“Tinggallah di dalam kasih-Ku itu” (Kis 15:7-21; Mzm 96:1-3; Yoh 15:9-11)

"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (Yoh 15:9-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Perintah yang paling utama dari Tuhan adalah saling mengasihi, yang berarti siap sedia untuk mengasihi maupun dikasihi. Hemat saya pengalaman yang paling membekas dalam diri kita ialah dikasihi daripada mengasihi, maka hendaknya pengalaman dikasihi ini terus menerus diperdalam dan diperkembangkan. Bukankah setelah dilahirkan dari rahim ibu kita terus menerus dikasihi sehingga dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini, sehingga kita senantiasa senang dan rindu tinggal bersama orangtua kita masing-masing, karena memang mereka lah yang kita hayati sebagai yang lebih banyak mengasihi daripada orang lain. Namun jika sebagai orang beriman kita mawas diri dengan jujur dan benar kiranya kita akan mengakui dan menyadari, serta tentu saja juga kami harapkan menghayati, bahwa Tuhan lah yang paling banyak telah mengasihi dan memperhatikan kita. Di mana pun kita berada atau kemana pun kita pergi Tuhan senantiasa mendampingi atau menyertai, antara lain melalui malaikat pelindung. Sebagaimana karena kasih orangtua kita senang tinggal bersama orangtua, maka karena Tuhan mahasegalanya dan kasih-Nya yang luar biasa kepada kita, mau tidak mau kita senantiasa tinggal di dalam kasih-Nya. Tinggal di dalam kasih-Nya berarti melaksanakan kehendak atau perintah-Nya, senantiasa hidup dan bertindak dengan saling mengasihi. Jika kita senantiasa hidup saling mengasihi maka sukacita kita akan menjadi penuh, kita tidak akan pernah sedih, frustrasi atau menderita.

· Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah, tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah” (Kis 15:19-20), demikian usul atau pendapat Paulus dan Barnabas dalam menanggapi perkembangan jumlah umat yang menimbulkan pertanyaan atau masalah. “Kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah”, inilah yang hendaknya kita tanggapi dan laksanakan. Jangan mengahalang-halangi atau mempersulit orang untuk berbuat baik, itulah yang harus kita hayati. Saya sungguh merasa prihatin bahwa izin untuk mendirikan rumah ibadat (kapel, gereja) lebih sulit daripada izin membangun losmen/ tempat penginapan, hotel, dst…, padahal rumah ibadat merupakan sarana untuk membantu orang semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, sementara itu telah menjadi rahasia umum bahwa tempat-tempat penginapan saat ini sering disalahgunakan untuk perbuatan maksiat atau pelacuran. Maka dengan ini kami berharap kepada para pejabat atau kepala daerah untuk tidak mempersulit izin pendirian atau pembangunan rumah ibadat. Demikian juga hendaknya tidak dilarang penggunaan rumah atau tempat tinggal untuk kegiatan ibadat atau doa bersama. Hidup beragama merupakan hak asasi manusia, maka para pejabat pemerintah tidak mungkin mempersulit kehidupan umat beragama, dan jika mempersulit berarti mereka tidak beriman. Dan tentu saja tidak hanya para pejabat, melainkan kita semua demikian juga, yaitu jika mempersulit penghayatan hidup beragama orang lain berarti tidak beriman atau tidak ber-Tuhan. Marilah kita bangun, kembangkan dan perdalam kehidupan bersama antar umat beragama, dan hendaknya jangan mudah tergoda oleh jabatan atau uang untuk mengacau kehidupan umat beragama.

Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa.” (Mzm 96:1-3)



Kamis, 10 Mei 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ