“Kepada-Mulah Aku berkenan” (Kis 10:34-38; MT Yes 12:2-3; Mrk 1:7-11)

“Inilah yang diberitakannya: "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus." Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." (Mrk 1:7-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan ‘Pesta Pembaptisan Tuhan’ hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Baptis adalah “gerbang sakramen-sakramen, yang perlu untuk keselamatan, entah diterima secara nyata atau setidak-tidaknya dalam kerinduan, dengan mana manusia dibebaskan dari dosa, dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah serta digabungkan dengan Gereja setelah dijadikan serupa dengan Kristus oleh meterai yang tak terhapuskan” (KHK kan 849). Dalam kutipan di atas ini kiranya dapat kita fahami bahwa ada baptis lahir dan baptis batin. Entah telah menerima baptis lahir atau batin, dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk menjadi pribadi-pribadi yang berkenan pada Tuhan. Tuhan telah mengasihi kita dengan melimpah ruah melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita atau memperhatikan kita, maka selayaknya kita tanggapi dengan hidup dan bertindak yang berkenan kepada Tuhan. Yang berkenan kepada Tuhan tidak lain adalah yang menghayati janji baptis dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari, yaitu ‘hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan’. Abdi atau pelayan yang baik memang yang senantiasa melaksanakan perintah, arahan, nasihat dan tuntunan tuannya, maka mengabdi Tuhan berarti senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan yang utama, yaitu hidup dan bertindak saling mengasihi sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita. Kita hendaknya juga menolak dengan tegas semua godaan setan tanpa ambil kompromi sedikitpun, termasuk hal-hal yang merangsang kita untuk melakukan dosa atau berbuat jahat.

· "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang” (Kis 10:34-36), demikian kesaksian iman Petrus kepada para pendengarnya. “Allah tidak membedakan orang dan Yesus Kristus adalah Tuhan dari semua orang”, inilah yang hendaknya kita renungkan, hayati dan sebarluaskan. Dengan kata lain kita dipanggil untuk mengusahakan, memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita yang berbeda satu sama lain. Milyardan atau jutaan manusia di bumi ini tidak ada yang sama, melainkan berbeda satu sama lain, maka tidak mengherankan sering terjadi ketegangan dan tawuran sampai pembunuhan atau perusakan-perusakan karena orang lebih menekankan perbedaan daripada kesamaan. Untuk membangun, memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau persahabatan sejati hendak lebih mengutamakan dan mengedepankan apa yang berbeda antar kita, sehingga apa yang berbeda antar kita akan memperteguh persaudaraan. Ingatlah dan sadari bahwa laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain (phisik, sifat, usia dst.) tetapi ada daya tarik dan daya pikat, sehingga saling menarik dan memikat maupun bersahabat, bahkan sampai bersatu sebagai suami-isteri. Dengan kata lain perbedaan menjadi daya tarik atau daya pikat, maka hendaknya aneka perbedaan antar kita dijadikan daya tarik dan daya pikat untuk saling mengenal dan akhirnya bersahabat. Memang untuk itu butuh kerendahan hati agar kita tertarik dan terpikat apa yang berbeda antar kita. Kami berharap para suami-isteri, yang memiliki pengalaman mendalam dapat bersahabat dan bersatu, mengembangkan dan memperdalam serta menyebarluaskan dalam kehidupan bersama yang lebih luas. Kami ingatkan juga bahwa dalam ilmu phisika dikenal adanya dua kutup listrik, yaitu negatif dan positif, yang saling bertolak belakang. Namun ketika yang negatif dan positif bersatu terjadilah sinar terang yang membahagiakan dan menyelamatkan. Semoga apa yang terjadi dalam relasi antar laki-laki dan perempuan serta kutup negatif dan positif dalam phisika tersebut dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam membangun, memperdalam dan menyebarluaskan persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita umat manusia di bumi ini.

“Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.” (Yes 12:2-3)

Senin, 9 Januari 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ