Tinggallah dalam kasih Kristus

Bayi dan anak kecil merasa aman ketika berada di dekat orangtuanya, apalagi dalam gendhongan, pelukan, atau pangkuannya. Mereka bisa dengan cepat tertidur pulas tanpa khawatir akan apa pun. Mereka betah berlama-lama dalam gendongan. Kalau dilepas dari gendhongan orangtuanya, mereka menangis. Mereka tidak mau berpisah dari orangtuanya karena percaya bahwa mereka sangat dikasihi sehingga mereka merasa aman dan nyaman tinggal dalam kasih orangtua.

Demikian pulalah hendaknya antara kita dengan Tuhan. Allah adalah kasih (1Yoh 4:8). "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:16). Sebagai jawaban atas kasih Allah yang telah mengaruniakan Putera-Nya, Yesus Kristus, kita pun hendaknya mengasihi Dia dan tinggal di dalam kasih-Nya. "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal dalam kasih-Ku. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yoh 15:10a.12). Jadi, untuk tinggal dalam kasih Tuhan, kita harus hidup saling mengasihi.

Agar kita mendapatkan daya dan kekuatan untuk saling mengasihi, kita harus merasa dikasihi Tuhan dan selalu menimba energi kasih-Nya melalui Ekaristi. Sebab, Ekaristi adalah sakramen cinta kasih, "karunia pemberian diri Yesus Kristus, yang mengungkapkan kepada kita kasih Allah yang tak terbatas kepada setiap orang, laki-laki dan perempuan" (S.Car. 1). Oleh karena itu, panggilan tinggal dalam kasih Kristus, berarti panggilan untuk semakin mencintai Ekaristi dan bertekun merayakannya supaya kita mendapatkan daya dan kekuatan untuk saling mengasihi satu sama lain.


SUMBER: Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi KAS 2012 hari 13