“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi ia kehilangan nyawanya” (Yak 2:14-24.26; Mzm 112:1-6; Mrk 8:34-9:1)


“ Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." Kata-Nya lagi kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa." (Mrk 8:34-9:1), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Sikap konsumptif dan materialistis sungguh telah merasuki atau menjiwai hampir semua bidang kehidupan dan pelayanan bersama di negeri kita ini. Hal itu juga didukung oleh salah satu cirikhas negeri kita yaitu sebagai pasar yang menarik dan mempesona bagi para produsen baik luar negeri maupun dalam negeri, termasuk narkoba dan aneka macam jenis sarana-prasarana elektronik. Sikap mental komsumptif, materialistis dan pasar ini kelihatan jelas dalam gejala dengan mudahnya orang membeli produk-produk baru, yang lama masih layak pakai dengan cepat ganti yang baru. Orang begitu menikmati hasil produksi tetapi tak tahu sama sekali bagaimana produk tersebut diproses. Rasanya hal ini merupakan buah system pendidikan yang lebih menekankan hafalan dan kurang memberi perhatian pada eksplorasi, lebih menekankan hasil belajar/ujian/ulangan daripada proses pembelajaran. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.”, demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Menyerahkan nyawa karena Tuhan berarti mengarahkan dan mengandalkan cara hidup dan cara bertindak kepada Tuhan. Dengan kata lain semakin orang mendunia, berpartisipasi dalam seluk beluk dunia, hendaknya semakin suci atau semakin beriman, bukan semakin materialistis. Fungsikan aneka jenis harta benda dan kekayaan sebagai sarana untuk memuji, memuliakan dan mengabdi Tuhan demi keselamatan jiwa anda sendiri dan orang lain.

· “Seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak 2:26), demikian kesaksian iman Yakobus, yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Keunggulan hidup beriman terletak dalam tindakan atau perilaku atau perbuatan, bukan dalam wacana atau omongan. Maka marilah kita hayati apa yang sering menjadi semangat aneka lembaga swadaya masyarakat, yaitu “Dalam semangat iman kristiani hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Semangat kristiani berarti semangat Yesus Kristus, yang telah menyerahkan nyawaNya demi keselamatan jiwa seluruh umat manusia di dunia ini. Marilah kita boroskan waktu dan tenaga kita melalui aneka pekerjaan, tugas, kesibukan, jabatan, fungsi dst..demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Tolok ukur atau barometer keberhasilan atau kesuksesan adalah keselamatan jiwa, bukan abanyaknya harta benda atau uang, pangkat atau pengalaman dst.. Dalam lingkungan hidup atau kerja kita kiranya ada orang-orang yang perlu diselamatkan dan kita dipanggil tuntuk menyelamatkannya, tentu saja diri kita sendiri senantiasa dalam keadaan selamat, yaitu hidup dan bertindak senantiasa dijiwai oleh iman kita. Yakobus memberi contoh perihal orang yang kurang layak berpakaian dan kelaparan, dan hemat saya di lingkungan hidup kita ada orang-orang yang berkekurangan dalam hal pakaian dan makanan, maka hendaknya kita sumbang mereka pakaian dan makanan sesuai dengan kebutuhan mereka. Kiranya jika tidak ada orang yang menumpuk pakaian atau makanan di rumah atau gudangnya, hemat saya tidak ada lagi yang berkekurangan dalam hal pakaian atau makanan, tetapi karena ada orang-orang serakah dan pelit, maka terjadilah orang kelaparan dan berpakaian tidak layak. Bongkarlah simpanan anda dan sumbangkan kepada mereka yang sungguh membutuhkan.

“Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya.Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil. Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya.Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya.” (Mzm 112:1-6)

Jumat, 17 Februari 2012


Romo Ign Sumarya, SJ