“Ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Kis 5:17-26; Mzm 34:2-9; Yoh 3:16-21)

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah(Yoh 3:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Yesus adalah Penyelamat Dunia, yang diutus ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkan dunia. Ia datang ke dalam dunia sebagai ‘terang’ yang menerangi seluruh dunia seisinya, bukan untuk membuat gelap dunia. Maka mereka yang suka berbuat jahat pasti akan membenciNya, sebaliknya mereka yang suka berbuat baik akan mengasihi-Nya. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk “datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah”. Dengan kata lain kita dipanggil untuk hidup dan bertindak dengan jujur dan terbuka, ‘terang-terangan’, tidak dengan sembunyi-sembunyi. Ingatlah juga jika anda suka melakukan apa yang jahat atau tak bermoral secara sembunyi-sembunyi pada suatu saat akan ketahuan juga, sebagaimana dikatakan oleh sebuah pepatah “Sepandai-pandai tupai meloncat akhirnya jatuh suka”. Tidak ada rahasia yang tak mungkin tersingkap atau terbuka, semua rahasia pasti dapat disingkapkan atau dibuka. Hidup dan bertindak dalam ‘terang’ antara lain berarti ketika bepergian memberitahu kepada rekan-rekan atau anggota keluarga/komunitas ke mana pergi dan kapan akan kembali, dan hendaknya apa yang telah dikatakan atau diberitahukan juga dilaksanakan dengan setia. Alangkah indahnya juga jika kemudian menceriterakan kepada rekan-rekan atau anggota komunitas/ keluarga aneka pengalaman yang terjadi selama bepergian, sebaliknya mereka yang ditinggalkan hendaknya juga terbuka atas apa yang terjadi. Anak-anak hendaknya sedini mungkin dididik dan dibiasakan dalam hal kejujuran dan keterus-terangan ini di dalam keluarga, serta diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah, dengan teladan para orangtua maupun guru/pendidik.


· "Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di dalam Bait Allah dan mereka mengajar orang banyak." Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari mereka” (Kis 5:25-26). Mukjizat telah terjadi yaitu Petrus dan Yohanes yang berada di dalam penjara dibebaskan oleh malaikat Allah, tanpa diketahui oleh para penjaga penjara. Maka ketika mereka melihat Petrus dan Yohanes berdiri di Bait Allah sambil mewartakan Kabar Baik, mereka pun berusaha mengambil Petrus dan Yohanes untuk dikembalikan ke dalam penjara, namun tidak dengan kekerasan. Kiranya para tokoh Yahudi bersama dengan para pengikut mereka mulai percaya juga bahwa Allah hidup dan berkarya dalam diri para rasul. Mereka takut kepada orang banyak yang mulai percaya kepada pemberitaan Petrus dan Yohanes. Kisah ini kiranya dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua, yaitu bahwa kita tidak perlu takut dan gentar mewartakan Kabar Baik, senantiasa berbuat baik atau melakukan apa yang baik, meskipun untuk itu sering harus menghadapi para penguasa yang iri serta berusaha menyingkirkan atau menghabisi kita. Percayalah bahwa mereka yang berkehendak baik serta suka akan apa yang baik dan benar lebih banyak daripada mereka yang suka akan kejahatan, kebohongan dan kepalsuan. Sekejam-kejamnya atau sekeras-kerasnya orang dalam kata atau omongan, kiranya masih memiliki hati yang rindu akan kebaikan dan perdamaian, maka hadapilah mereka dengan rendah hati dan cintakasih, karena dengan demikian mereka pasti tidak akan berkata dan bertindak keras lagi. Malaikat Allah senantiasa mendampingi perjalanan penghayatan hidup dan panggilan kita, maka hendaknya tetap tegar dan tenang dalam menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan.

“Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.” (Mzm 34:2-5)


Rabu, 18 April 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ