HOMILI: Hari Minggu Paskah III (Kis 3:13-15.17-19; Mzm 4:2.4.7.9; 1Yoh 2:1-5a: Luk 24:35-48)



"Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?”
Anggota keluarga atau anak-anak yang baru saja ditinggal mati oleh orangtuanya, sehingga tidak punya orangtua lagi, pada umumnya pada hari-hari setelah kematian tersebut bercakap-cakap untuk membicarakan masalah warisan orangtua, entah itu yang bersifat phisik maupun spiritual. Secara phisik mungkin bercakap-cakap bagaimana membagi warisan kekayaan harta benda atau uang, sedangkan secara spiritual adalah saling mensharingkan pengalaman pribadinya perihal aneka nasehat, teladan, pengalaman dst..dari orangtua, yang begitu mengesan dalam hati serta mempengaruhi cara hidup dan cara bertindaknya. Dalam percakapan macam itu pasti ada pribadi-pribadi tertentu yang was-was, ragu-ragu atau dalam kekhawatiran. Namun jika suatu saat ingat akan nasehat atau petuah yang baik dari orangtuanya kiranya yang bersangkutan menjadi tenang, tidak ragu-ragu lagi. Begitulah kiranya yang terjadi di lingkungan para murid, yang sedang bercakap-cakap perihal segala sesuatu yang mereka dengar perihal penampakan Yesus yang telah bangkit dari mati, tiba-tiba Ia menampakkan Diri kepada mereka. Untuk mengobati keraguan mereka, maka Yesus pun minta makanan untuk dimakan, sehingga  mereka tahu dan mengimani apa yang dikisahkan dalam Kitab Suci, “Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci”.
Sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!” (Luk 24:36).
Jika kita sedang mengalami frustrasi atau ragu-ragu hendaknya kita bercakap-cakap atau bercurhat tentang segala sesuatu yang telah terjadi atau secara pribadi mengadakan refleksi. Awali percakapan atau refleksi anda dengan doa, agar dalam terang RohNya anda menerima pencerahan, penerangan atau penyingkapan hal baik yang membuat anda tidak ragu-ragu lagi, melainkan diteguhkan dan dikuatkan dalam menghadapi aneka masalah kehidupan, serta dalam memahami atau mengerti isi Kitab Suci. Kami percaya bahwa dalam hidup bersama maupun pribadi terdapat apa yang baik lebih banyak dari pada apa yang buruk atau jahat, maka pertama-tama dalam percakapan atau refleksi hendaknya dicari atau ditemukan apa-apa yang baik.
Di dalam percakapan bersama carilah pertama-tama kekuatan dan kesempatan atau peluang, baru kemudian kelemahan dan ancaman, demikian juga dalam refleksi atau mawas diri secara pribadi. Ada baiknya juga dalam percakapan bersama juga ada makan bersama apa adanya, tidak perlu mewah dan enak, namun sehat meskipun sederhana. Ia yang telah bangkit hadir dan berkarya dalam diri mereka yang berkehendak baik berupa kekuatan serta keberanian untuk mengaplikasikan kekuatannya menerobos aneka kesempatan atau peluang untuk berbuat baik, melakukan apa yang baik, benar dan menyelamatkan. Jika anda mampu melihat dan mengimani cukup banyak kekuatan dan peluang yang ada, maka ‘damai sejahtera’ akan menyertai anda, sehingga hati, jiwa, akal budi dan tubuh anda dalam keadaan segar, ceria dan gembira.
Kesegaran, keceriaan dan kegembiraan hati, jiwa, akal budi dan tubuh merupakan modal atau kekuatan luar biasa untuk mengerti dan memahami isi Kitab Suci maupun aneka dokumen penting dalam kehidupan bersama. Yesus yang telah wafat dan bangkit dari mati memang senantiasa menampakkan Diri kepada mereka yang percaya kepadaNya untuk menyampaikan damai sejahtera. Damai sejahtera merupakan dambaan dan kerinduan semua orang, dan kiranya damai  sejahtera hanya dapat diusahakan dengan sukses dalam kesegaran, keceriaan dan kegembiraan, sebagai penghayatan bahwa Yesus yang telah bangkit dari mati hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Beriman kepadaNya pasti senantiasa segar, ceria dan gembira kapan pun dan dimana pun. Kami berharap kepada para orangtua dapat menjadi teladan dalam kesegaran, keceriaan dan kegembiraan bagi anak-anaknya, karena Allah sungguh hidup dan berkarya dalam diri anda sebagai suami-isteri. Senantiasa ceria dan gembira juga tahan terhadap aneka serangan virus penyakit, sehingga tidak mudah jatuh sakit.

Inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah” (1Yoh 2:3-5a)
Kita semua berasal dari Allah dan diharapkan kembali kepada Allah ketika dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Kita akan kembali kepada Allah, hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga jika dalam perjalanan hidup dan tugas kita di dunia ini kita sungguh mengenal Allah, yang berarti senantiasa menuruti dan melaksanakan semua firman Allah dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Orang yang senantiasa menghayati firman Allah berarti ‘sungguh sudah sempurna kasih Allah’ dalam dirinya.
Mungkin bagi kita semua sulit untuk menjadi sempurna dalam kasih Allah, namun demikian hendaknya kita terus berusaha dengan keras, tekun dan rajin terus menerus. Pelatihan untuk tumbuh berkembang dalam kasih Allah antara lain dapat kita usahakan dengan saling mengenal antar kita dalam keluarga, tempat kerja, komunitas dst.., sehingga juga saling mengasihi. Maka pertama-tama marilah kita usahakan agar kita yang setiap hari hidup dan bekerja bersama sungguh saling mengenal satu sama lain. Ingat pepatah Jawa  “witing tresno, jalaran kulino” (= pohon atau awal kasih adalah kebiasaan bertemu), maka usahakan selalu hadir dalam pertemuan bersama di dalam keluarga, komunitas atau tempat kerja dst…
“Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu. Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan” (Kis 3:17-19), demikian kata/kotbah Petrus kepada para pendengarnya. Jika kita jarang atau tidak pernah bertemu dan bercakap-cakap dengan saudara-saudari kita, maka piciklah pengetahuan kita, dan kita tidak tumbuh berkembang sebagaimana kita rindukan atau dambakan. Peringatan Petrus “sadarlah dan bertobatlah”, merupakan ajakan bagi kita semua untuk senantiasa membuka diri terhadap aneka informasi, perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi di masyarakat maupun di dunia ini, sehingga kita diperbaharui terus menerus.
Jika dalam pertemuan atau percakapan kita bicarakan atau sharingkan apa-apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, maka kita akan diperkarya dengan pengetahuan atau pemahaman isi Kitab Suci dan ada kemungkinan untuk bertobat atau diperbaharui terus menerus. Mereka yang dulu tidak percaya kepada Yesus Kristus menjadi percaya dan kemudian minta dibaptis sebagai bukti pertobatan mereka, atau yang semua berbuat jahat kemudian bertobat dengan senantiasa berbuat baik, melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, khususnya keselamatan atau kebahagiaan jiwa. Semakin kaya akan pengetahuan ada kemungkinan semakin bijak dalam cara hidup dan bertindak serta dengan demikian senantiasa hidup dalam damai sejahtera dalam situasi dan kondisi apapun. 

“Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku! Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya. Banyak orang berkata: "Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?" Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN! Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.” (Mzm 4:2.4.7.9)


Minggu, 22 April 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ