Ekaristi dan Sakramen Baptis

Dalam rapat Dewan Paroki Santo Yuvensius Glagahtinulu, terjadi perdebatan sengit antara dua pendapat, baptisan itu sebaiknya di dalam misa atau di luar misa. Kalau di dalam misa, nanti kelamaan misanya, padahal umat dan romo keburu ke pasar, ke tempat belanja, atau ke pusat keramaian kota. Kalau di luar misa, nanti yang hadir cuma keluarga, kurang meriah. Pastor paroki bingung menghadapi dua kubu ini, kemudian asam lambungnya kumat dan ngaso di rumah sakit.

Sebenarnya romo tidak perlu ngaso di rumah sakit karena alasan itu, kalau memahami gagasan Paus Benediktus dalam Sacramentum Caritatis art 17 bahwa Ekaristi itu sungguh sumber dan puncak kehidupan serta perutusan Gereja. artinya semua perayaan keenam sakramen selalu terarah dan mengalir dari Ekaristi. Kita mengenal sakramen-sakramen inisiasi yang meliputi sakramen baptis, krisma atau penguatan dan ekaristi yang pertama. Ekaristi yang pertama berarti saat seseorang yang telah dibaptis itu mengikuti perayaan Ekaristi secara utuh dan penuh yang tandanya: menyambut komuni. nah, saat anak-anak menerima komuni pertama itulah, mereka merayakan Ekaristi sebagai bagian dari sakramen inisiasi. lalu misa-misa selanjutnya tidak lagi termasuk sakramen inisiasi. Gereja juga mengajarkan bahwa perayaan sakramen baptis dan krisma yang ideal mesti dilaksanakan dalam rangka Misa kudus juga, kecuali tentu saja untuk baptisan (dan krisma) darurat.

Benarkah bahwa baptisan dalam Misa kudus akan memakan waktu lama? Poinnya tentu bukan soal lama atau singkatnya. saat merayakan baptisan, kita sedang menerima anggota atau warga baru. layaklah kita merayakannya dengan penuh kelonggaran hati dan waktu serta rasa sukacita dan semangat welcome. selain itu, bila tata liturginya dipersiapkan sungguh, sebenarnya perayaan-perayaan liturgi dapa mengalir lancar dan tidak memakan waktu lama.


SUMBER: Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi KAS 2012 hari 5.