HOMILI: Hari Raya Kabar Sukacita (Yes 7:10-14 – 8:10; Mzm 40:7-11; Ibr 10:4-10; Luk 1:26-38)

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”

Jika diperhatikan dan dicermati rasanya kebanyakan orang dengan lebih mudah dan suka menyebarluaskan kabar-kabar buruk daripada kabar-kabar baik, termasuk juga lebih suka ngrasani atau membicarakan kekurangan dan kelemahan orang lain daripada kelebihan dan kekuatannya. Hal ini juga kelihatan ketika ada orang mati atau dipanggil Tuhan lebih cepat tersebar luas beritanya daripada kelahiran seorang anak; minta izin untuk melayat akan lebih mudah daripada minta izin untuk mengunjungi saudarinya yang sedang melahirkan anak. Hal ini kiranya disebabkan oleh sikap mental orang yang berpedoman pada berpikiran negatif daripada berpikiran positif. Pada umumnya berita-berita di aneka mass media yang menarik dan pertama-tama diberitakan dan diperhatikan adalah aneka macam musibah dan kecelakaan, yang memang bertujuan baik memberitakan musibah dan kecelakaan dengan harapan agar orang tersentuh untuk mengulurkan bantuan atau belas kasih, namun tanpa sadar juga membentuk sikap mental berpikir negatif. Maka baiklah pada Hari Raya Kabar Sukacita hari ini kami mengajak anda sekalian untuk menjadi pewarta-pewarta sukacita serta memperhatikan apa yang baik, mulia, luhur dan indah di lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing.

"Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Luk 1:30-33)

Seorang gadis tiba-tiba diketahui mengandung seorang anak pada umumnya akan menjadi bahan ngrumpi atau pembicaraan yang buruk di kalangan masyarakat; ia akan dituduh wanita murahan, tak bermoral dst.. Berbagai kasus menunjukkan ketika ada gadis hamil karena hubungan seks bebas kemudian dengan diam-diam menggugurkan karena takut dicemooh oleh banyak orang. Secara manusiawi ketakutan macam itu kiranya juga dilihat oleh Maria, gadis Nazaret, ketika menerima berita dari Allah melalui malaikat-Nya bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Namun karena Maria mengandung karena Roh Kudus dan akan memperoleh naungan Roh Kudus, maka dengan rendah hati ia menanggapi panggilan tersebut: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38)

Jawaban Maria atas panggilan Allah sungguh merupakan kabar sukacita atau kabar gembira luar biasa, karena dengan demikian janji Allah untuk menyelamatkan dunia segera menjadi nyata atau terwujud. Maria menjadi teladan umat beriman, maka dengan ini kami mengajak segenap umat beriman untuk meneladan Maria, yang senantiasa mentaati dan melaksanakan panggilan atau kehendak Allah dengan rendah hati. Keutamaan kerendahan hati dan ketaatan itulah yang hendaknya kita renungkan dan hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.

Kerendahan hati dan ketataatan bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Taat membutuhkan kerendahan hati, sedangkan rendah hati memperteguh dan memperkuat ketaatan. “Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya. Ini diwujudkan dalam perilaku yang penuh perhatian, mau mendengar dan mengakui eksistensi (kebenaran) orang lain, yang bahkan lebih rendah dari dirinya” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit.: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Maria mendengarkan dan mengakui atau mengimani kebenaran yang berasal dari Allah, yaitu berupa pilihan atas dirinya untuk mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, yang tidak lain adalah Penyelamat Dunia, yang didambakan oleh banyak orang. Marilah kita hidup dan bertindak dengan rendah hati dan taat, karena dengan demikian cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menjadi kabar sukacita, dan marilah kita lihat dan akui kerendahan hati dan ketaatan yang dihayati dan hidup dalam diri saudara-saudari kita serta kemudian kita sebarluaskan dimana pun kita berada atau kemana pun kita pergi.

"Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu” (Ibr 10:9)

Kutipan dari Surat Ibrani di atas ini kiranya baik untuk kita renungkan dan hayati dalam rangka mengenangkan Hari Raya Kabar Sukacita hari ini. Hendaknya kutipan di atas ini juga menjadi pegangan, acuan dan pedoman cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita diciptakan oleh Allah serta dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya saat ini hanya karena kasih karunia dan kemurahan hati Allah melalui sekian banyak orang yang telah mengasihi dan memperhatikan kita dalam dan melalui aneka cara dan bentuk.

Kehendak Allah selain dapat kita temukan dalam aneka tata tertib yang terkait dengan cara hidup dan cara bertindak kita, juga dapat kita temukan dalam aneka sapaan dan sentuhan dari saudara-saudari kita, yang mungkin berupa nasihat, perintah, saran, tegoran, permohonan, pujian dst.. . Hendaknya aneka sapaan dan sentuhan dari saudara-saudari kita sungguh kita perhatikan dan dengarkan dengan rendah hati, kita renungkan dan hayati. Ketika kita dengan mudah mentaati nasihat, saran dan perintah dari saudara-saudari kita, maka dengan mudah kita akan taat pada kehendak Allah; demikian juga dalam hal mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib dan peraturan dalam lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing. Orang yang biasa mentaati tata tertib dan peraturan dalam lingkungan hidup dan kerjanya, kiranya yang bersangkutan juga orang yang sungguh mentaati dan melaksanakan kehendak Allah.

Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel “ (Yes 7:14). Apa yang terjadi dalam diri Maria telah lama diramalkan oleh para nabi, sebagaimana juga diramalkan oleh Yesaya. Mungkinkah kita saat ini juga telah diramalkan atau diimpikan oleh para pendahulu kita atau orangtua kita masing-masing. Saya kira masing-masing dari kita pasti menjadi impian dari orangtua kita masing-masing dan orangtua yang baik adalah orang yang bermimpi dan berharap agar anak-anaknya tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas beriman, bahagia dan sejahtera lahir dan batin, jasmani dan rohani. Kepada para orangtua kami harapkan mendidik dan mendampingi anak-anaknya dalam cintakasih dan kebebasan serta membiarkan pilihan cara hidup atau panggilan yang dipilih anak-anak, yang penting atau utama mereka kelak bahagia dan damai sejahtera. Sedangkan kepada kita semua yang masih menjadi anak alias masih tergantung dari orangtua, kami harapkan untuk senantiasa mengusahakan cara hidup dan cara bertindak yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.

Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN.” (Mzm 40:7-10)

Senin, 26 Maret 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ