“Aku dan Bapa adalah satu” (Kis 11:19-26; Mzm 87:1-3.4-5.6-7; Yoh 10:22-30)


Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu." (Yoh 10:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Orang-orang Yahudi tidak percaya kepada Yesus, bahwa Ia adalah Penyelamat Dunia, maka semakin Yesus menyingkapkan jati diri-Nya mereka semakin bimbang, semakin tidak percaya. Bagaimana kita yang beriman kepada-Nya, apakah mengalami kebimbangan dalam penghayatan iman? Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan dengan demikian senantiasa bersatu dengan-Nya dalam situasi atau kondisi apapun, kapan pun dan dimana pun. Maka marilah kita meneladan Yesus, yang senantiasa setia melakukan pekerjaan yang diserahkan oleh Bapa yang mengutusNya serta bersabda bahwa “Aku dan Bapa adalah satu”. Jika kita senantiasa bersatu dan bersama dengan Tuhan, maka meskipun harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan berat, kita tak akan pernah takut dan bimbang. Tak seorang pun dapat memisahkan kita dari Tuhan jika kita sungguh percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya, karena Tuhan maha kuat dan maha kuasa, sehingga siapapun yang senantiasa bersatu denganNya akan mampu menguasai dan mengalahkan aneka tantangan, hambatan maupun masalah. Kebetulan hari ini kita memasuki bulan Mei, yaitu bulan Maria, maka marilah kita tingkatkan juga devosi kita kepada Bunda Maria, antara lain dengan berdoa rosario. Ingatlah dan sadari bahwa berdoa rosario berarti kita mengulang-ulang doa-doa pokok atau utama, yang tidak lain berisi iman kepercayaan kita kepada Tuhan. Maka rajin berdoa rosario , iman kita pasti diteguhkan dan dikuatkan serta diperdalam, semakin handal dan tangguh dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. 

·   Tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan” (Kis 11:21), demikian berita perihal apa yang dialami oleh para rasul dalam rangka mewartakan Injil atau Kabar Gembira, Kabar Baik. Menjadi pewarta kabar baik atau kabar gembira berarti senantiasa berada dalam keadaan baik dan gembira, kerena Tuhan senantiasa menyertainya. Bagi orang yang sungguh beriman tidak ada alasan untuk tidak baik dan tidak gembira. Orang yang senantiasa kelihatan gembira di dunia ini adalah orang gila, yang senyum dan tertawa terus dimana-mana, karena mereka telah melintasi stress-nya, sehingga semua orang, besar-kecil, tua-muda atau anak-anak tertarik kepadanya. Tentu kami tidak mengharapkan anda menjadi gila atau sakit jiwa, melainkan marilah meneladan kegembiraan dan keceriaan orang gila, yang menarik dan memikat. Jika kita senantiasa dalam keadaan gembira maka kita juga tak akan mudah jatuh sakit, kita akan berada dalam keadaan segar bugar, baik jiwa, hati, akal budi maupun tubuh kita, tentu saja kegembiraan kita sungguh asli bukan sandiwara, sebagai wujud atau penghayatan kesatuan dengan Tuhan. Biarlah melakukan kesaksian kegembiraan kita kemudian semakin banyak orang ‘berbalik kepada Tuhan’ alias bertobat, meninggalkan cara hidup dan cara bertindak yang berlawanan dengan kehendak Tuhan serta kemudiaan dengan setia melaksanakan kehendak Tuhan. Setia melaksanakan kehendak Tuhan berarti setia menghayati panggilan dan tugas pengutusan, entah terpanggil sebagai imam, bruder, suster maupun bapak-ibu atau suami-isteri. Kami percaya ketika kita ditahbiskan menjadi imam, mengucapkan kaul kekal hidup membiara, atau saling berjanji sebagai suami-isteri berada dalam kegembiraan luar biasa, maka marilah kegembiraan tersebut terus menerus kita hayati sampai mati atau dipanggil Tuhan. 

Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya: TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub.Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.  Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku, bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia: "Ini dilahirkan di sana." Tetapi tentang Sion dikatakan: "Seorang demi seorang dilahirkan di dalamnya," dan Dia, Yang Mahatinggi, menegakkannya.” (Mzm 87:1-5)

Selasa, 1 Mei 2012
 
Romo Ignatius Sumarya, SJ