“Lebih berguna bagimu jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa” (Yeh 37:21-28; MT Yer 31:10-11; Yoh 11:45-56)

“Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita." Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya. Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?" (Yoh 11:45-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Hari ini adalah hari terakhir sebelum memasuki Minggu Suci, yang diawali dengan Minggu Palma, besok pagi. Dalam Minggu Palma kita akan diajak untuk merenungkan Kisah Sengsara Yesus, mulai dari penangkapan-Nya sampai pada kebangkitan-Nya dari mati. Percakapan di antara para pemuka Yahudi, sebagaimana dikisahkan hari ini, telah memutuskan bahwa “mereka sepakat untuk membunuh Dia”, dengan pertimbangan apa yang dikatakan oleh Kayafas bahwa “lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa”. Secara sosio-politis apa yang dikatakan oleh Kayafas merupakan alasan kuat, karena jika Yesus tidak disingkirkan atau dibunuh berarti semakin banyak pengikutNya dan dengan demikian rakyat tidak akan membayar pajak sebagaimana diberlakukan. Jika rakyat tidak membayar pajak maka mereka tidak dapat menyetor uang kepada Kaisar di Roma dan dengan demikian Kaisar akan memusnahkan seluruh bangsa. Pajak yang harus dibayar rakyat sangat tinggi dan berat karena telah di ‘mark up’, dan dengan dukungan serta ajaran Yesus mereka menjadi sadar bahwa pembayaran pajak itu tidak wajar. Secara spiritual apa yang dikatakan oleh Kayafas juga mengandung kebenaran, sebagaimana diramalkan oleh para nabi bahwa Mesias atau Penyelamat Dunia dalam rangka menuntaskan tugas-Nya harus menderita dan wafat di kayu salib, harus mempersembahkan Diri seutuhnya kepada Allah dan seluruh bangsa, demi keselamatan seluruh bangsa. Ia adalah pahlawan keselamatan, kedatangan-Nya di dunia ini untuk menyelamatkan seluruh bangsa.

· “Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya. Tempat kediaman-Ku pun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.” (Yeh 37:26-27), demikian firman Allah melalui nabi Yeheskiel. Perjanjian damai antara Allah dan manusia akan dimeteraikan dalam dan oleh Yesus yang disalibkan, yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dan dunia/seluruh bangsa. Puncak persembahan Diri-Nya dapat kita imani ketika tergantung di kayu salib dan Hati-Nya ditusuk dengan tombak serta kemudian mengalirkan air dan darah segar, lambang sakramen-sakramen Gereja yang menyelamatkan. Dengan kata lain jika kita mendambakan perdamaian atau hidup damai sejati, hendaknya setia menghayati rahmat sakramen yang telah kita terima beserta seluruh janjinya, entah itu janji baptis, janji imamat, kaul dst..MaKa kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam memasuki Minggu Suci: dalam berpartisipasi dalam liturgi atau ibadat selama Minggu Suci hendaknya sekaligus dikenangkan janji-janji yang pernah kita ikrarkan. Sejauh mana kita setia dan taat pada janji tersebut serta menghayatinya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari?

“Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya! Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya.” Yer 31:10-11)

Sabtu, 31 Maret 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ