“Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya” (Kis 5:27-33; Mzm 34:17-20; Yoh 3:31-36)

“ Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yoh 3;31-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Yesus adalah Allah yang menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa, Ia telah datang dari sorga dan turun ke dunia untuk menyelamatkan dunia seisinya. Dalam cara hidup dan cara bertindak-Nya Ia senantiasa “memberi kesaksian tentang apa yang dilihatNya dan apa yang didengar-Nya” , yang tidak lain adalah kebenaran sejati. Maka siapapun yang percaya kepadaNya mengakui bahwa Allah adalah benar serta menerima anugerah Roh dengan tak terbatas, serta kemudian meneladan Yesus dengan memberi kesaksian tentang apa yang dilihat dan didengarnya. Karena menerima anugerah Roh dan dengan demikian hidup dan bertindak dalam dan oleh Roh, maka yang dilihat dan didengarkan tidak lain adalah apa-apa yang membahagiakan dan menyelamatkan, terutama kebahagiaan dan keselamatan jiwa. Kebahagiaan atau keselamatan jiwa merupakan dambaan, harapan, cita-cita yang utama dan pertama-tama serta mengatasi aneka dambaan, harapan dan cita-cita lainnya. Dengan kata lain cara hidup dan cara bertindak orang yang hidup dari dan oleh Roh bercirikhas spiritual, tidak hanya social atau phisik. Ia senantiasa hidup dan bertindak dalam dan oleh cintakasih dimana pun dan kapan pun, menyadari dan menghayati diri sebagai cintakasih atau angerah Allah, yang kemudian menyalurkan cintakasih atau anugerah Allah kepada siapapun dan dimanapun. Cara hidup dan cara bertindak orang yang hidup dari dan oleh Roh juga memotivasi orang lain untuk menyadari dan menghayati diri sebagai cintakasih atau anugerah Allah, serta kemudian senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah.

· "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.” (Kis 5:29-32), demikian jawaban Petrus dan para rasul kepada Imam Besar di dalam Mahkamah Agama. “Harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia”, inilah yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Kita semua berasal dari Allah dan pada waktunya diharapkan kembali kepada Allah, maka selayaknya jika kita lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Di dalam hidup kita bersama kita memiliki aneka tata tertib atau aturan yang harus kita hayati atau laksanakan. Hemat saya semua tata tertib atau aturan dibuat dan diundangkan atau diberlakukan atas dasar dan demi cintakasih, maka hendaknya semua tata tertib atau aturan disikapi dalam dan oleh cintakasih. Jika kita menyikapi aneka tata tertib atau aturan dengan dan dalam cintakasih, maka jika ada hal yang tidak sesuai dengan kehendak Allah segera diluruskan atau dibetulkan, sedangkan yang sesuai dengan kehendak Allah segera dilaksanakan. Semua keputusan atau kebijakan yang tidak menyelamatkan jiwa manusia berarti berlawanan dengan kehendak Allah; taat kepada Allah berarti senantiasa membuat keputusan atau kebijakan yang menyelamatkan jiwa manusia, entah jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain yang kena dampak keputusan atau kebijakan kita. Dalam iman kita imani bahwa semua pemimpin adalah wakil Allah di dunia ini, maka siapapun yang menjadi pemimpin dalam kehidupan bersama dalam bentuk dan tingkat apapun kami harapkan senantiasa membuat keputusan atau kebijakan yang sesuai dengan kehendak Allah, antara demi kesejahteraan umum/bersama, bukan demi keuntungan atau kenikmatan pribadi, sebagaimana telah dihayati para tokoh politik masa kini. Kebanyakan para tokoh politik masa kini hanya berusaha untuk memperkaya diri dengan melakukan aneka bentuk korupsi.

Wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu” (Mzm 34:17-20)

Kamis, 19 April 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ