HOMILI: Hari Raya Kenaikan Tuhan (Kis 1:1-11; Mzm 47:2-3.6-9; Ef 4:1-13 ; Mrk 16:15-20)


“ Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”

Kata-kata atau pesan terakhir dari seseorang yang akan meninggalkan kita untuk selama-lamanya, misalnya meninggal dunia, atau mungkin untuk bepergian cukup lama, pada umumnya mengesan dalam hati kita serta mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita. Pesan atau kata-kata terakhir dari orangtua yang akan meninggal dunia, yang berarti orang yang telah mengasihi secara khusus kepada kita, tentu saja akan lebih mengesan. Hari ini, dalam rangka mengenangkan Kenaikan Tuhan, kepada kita diwartakan bahwa setelah memberi pesan kepada para rasul Yesus langsung terangkat ke sorga, maka pesan Yesus tersebut sungguh meresap dan mengesan dalam hati para rasul maupun mereka yang menerima pewartaan para rasul, sehingga mereka semakin percaya kepada Tuhan, semakin beriman. Marilah kita refleksikan sabda Yesus sebelum terangkat ke sorga.

"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."(Mrk 16:16-18)

Sebagai orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus, entah secara formal maupun informal, dipanggil untuk ‘memberitakan Injil kepada segala makhluk’. Yang dimaksudkan dengan Injil adalah Warta Gembira alias apa-apa yang menggembirakan dan menyelamatkan, terutama keselamatan dan kegembiraan jiwa. Jika kita sungguh percaya kepada Tuhan, maka kita akan mampu “mengusir setan, berbicara dalam bahasa Roh, tahan terhadap aneka racun, menyembukan orang sakit”. Mengusir setan antara lain dapat kita hayati dengan memberantas aneka bentuk kejahatan, misalnya yang masih marak di negeri kita ini adalah korupi, maka marilah kita berantas korupsi sampai ke akar-akarnya (di sekolah-sekolah hendaknya diberlakukan ‘dilarang menyontek dalam ujian atau ulangan’). Berbicara dalam bahasa Roh berarti cara hidup dan cara bertindaknya dijiwai oleh keutamaan-keutaman seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23). Sedangkan menyembuhkan orang sakit kiranya dapat kita wujudkan dengan berbelas kasih kepada yang sakit hati atau mengunjungi mereka yang sakit fisik, yang sedang terbaring di rumah sakit maupun di rumah.

Kepada mereka yang kurang beriman atau tidak percaya kepada Tuhan, kami harapkan untuk bertobat, jika tidak mau terhukum. Sebenarnya orang yang kurang beriman atau tidak percaya kepada Tuhan alias suka berbuat jahat pada dirinya sendiri telah terhuku, karena mereka pasti berusaha untuk hidup menyendiri secara sembunyi-sembunyi dan dengan demikian menjauhkan diri dari sesamanya. Mereka yang kurang atau tidak percaya kepada Tuhan pada umumnya juga kurang atau tidak percaya kepada sesamanya dan senantiasa curiga terhadap sesamanya maupun merasa terancam terus-menerus. Maka marilah kita ingatkan dengan rendah hati saudara-saudari kita yang kurang atau tidak percaya kepada Tuhan

Setiap hari kita bepergian, maka dimana pun berada atau kemana pun pergi kami harapkan tetap bergembira dan ceria, agar dapat menjadi pewarta-pewarta kabar gembira. Marilah kita tiru kegembiraan orang sinthing atau gila, bukan berarti gila atau sakit jiwa, melainkan bergembira dan ceria karena Tuhan senantiasa menyertai dan mendanpingi, sebagai orang yang beriman atau percaya kepada-Nya. Orang yang senantiasa bergembira dan ceria pasti akan menarik, memikat dan mempesona bagi siapapun, sehingga mereka tergerak untuk mendekat dan bersahabat dengan kita orang beriman dan kemudian juga bersahabat dan bersatu dengan Tuhan alias senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur.

Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus(Ef 4:10-14)

Mereka yang terpanggil menjadi ‘nabi, pemberita Injil, gembala, pengajar’ kami harapkan menghayati fungsi atau melaksanakan tugas pengutusannya dengan semangat pelayanan, melayani bukan dilayani, meneladan Yesus yang datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani. Fungsi nabi, pemberita Injil, gembala beserta para pembantunya maupun pengajar adalah untuk membangun dan memperkembangkan tubuh Kristus alias Gereja, paguyuban umat beriman, maka cara hidup dan cara bertindaknya diharapkan baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, sehingga dapat membangun dan bukan merusak.

Apa yang disebut membangun pada umumnya membuat lebih baik atau lebih besar, sesuai dengan tuntutan atau perkembangan zaman. Sungguh menyayangkan dan memprihatinkan adanya aneka pelanggaran atau ketidak-setiaan para pembangun, misalnya berselingkuh atau bermusuhan. Perselingkuhan pada masa kini masih marak, entah dilakukan oleh para suami-isteri maupun mereka yang terpanggil menjadi imam, bruder atau suster. Memang ketika para tokoh atau pemuka berselingkuh akan lebih mudah ketahuan dan menjadi buah bibir bagi banyak orang; secara khusus jika mereka yang berselingkuh berkarya di pendidikan yang berasrama pasti menjadi batu sandungan bagi segenap penghuni asrama. (catatan: ada pastor yang berselingkuh sering merasa enak saja).

Sebagai orang yang terpilih dalam pembangunan umat Allah atau umat beriman diharapkan hidup baik, suci dan berbudi pekerti luhur. Hidup baik, suci dan berbudi pekerti luhur di Indonesia masa kini rasanya sungguh sulit dan berat, mengingat dan memperhatikan para tokoh bangsa, politk dan pemerintahan korupsi tak kunjung henti. Yang sangat memprihatikan adalah bahwa ujian nasional tingkat sekolah menengah dijaga atau diawasi dengan ketat oleh polisi (bukankah hal ini dapat menjadi cermin bahwa di sekolah-sekolah yang diharapkan membina manusia menjadi baik, suci dan berbudi pekerti luhur telah berubah menjadi kaderisasi kejahatan seperti korupsi karena kebiasaan menyontek dibiarkan jalan terus). Memang membenahi hal ini kiranya perlu dimulai dari dasarnya yaitu keluarga. Kami berharap para orangtua sungguh memberi perhatian yang memadai dalam pendidikan anak-anaknya sehingga tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas beriman.

Allah telah naik dengan diiringi sorak-sorai, ya TUHAN itu, dengan diiringi bunyi sangkakala. Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah! Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran! Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa, Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus

(Mzm 47:6-9)

Kamis, 17 Mei 2012



Romo Ignatius Sumarya, SJ