HOMILI: Hari Raya Paskah (Kis 10; 34a.37-45; Mzm 118:1-2.16ab-17.22-23; Kol 3:1-4 atau 1Kor 5:6b-8; Pagi: Yoh 20:1-9; Sore: Luk 24:13-35))

“Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.”

Cintakasih memang merupakan keutamaan yang utama dari ketiga keutamaan: iman, harapan dan cintakasih. Kita, manusia di bumi ini, serta segala sesuatu yang ada di dunia atau dipermukaan bumi ini diciptakan Allah dalam cintakasih. Demikian pula kita dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini juga karena cintakasih Allah yang telah kita terima melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita melalui aneka cara dan kesempatan, Dalam warta gembira Paska hari ini adalah orang-orang yang merasa atau mengalami kasih lebih besar dari Allah yang dengan cepat mengimaninya, sebagaimana dikisahkan bahwa Yohanes ‘berlari lebih cepat dari pada Petrus’ dalam rangka menuju ke makam Yesus, setelah menerima berita dari para wanita. Memang Yesus yang telah bangkit dari mati sungguh membuat orang yang beriman kepada-Nya akan hidup dan bertindak dengan cepat dan bergairah dalam menanggapi aneka ajakan atau sapaan dan sentuhan. Maka marilah dalam rangka merayakan Pesta Paska kita mawas diri: sejauh mana kita sungguh beriman kepada Yesus yang telah menderita, wafat di kayu salib dan dibangkitkan dari mati.

Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.” (Yoh 20:8-9).

Berlari lebih cepat, serta kemudian juga sampai di tempat lebih cepat dan melihat lebih cepat, maka iapun juga percaya lebih cepat, itulah yang terjadi dalam murid yang terkasih, Yohanes. “Melihat dan percaya” memang merupakan salah satu cirikhas orang yang sungguh hidup dalam saling mengasihi dan beriman. Melihat dalam hal ini kiranya tidak cukup hanya dengan mata phisik saja, melainkan juga dengan mata hati dan mata jiwa. Bahasa Latin dari kata melihat adalah video (videre) yang memiliki beberapa arti, yaitu melihat, mengerti, mengetahui, mengalami, memandang, menelaah, meninjau, memeriksa, mempertimbangkan. Beberapa arti melihat macam itulah kiranya yang kami maksudkan dengan melihat dengan mata hati dan mata iman, dimana secara cepat dan tepat orang dapat menelaah dan mempertimbangkan apa yang dilihatnya serta kemudian dengan cepat dan tepat juga mengambil sikap atau kebijakan, antara lain percaya atau tidak percaya .

Kami percaya pada Malam Paska atau Hari Raya Paska ini telah melihat sesuatu yang indah, menarik dan mempesona selama berpartisipasi dalam ibadat, serta kami yakin atau percaya semuanya itu menggerakkan atau memotivasi anda untuk semakin percaya kepada Tuhan dan secara khusus percaya kepada Yesus yang telah dibangkitkan dari mati. Jika kita percaya kepada Yesus yang telah bangkit dari mati, maka kita senantiasa hidup baik, bersemangat atau bergairah dan dinamis, cara hidup dan cara bertindak kita menggairahkan dan membangkitkan mereka yang lesu atau putus asa. Dengan percaya kepada Yesus yang telah bangkit dari mati kita juga akan mampu memahami dan menghayati apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, karena kitab suci yang kita miliki saat ini merupakan refleksi iman atas Yesus yang menderita, wafat di kayu salib dan dibangkitkan dari mati.

Kami berharap setelah mawas diri sejak Rabu Abu sampai Hari Raya Paska ini kita semua sungguh menyadari dan menghayati diri sebagai orang yang terkasih dari Allah, sehingga dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari senantiasa bersemangat. “Bersemangat adalah sikap dan perilaku yang selalu dapat bertahan dan bergairah dalam melakukan sesuatu. Ini diwujudkan dalam perilaku yang menggebu-gebu dan bergelora. Perilaku ini diwujudkan dalam hubungannya dengan diri sendiri” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit.: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 13). Orang yang bergairah dan bergelora dalam kondisi dan situasi apapun pada umumnya menarik, mempesona dan memikat orang lain, lebih-lebih ketika menghadapi masalah, tantangan atau hambatan tetap bergairah dan bergelora. Orang yang selalu bergairah dan bergelora hemat juga memiliki ketahanan dan kekebalan diri, phisik maupun spiritual) yang handal, tak mudah jatuh sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit phisik. Selanjutnya marilah kita renungkan dan hayati ajakan atau peringatan Paulus dibawah ini.

“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan” (Kol 3:1-4).

Sebagai orang yang beriman kepada Yesus yang telah dibangkitkan dari mati kita diajak untuk senantiasa “memikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi”, dengan kata lain tidak bersikap mental materialistis sebagaimana dihayati oleh kebanyakan orang masa kini. Maklum sikap mental materialistis sejauh saya dengar dan cermati telah merasuki para tokoh umat beragama maupun pendidikan (ingat dan sadari bahwa korupsi terbesar di negeri kita ini terjadi dalam dua departemen yang membina manusia, yaitu departemen pendidikan dan departemen agama). Cukup memprihatinkan juga bahwa ada pastor, bruder atau suster yang berlomba dalam hal kesuksesan materi, entah itu secara pribadi atau orgaanisatoris, artinya dalam posisinya sebagai pemimpin atau pengelola karya. Harga dirinya terletak pada membeli dan memiliki, yang dikejar adalah kesuksesan bukan kesetiaan. Kita semua dipanggil untuk mengusahakan kesempurnaan dalam hal kesetiaaan. Menanggapi ajakan atau peringatan Paulus, yaitu memikirkan perkara yang di atas berarti kita diajak untuk unggul dalam hal kesetiaan pada penghayatan charisma, spiritualitas atau visi, entah secara pribadi atau bersama-sama.

Kita semua baru saja memperbaharui janji kita: janji baptis maupun janji imamat serta hidup berkaul, maka marilah kita bersama-sama mengusahakan kesetiaan pada janji yang baru saja kita perbaharui. Tentu pertama-tama dan terutama adalah janji baptis yang mendasari diri kita sebagai anggota Umat Allah. Jika janji baptis kita hayati dengan setia maka janji-janji berikutnya dengan mudah kita hayati, entah itu janji perkawinan, janji imamat, kaul, janji pegawai, sumpah jabatan dst.. Dalam pembaptisan kita berjanji hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan, maka marilah kita tolak dengan tegas segala rayuan atau godaan setan.

Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kis 10:44-46). Yesus yang telah bangkit dari mati berkarya melalui Roh-Nya, dan karya-Nya tidak terikat oleh ruang dan waktu, SARA, usia dst.. Percaya kepada Dia yang telah dibangkitkan dari mati berarti berpartisipasi dalam tugas pengutusan menyelamatkan dunia seisinya, umat manusia diseluruh dunia beserta lingkungan hidupnya. Untuk itu kita diharapkan “berbahasa Roh”, yaitu hidup dan bertindak dijiwai oleh keutamaan-keutamaan “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23). Marilah kita bekerjasama dan berlomba dalam penghayatan keutamaan-keutamaan tersebut di atas.

“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Biarlah Israel berkata: "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!"

(Mzm 118:1-2)

“SELAMAT PASKA 2012. MARILAH BERGAIRAH DALAM HIDUP DAN BERTINDAK DIMANA PUN DAN KAPAN PUN”


Minggu, 8 April 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ