:1-16; Mzm 5:2-3.5-6; Mat 5:38-42)

Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu” (Mat 5:38-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Setiap hari kiranya kita sering menerima perlakuan yang tidak baik dari saudara-saudari kita atau kita sering dikecewakan oleh saudara-saudari kita, dan ada kemungkinan kita kemudian menjadi marah atau membenci mereka. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak marah terhadap atau melawan mereka yang telah berbuat jahat terhadap kita atau mempersulit hidup dan kerja kita. Kita diajak dan dipanggil untuk bermurah hati kepada siapapun tanpa pandang bulu atau SARA. Ingatlah dan hayati bahwa kita telah menerima kemurahan hati Allah melalui sekian banyak orang yang telah mengasihi dan memperhatikan kita melalui aneka cara dan bentuk, dengan kata lain kita sungguh kaya akan kemurahan hati, maka untuk bermurah hati tinggal membutuhkan kerelaan kita untuk meneruskan apa yang telah kita terima dan miliki secara melimpah ruah. Memang kemurahan hati akan semakin nampak nyata dan jelas ketika diberikan kepada mereka yang telah berbuat jahat kepada kita atau mempersulit hidup dan kerja kita. “Ketika menghadapi orang yang sedang emosi, kita butuh kesabaran, lebih-lebih saat kita sendiri tersinggung dan marah, kita perlu kesabaran. Kesabaran adalah mutirara kehidupan”, demikian salah satu motto Bapak Andrie Wongso, promotor Indonesia. Sabar dan murah hati bagaikan mata uang bermuka dua, tak dapat dipisahkan. Marilah kita saling bermurah hati dan sabar satu sama lain, agar hidup dan kerja bersama sungguh enak dan nikmat, membahagiakan dan menyelamatkan serta mempesona dan memikat banyak orang.

· Segera sesudah Izebel mendengar, bahwa Nabot sudah dilempari sampai mati, berkatalah Izebel kepada Ahab: "Bangunlah, ambillah kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, menjadi milikmu, karena Nabot yang menolak memberikannya kepadamu dengan bayaran uang, sudah tidak hidup lagi; ia sudah mati” (1Raj 21:15). Kutipan ini merupakan berita perihal keserakahan seorang penguasa yang gila akan harta benda atau uang. Kisah kebun Nabot ini kiranya mengingatkan kita semua akan almarhumah dan almarhum, ibu Tien Suharta dengan suaminya Presiden Suharta, dimana Ibu Tien senantiasa dengan hati licik dan pikiran jahat membisiki Presiden Suharta untuk merampas tanah rakyat, misalnya di Tapos, Bogor, Jawa Barat. Kami harapkan para penguasa atau pemimpin negeri ini beserta isteri atau suaminya tidak meniru Izebel maupun Ahab, merampas hak rakyat seenaknya. Hendaknya para pemimpin dan penguasa sungguh berpihak pada rakyat, memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan umum, bukan diri sendiri maupun keluarga atau kelompoknya. Anda semua menerima gaji atau imbal jasa dari pajak, yang tidak lain adalah dari rakyat, maka jangan merampas hak rakyat melainkan melayani dan membahagiakannya. Para suami yang memiliki kuasa atau jabatan penting dan stategis dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kami harapkan tidak mudah takluk pada isterinya yang serakah, sebaliknya para isteri pejabat atau pemimpin kami harapkan tidak memanfaatkan kesempatan suaminya yang sedang berkuasa guna memenuhi nafsu serakah dan jiwa materialistisnya. Tanah adalah rahmat atau anugerah Allah, maka hendaknya dikelola dan disikapi sesuai dengan kehendak Allah, memang harga tanah seperti di kota metropolitan Jakarta sungguh menggiurkan, dan orang-orang serakah serta materialistis dengan liciknya merampas tanah rakyat, dan akhirnya rakyat menderita sengsara.

“Berilah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku. Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada-Mulah aku berdoa. Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu. Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan.”

(Mzm 5:2-3.5-6)

Senin, 18 Juni 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ