"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri” (2Sam 24:2.9-17; Mzm 32:5-7; Mrk 6:1-6)

“Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.” (Mrk 6:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Export minded” itulah yang cukup mendominasi banyak orang pada masa kini, tidak hanya dalam hal sarana-prasarana teknologi yang canggih, tetapi juga dalam hal makanan seperti buah-buahan dll.. Memang dalam kenyataan yang berasal dari luar negeri sering kelihatan lebih berkwalitas dan dengan harga murah, sedangkan produksi dalam negeri cukup mahal dan kurang berkwalitas. Sikap mental orientasi menghargai apa yang berasal dari luar negeri ini kiranya menunjukkan sikap mental yang lebih mendalam, yaitu orang lebih menghargai orang lain/asing daripada saudara-saudari sendiri yang setiap hari hidup dan bekerja bersama, entah itu anggota keluarga atau rekan kerja. Memang menghargai dan mengasihi mereka yang setiap hari hidup dan bekerja bersama dengan kita cukup menantang dan sulit, sedangkan menghargai dan mengasihi orang lain/asing lebih mudah. Yang cukup memprihatinkan adalah relasi antar laki-laki dan perempuan yang menjadi suami-isteri: terhadap pasangannya sendiri kurang mesra sedangkan terhadap orang lain sangat mesra. Hemat saya jika kita tidak mampu menghargai dan mengasihi saudara sendiri, mereka yang setiap hari hidup bersama dengan kita, maka menghargai dan mengasihi orang lain, yang jauh berarti merupakan sebuah pelarian dari tanggungjawab, dan relasi dengan yang lain tersebut sebenarnya lebih bersifat menindas saja. Sebaliknya jika kita mampu mengasihi mereka yang dekat dengan kita setiap hari, maka mengasihi mereka yang jauh atau orang asing akan bersifat melayani. Marilah dengan rendah hati kita saling menghargai dan mengasihi, antar kita yang hidup dan bekerja bersama setiap hari.

· "Akan datangkah menimpa engkau tiga tahun kelaparan di negerimu? Atau maukah engkau melarikan diri tiga bulan lamanya dari hadapan lawanmu, sedang mereka itu mengejar engkau? Atau, akan adakah tiga hari penyakit sampar di negerimu? Maka sekarang, pikirkanlah dan timbanglah, jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku."(2 Sam 24: 13), demikian kata Gad, utusan Allah, kepada Daud. Sangat berat bagi Daud untuk memilih, karena semuanya membawa ke penderitaan atau kesengsaraan. Begitulah buah dari orang yang berdosa, yang kurang atau tidak menghargai dan mengasihi mereka yang dekat dengannya. Kita akan terhindar dari ancaman di atas jika kita dengan sungguh-sungguh mengasihi mereka dan apa saja yang bersama-sama dengan kita setiap hari. Mereka itu tidak lain adalah saudara-saudari kita sekandung, se rukun tetangga, se tempat kerja dst.., sedangkan ‘apa saja’ berarti lingkungan hidup beserta aneka jenis barang, tanaman maupun binatang yang ada di dalamnya. Dengan kata lain marilah kita usahakan lingkungan hidup yang bersih dan sehat dimana pun dan kapan pun. Lingkungan hidup yang bersih dan sehat selain mendukung kesehatan dan kebugaran tubuh kita juga mendukung diri kita semakin berkreatif dan bereksploratif, karena kenikmatan tinggal dalam lingkungan yang bersih dan sehat mendorong kita untuk berangan-angan dan bermimpi, yang kemudian berkembang menjadi kreatifitas. Usahakan dan pertahankan tempat tinggal atau rumah anda senantiasa dalam keadaan bersih dan sehat, karena ketika tidak bersih dan tidak sehat pasti akan mengundang orang untuk berpikiran jahat, entah itu mencela atau marah-marah. Semoga kita tidak seperti Daud yang dihadapkan tiga pilihan, yang serba menyengsarakan atau mencelakakan

“Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya.Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak” (Mzm 32:5-7)

Rabu, 1 Februari 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ