"Seorang pekerja patut mendapat upahnya" ( Kej 44:18-21.23b-29 – 45:1-5; Mzm 105:16-21; Mat 10:7-15)


"Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu." (Mat 10:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Salah satu motto UNESCO dalam memasuki Millenium Ketiga adalah 'learning to do', yang berarti belajar untuk berbuat atau bekerja. Maka baiklah ajakan ini hendaknya direnungkan atau direfleksikan serta kemudian dihayati oleh para pekerja, entah pekerjaan apapun atau apapun yang harus dikerjakan. Ajakan tersebut secara lain dapat dikatakan "bekerja agar terampil bekerja", bukan bekerja demi uang atau imbal jasa/gaji, meskipun kita juga membutuhkan gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi atau keluarga kita. Maka apapun yang harus kita kerjakan hendaknya dikerjakan sebaik atau seoptimal mungkin, tenu saja pekerjaan yang baik. Ingatlah dan sadari bahwa yang dibutuhkan oleh masyarakat masa kini maupun mendatang, termasuk perusahaan-perusahaan apapun, adalah keterampilan bukan ijasah. Anda kiranya dapat melihat dan memperhatikan para 'entepreneur' yang tanpa ijazah namun sukses dalam usahanya berkat kerja keras yang tak kenal lelah serta keterbukaan terhadap aneka macam kemungkinan dan kesempatan. Kami berharap sikap mental "bekerja agar terampil bekerja" ini ditanamkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret para orangtua, serta kemudian diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah. "The man behind the gun" ( =manusia dibalik senjata atau alat), itulah kata sebuah motto, yang meningatkan kita agar lebih mementingkan manusia daripada alat-alat atau sarana-prasarana. Didiklah dan binalah anak-anak memiliki sikap mental belajar terus-menerus dengan rendah hati dan kerja keras, agar kelak mereka siap sedia untuk melakukan apapun yang baik dan menyelamatkan meskipun berat dan penuh tantangan serta hambatan maupun masalah. Tuhan telah menganugerahi aneka rahmat dan bakat kepada kita, maka jangan disia-siakan rahmat atau bakat tersebut.

· "Mohon bicara tuanku, izinkanlah kiranya hambamu ini mengucapkan sepatah kata kepada tuanku, dan janganlah bangkit amarahmu kepada hambamu ini, sebab tuanku adalah seperti Firaun sendiri."(Kej 44:18), demikian kata Yehuda atas nama saudara-saudaranya kepada Yusuf, yang telah mereka buang, karena mereka tidak tahu bahwa yang dihadapan mereka adalah Yusuf adik mereka. Yehuda adalah salah satu anak Iskak, yang tidak setuju bahwa Yusuf dibunuh, ketika saudara-saudaranya berniat membunuh Yusuf karena irihati. Ia berusaha menyelamatkan Yusuf, dan saat ini juga atas nama saudara-saudarannya dengan rendah hati mohon keselamatan dari Yusuf yang telah mereka buang. Penderitaan memang sering merupakan rahmat terselubung, dimana di dalam penderitaan kita diingatkan akan aneka kebaikan dan kemungkinan guna penyelamatan. Dalam penderitaan juga kita ditingatkan bahwa kita adalah manusia yang lemah dan rapuh, penuh dengan dosa. Usaha Yehuda menyelamatkan Yusuf kiranya menjanjikan harapan yang membahagiakan; dari penderitaan lahirlah pengharapan, itulah kebenaran sejati. Dari kisah ini kiranya kita juga diingatkan untuk tidak malu dan ragu sebagai kakak minta tolong kepada adik, sebagai orangtua minta tolong pada orang muda, orang kaya minta tolong kepada orang miskin, dst.. , dan yang tak boleh ditinggalkan marilah kita belajar dari anak-anak perihal keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan. Kita juga diingatkan untuk berdoa bagi mereka yang telah berbuat baik kepada kita, meskipun kita tak tahu namanya serta dimana mereka berada.

"Diutus-Nyalah seorang mendahului mereka; Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saatnya firman-Nya sudah genap dan janji Tuhan membenarkannya." (Mzm 105: 17-19)

Kamis, 7 Juli 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ

"Pergilah kepada domba-domba yang hilang" ( Kej 41:55-57 – 42:5-7a.17-24a; Mzm 33:2-3.10-11.18-19; Mat 10:1-7)



" Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia. . Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat." (Mat 10:1-7), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Para rasul diutus oleh Yesus "untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan" dan khususnya "kepada domba-domba yang hilang", yang berarti merasul di antara mereka yang miskin dan berkekurangan dalam berbagai hal atau kebutuhan hidup yang sehat wal'afiat baik secara phisik maupun spiritual. Bagi kita hal ini berarti suatu panggilan atau ajakan untuk melaksanakan salah satu opsi Gereja atau hidup beriman, yaitu "preferential option for/with the poor' (=keberpihakan pada/bagi yang miskin). Secara konkret hal ini bagi kita tergantung dari fungsi atau tugas pekerjaan kita sehari-hari. Sebagai guru atau pendidik hendaknya memperhatikan para peserta didik yang bodoh atau lemah; sebagai warga masyarakat hendaknya memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup masing-masing; sebagai dokter atau tenaga medis kiranya harus dengan lembah lembut dan rendah hati melayani pasien/orang sakit dan sementara itu rumah sakit hendaknya juga memberi peluang bagi yang miskin dan berkekurangan untuk berobat, dst.. Organisasi kemasyarakatan kami harapakan mengalokasikan dana dan tenaga secara khusus bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Kami berharap orang-orang miskin dan berkekurangan tidak menjadi 'sarana proyek' untuk memperkaya diri atau kelompok, sebagaimana sering dilakukan oleh LSM-LSM tertentu.
"Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat", demikian perintah Yesus, yang bagi kita berarti sepak terjang, cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun diharapkan menghadirkan Allah yang meraja, artinya melalui diri kita yang lemah dan rapuh ini orang tergerak untuk semakin beriman, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

· "Pergilah kepada Yusuf, perbuatlah apa yang akan dikatakannya kepadamu" (Kej 41:55), demikian kata Firaun kepada rakyat Mesir yang menderita kelaparan. Yusuf adalah anak yang dibuang dan 'dianggap hilang' oleh saudara-saudaranya; namun ternyata ia masih hidup dan di negeri asing berfungsi menyelamatkan; Yusuf pun akhirnya juga menyelamatkan saudara-saudaranya yang telah membuangnya dan menganggapnya telah hilang. Perintah Yesus kepada para rasul untuk pergi kepada domba-domba yang hilang kiranya mengingatkan kisah saudara-saudaranya yang menderita kelaparan. Yang dibuang telah menjadi penyelamat, itulah misteri karya penyelamatan sejati. Hidup pribadi atau bersama kita, entah di dalam keluarga, pastoran, biara, tempat kerja dst.. mungkin tidak beres alias kurang atau tidak bahagia, maka baiklah jika demikian adanya kami ajak anda untuk menemukan sesuatu yang hilang atau mungkin telah anda singkirkan, yaitu charisma atau spiritualitas pendiri atau visi organisasi. Kata Firaun kepada rakyatnya kiranya dapat kita hayati pada masa kini merupakan suatu ajakan untuk mencari dan menemukan kembali sesuatu yang penting bagi hidup kita pribadi maupun hidup bersama. Semua charisma, spiritualitas dan visi hemat saya dijiwai oleh cintakasih, dicanangkan berdasarkan cintakasih dan diharapkan siapapun yang menghayatinya semakin hidup dan bertindak saling mengasihi. Saling mengasihi berarti memberi dan menerima kasih, hemat saya pada masa kini yang sulit dihayati adalah menerima kasih. Ingat kasih tidak selalu mulus dan nikmat di tubuh, hati, jiwa maupun akal budi, tetapi juga menyakitkan atau bahkan menusuk hati, sebagaimana kasih sering disimbolkan dengan hati yang tertusuk. Menerima kasih berarti menerima pujian, saran, kritik, nasihat, ejekan, cemoohan, dst.. Bukankah menerima saran, kritik, nasihat, ejekan dan cemoohan cukup berat dan banyak orang menolaknya? Hendaknya semua saran, kritik, nasihat, ejekan dan cemoohan disikapi dan dihayati sebagai perwujudan kasih dari saudara-saudari kita, maka tanggapi dengan singkat dan rendah hati dengan kata 'terima kasih'.

"Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi; bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai"

(Mzm 33:2-3)

Rabu, 6 Juli 2011


Romo Ign Smarya, SJ

Panggilan Hidup (Kej 32:22-32; Mzm 17:1-3.6-8b.15; Mat 9:32-38)

“Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel." Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan." Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."(Mat 9:32-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Jumlah panggilan hidup imamat maupun membiara cukup memprihatinkan dan kiranya yang juga lebih memprihatinkan adalah kemerosotan hidup terpanggil sebagai dampak kemerosotan moral hampir di semua bidang kehidupan bersama yang masih terjadi sampai kini. Umat dengan mudah mengeluh ketika tidak memperoleh pelayanan yang baik dari imam atau pastor dan kiranya dengan mudah juga mengritik kekurangan para gembalanya. Mereka sering berdoa semoga Tuhan memanggil anak-anak atau generasi muda tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster, tetapi ketika ditanya “apakah jika anak anda ingin menjadi imam, bruder atau suster diperbolehkan”, maka lalu berpikir panjang alias tidak dapat menjawab. Pembatasan kelahiran (dua anak cukup) rasanya menjadi salah satu sebab kemunduran hidup terpanggil, entah karena orangtua tidak merelakan anaknya atau yang memprihatinkan rasanya pembinaan untuk menjadi ‘man for others’ di dalam keluarga kurang memperoleh perhatian. “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikut. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu”, demikian sabda Yesus. Keluarga atau orangtua rasanya merupakan bagian dari ‘tuan yang empunya tuaian’, dan dengan demikian rasanya diharapkan memberi ‘pekerja-pekerja untuk tuaian itu’. Salah satu cara untuk itu antara lain pembinaan anak-anak untuk menjadi ‘man for others’, yang ditandai oleh perjuangan, pengorbanan, solidaritas terhadap atau bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dibina dan dididik dalam hal kepekaan terhadap sesamanya agar mereka tidak menjadi egois dan sombong. Anak-anak sedini mungkin berfungsi atau difungsikan dalam upaya mensejahterakan dan membahagiakan keluarga maupun lingkungan hidupnya, misalnya di dalam keluarga: membersihkan kamarnya sendiri, mematikan listrik atau kran air yang ‘hidup’ tidak pada tempatnya atau waktunya dst…

· "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.”(Kej 32:28), demikian kata malaikat, yang tampil dalam seseorang bergumul dengan Yakub. “Bergumul dengan Allah dan manusia dan menang serta kemudian ganti nama”, itulah yang terjadi. Rasanya kutipan ini dapat menjadi permenungan atau refleksi kita demikian: sebagai orang beriman kita senantiasa bergumul dengan Allah dalam dan melalui doa serta bergumul dengan sesama manusia entah di dalam keluarga, masyarakat, tempat kerja maupun aneka kebersamaan hidup lainnya. Dengan pergumulan tersebut kita diharapkan tumbuh-berkembang alias berubah menjadi lebih baik, dewasa, cerdas dan beriman. Semakin tambah usia, sahabat, teman, pengalaman dan pergaulan hendaknya semakin dewasa, cerdas dan beriman, sehingga kemudian berlakulah pepatah ini :” Tua-tua keladi makin tua makin berisi”, semakin tua semakin dekat dan mesra dengan yang insani dan ilahi. Dengan demikian mereka yang lebih tua atau senior diharapkan dapat menjadi teladan hidup bagi anak-anak atau yunior. Keteladanan penghayatan akan nilai-nilai dan keutamaan-keutamaan hidup merupakan cara pembinaan dan pendidikan yang utama dan tak tergantikan. Ingat motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro : “ing arso asung tulodho, ing madya ambangun karso, tut wuri handayani” (keteladanan, pemberdayaan dan dorongan). Marilah kita jadikan keluarga kita terampil dalam pergumulan dengan Allah dan sesama, memang untuk itu keluarga sebagai basis hidup bermasyarakat dan menggereja harus berpartisipasi aktif dan pro-aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan menggereja. Jauhkan keluarga menjadi getto atau pulau-pulau terpencil dan tak tersentuh oleh yang lain. Biarlah keluarga menjadi tempat berteduh yang hangat dan menggairahkan.



“Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. Dari pada-Mulah kiranya datang penghakiman: mata-Mu kiranya melihat apa yang benar.Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur.” (Mzm 17:1-3)


Selasa, 5 Juli 2011

Romo Ignatius Sumarya

"Imanmu menyelamatkan engkau" (Kej 28:10-22a; Mzm 91:1-4.14-15ab; Mat 9:18-26)

"Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup." Lalu Yesuspun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu. Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi mereka menertawakan Dia. Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu." (Mat 9:18-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Sehat walafiat dan sakit, cepat sembuh dari penyakit memang erat kaitannya dengan beriman atau tak/ kurang beriman, entah itu sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh. Tentu saja beriman yang saya maksudkan ialah sungguh mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, yang secara konkret berarti setia pada dan melaksanakan janji dan tata tertib yang terkait dengan janji tersebut; sedangkan dalam kesehatan badan berarti makan dan minum berpedoman pada "empat sehat lima sempurna", tidak mengikuti selera pribadi, kerja dan istirahat teratur serta memadai dst.. Kami berharap hal ini sedini mungkin dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret orangtua atau bapak-ibu. "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau", demikian kata Yesus kepada seorang perempuan yang menderita sakit pendarahan lebih dari 12 tahun, ketika ia berhasil menyentuh jubah Yesus. Yesus menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan dan anak yang menderita sakit berat. Kami mengajak dan meneguhkan segenap umat beriman, entah agamanya atau keyakinannya apapun, untuk saling membantu dan bergotong royong dalam meneguhkan iman. Marilah dengan rendah hati kita ingatkan saudara-saudari kita yang melalaikan atau kurang memperhatikan aneka tata tertib dalam kehidupan bersama; kita ingatkan dan tegor mereka yang cara hidup dan cara bertindaknya tidak teratur sesuai dengan tata tertib yang berlaku. Jika kita dapat setia melaksanakan aneka tata tertib, maka kami percaya bahwa kita dengan mudah untuk mempersembahkan diri kepada Tuhan maupun saudara-saudari kita. Kepada anda yang sedang menderita sakit kami harapkan untuk menikmati penderitaan dengan mengintegrasikan derita anda pada penderitaan Yesus demi keselamatan jiwa umat manusia. Maka kepada yang sedang menderita sakit kami berharap mempergunakan kesempatan keterbatasan gerak anggota tubuh untuk berdoa.

· "Aku Tuhan, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Iskak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu dan keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." (Kej 28:12), demikian firman Allah kepada Yakub. Kita semua adalah keturunan Abraham, dan sebagai orang beriman kita dipanggil untuk senantiasa menjadi berkat bagi saudara-saudari kita, dengan kata lain kita dipanggil untuk saling memberkati. Maka marilah kita kenangkan bahwa setiap awal perjumpaan dengan saudara-saudari kita pada umumnya kita saling memberi "selamat" atau "salam", misalnya: "Selamat datang", "Selamat pagi", "Selamat bertemu", "Berkah Dalem" , "Asalammulaikum", dst. Semoga ucapan selamat atau salam tersebut tidak hanya manis dibibir, tetapi juga dihayati dalam cara hidup dan cara bertindak. Dengan kata lain semoga cara hidup dan cara bertindak kita senanitiasa dalam rahmat atau berkat Allah, dan dengan demikian kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Marilah kita kenangkan juga bahwa setiap kali mengakhiri partisipasi kita dalam beribadat kita juga menerima berkat Allah, yang diharapkan selanjutnya diteruskan kepada saudara-saudari kita dalam hidup sehari-hari. Secara khusus kami berharap kepada para pastor, pendeta, kyai dst. ..yang sering menyampaikan berkat Allah dapat menjadi teladan sebagai berkat Allah bagi sesamanya, artinya segala sepak terjang dan kehadirannya dimanapun dan kapanpun menjadi berkat bagi sesamanya.

"Orang yang duduk dalam lindungan yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan yang Mahakuasa, akan berkata kepada Tuhan: Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercaya." (Mzm 91:1-2)

Senin, 04 Juli 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ

Hari Minggu Biasa XIV, Sabtu-Minggu, 2 - 3 Juli 2011

HARI MINGGU BIASA XIV
SABTU-MINGGU, 2-3 JULI 2011




Hari ini kita mendengar Yesus yang berdoa, "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Kausembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil."

"Semuanya itu" adalah semua perbuatan yang dilakukan Yesus untuk mendukung kehidupan manusia, kesembuhan dan kebahagiaan manusia. Untuk melakukan "Semuanya itu" demi kebahagiaan manusia, berkali-kali dengan penuh kesadaran Yesus melanggar Hari Sabat, meski Yesus tahu bahwa orang yang melanggar Hari Sabat harus dihukum mati (Kel 31:14). Bagi Yesus lebih penting manusia daripada perintah-perintah Hukum Taurat.

"Orang bijak dan orang pandai" adalah para teolog dan biblis (ahli Taurat) beserta kaum awam Farisi. Mereka tidak peduli masyarakat menderita. Malah mereka menuduh "Yesus menghujat Allah" (Mat 9:3) sebab Yesus mengampuni dosa manusia. Mereka menyatakan Yesus "orang berdosa" karena Yesus makan bersama orang yang tidak baik (Mat 9:10) dan "mereka semua menertawakan Yesus" yang hendak menghidupkan kembali seorang puteri (Mat 9:24). "Mereka semakin berusaha membunuh Yesus karena Ia melanggar hari Sabat" (Yoh 5:18) "Orang kecil", yaitu masyarakat, takjublah mendengar pengajaran Yesus sebab Yesus mengajar dengan wibawa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Melihat sikap Yesus yang memperhatikan dan membantu orang yang menderita, masyarakat mengerti bahwa Kerajaan Allah, yaitu masyarakat yang adil di bumi ini, dibangun dengan melayani dan berbuat kasih seperti dilakukan Yesus bagi mereka.


RITUS PEMBUKA

LAGU PEMBUKA

TANDA SALIB DAN SALAM

PENGANTAR

SERUAN TOBAT (TPE HAL 23/SYUKUR KEPADAMU TUHAN PS 592)
Percikilah aku, ya Tuhan dengan hisop, maka aku pasti bersih; cucilah aku, tentu aku lebih putih daripada salju.
S. Kasihanilah aku, ya Allah,
U. Menurut belas kasih-Mu yang besar
S. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U. Seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala abad. Amin.

I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.

KEMULIAAN

DOA PEMBUKA
I. Marilah kita berdoa:
(hening sejenak)
I. Allah Bapa yang mahaluhur Engkau datang di tengah-tengah kami dalam diri Putera-Mu bukan dengan pameran kekuatan dan kekuasaan, melainkan sebagai raja damai, lemah lembut, dan rendah hati. Kami mohon datangilah kami agar kami dapat mengangkat pikulan-Mu, selalu lemah lembut dan rendah hati seperti Putera-Mu, serta mewartakan damai-Mu kepada semua orang. Demi Yesus Kristus, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa.
U.Amin.

LITURGI SABDA

BACAAN I (Za 9 : 9 - 10)

"Lihatlah, rajamu datang dengan rendah hati."

L. Pembacaan dari Kitab Zakharia:
Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN (PS 837)
Refren: Tuhan rajaku, agunglah nama-Mu. Alam raya dan makhluk-Mu kagum memandang-Mu.
1. Aku hendak mengagungkan Dikau, ya Allah, ya rajaku. Aku hendak memuji nama-Mu untuk selama-lamanya. Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya.
2. Tuhan itu pengasih dan penyayang panjang sabar dan besar kasih setianya. Tuhan itu baik kepada semua orang, penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.

BACAAN II (Rm 8: 9.11 - 13)

"Jikalau kamu mematikan perbuatan nafsumu dengan Roh Allah kamu akan hidup."

L. Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:
Saudara-saudara, kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu. Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.


Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

BAIT PENGANTAR INJIL (PS 963)
Refren. Alleluya, Alleluya. Alleluya, Alleluya.
Ayat. Terpujilah Engkau Bapa, Tuhan langit dan bumi. Sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana.

BACAAN INJIL (Mat 11:25-30)

"Aku ini lemah lembut dan rendah hati."

I. Tuhan sertamu
U. Dan sertamu juga
I. Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius
U. Dimuliakanlah Tuhan.
I. Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

I: Demikianlah Injil Tuhan.
U: Terpujilah Kristus.

HOMILI

AKU PERCAYA

DOA UMAT
I. Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa dengan perantaraan Yesus Putera-Nya, yang mewahyukan Bapa-Nya, jika kita serupa anak-anak.

L. Bagi para pemimpin Gereja: Semoga Bapa melimpahi para pemimpin Gereja semangat rendah hati dan sederhana, jangan sampai suka membanggakan kemegahan dan kejayaan dalam mewartakan kabar gembira Kristus. Marilah kita mohon...
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi para penderita: Semoga Bapa mendampingi orang-orang yang menderita agar dapat memandang keadaannya sebagai kesempatan untuk menyerupai Kristus Putera-Mu terkasih. Marilah kita mohon...
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi para penanggung jawab dalam masyarakat: Semoga Bapa mencurahkan semangat pengorbanan kepada para penanggung jawab dalam masyarakat kami agar selalu memandang tugas mereka sebagai pelayanan, bukan sebagai kesempatan untuk menonjolkan diri. Marilah kita mohon....
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi kita bersama: Semoga Bapa membimbing kita agar dapat berhenti selalu mendahulukan kepentingan perorangan kami serta memandang orang menurut ukuran kami. Marilah kita mohon....
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

I. Allah Bapa kami yang mahabaik, dalam Injil, Putera-Mu telah mengajak semua yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepada-Nya, agar dapat disegarkan. Ajarilah kami meletakkan pikulan-Nya di bahu kami, serta menjadi rendah hati dan lemah lembut seperti Dia. Dialah Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa.
U. Amin.


LITURGI EKARISTI


A. PERSIAPAN PERSEMBAHAN


LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN
I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I. Allah Bapa yang maharahim, semoga roti dan anggur ini menjadi tanda persatuan diantara kami satu sama lain dan dengan Dikau sendiri melalui Putera-Mu. Maka terimalah dengan baik apa yang kami persembahkan dengan rendah hati ini. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.

B. DOA SYUKUR AGUNG


PREFASI

KUDUS

U. Kudus, kudus, kuduslah Tuhan
Allah segala kuasa,
surga dan bumi, surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu.
Terpujilah Engkau di surga.
Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan.
Terpujilah Engkau di surga.

DOA SYUKUR AGUNG


C. KOMUNI


BAPA KAMI

I. Atas petunjuk Penyelamat kita dan menurut ajaran ilahi, maka beranilah kita berdoa
U. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

I. Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala kemalangan dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami, supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami, Yesus Kristus.
U. Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.

DOA DAMAI
I. Kristuslah Raja damai, yang memanggil kita mengikuti-Nya dengan memanggul salib. Maka ktia berdoa kepada-Nya: Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
I. Damai Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu

ANAK DOMBA ALLAH

PERSIAPAN KOMUNI

KOMUNI

MARI, DATANG PADAKU (PS 422)
1. Mari, datang pada-Ku, kamu yang letih lesu. Kuberikan padamu kelegaan jiwamu.
2. Pikullah kuk dari-Ku, pada-Ku belajarlah: sabar dan lemah lembut, maka hatimu tenang.
3. Mari datanglah cepat hadir dalam pesta-Ku. Makanlah dan minumlah yang tersaji bagimu.
4. T'rima kasih, ya Tuhan, Kaulah yang kurindukan. Kau santapan jiwaku, sumber kekuatanku.

DOA SESUDAH KOMUNI
I. Marilah kita berdoa:
I. Allah Bapa di surga bebankanlah kepada kami pikulan cinta kasih dan kelembutan hati, serta bimbinglah kami mengikuti jejak Yesus Putera-Mu, agar dunia mengenal perdamaian yang diharap-harapkan, dan agar manusia mengenal kegembiraan yang lestari. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.

PENGUMUMAN

RITUS PENUTUP

BERKAT
PENGUTUSAN

LAGU PENUTUP


HOMILI: Hari Minggu Biasa XIV/ A ( Za 9:9-10; Mzm 145:1-2.8-11.13cd-14; Rm 8:9.11-13; Mat 11:25-30)


"Marilah datang kepada-Ku, semua yang letih dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."

Suatu pengalaman yang sungguh mengesan dan membina pribadi saya ketika saya harus bekerja berat dalam rangka berpartisipasi dalam persiapan menyambut kunjungan Bapa Suci, Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia, antara lain ke wilayah Keuskupan Agung Semarang dan bertempat di Yogyakarta. Waktu itu saya bertugas sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang dan dalam kepanitiaan penyambutan kunjungan pastoral Bapa Suci bertugas sebagai Bendahara Umum atau utama serta bertanggungjawab dalam penyediaan dana atau beaya. Dua minggu sebelum hari H saya memang harus bekerja berat, entah untuk rapat bersama, memonitor aneka persiapan dan sering berpartisipasi langsung dalam persiapan dst.., dan selama dua minggu tersebut saya kurang tidur/istirahat serta makan dan minum tak teratur. Ada seorang rekan yang menegor saya agar cukup istirahat supaya tidak jatuh sakit. Namun saya tetap kerja keras dan kurang tidur, meskipun demikian saya tidak pernah jatuh sakit. Rahasianya adalah menikmati pekerjaan dan tugas serta mempersembahkan semuanya kepada Tuhan alias seraya mohon rahmat kekuatan atau berkat dari Tuhan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan segala sesuatu menjadi ringan dan enak adanya, itulah yang saya alami. Maka marilah kita renungkan dan tanggapi sabda Yesus hari ini.

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." (Mat 11:28-29)

Setia dalam melaksanakan aneka tugas pengutusan atau panggilan pada masa kini pasti harus bekerja berat atau kerja keras dan dapat membuat orang menjadi lesu dan merasa berbeban berat. Jika merasa lesu dan berberan berat, marilah dengan rendah hati kita hayati semuanya itu, artinya menyadari dan menghayati diri sebagai yang lemah dan rapuh seraya mengandalkan diri sepenuhnya kepada Penyenggaraan Ilahi. Kita diharapkan belajar dari Tuhan Yesus, artinya dengan rendah hati dan terbuka melihat dan mengimani karyaNya melalui mereka yang berkehendak baik. Dengan kata lain ketika lesu dan merasa berbeban berat kami harapkan percaya dan berharap kepada mereka yang berkehendak baik, yang senantiasa siap sedia untuk membantu dan meringankan beban berat dan tugas pengutusan kita.

"Memikul kuk yang dipasang oleh Tuhan" kiranya dapat difahami dan dihayati dengan setia pada dan melaksanakan aturan atau tata tertib yang terkait dengan tugas, pekerjaan atau kewajiban yang ada. Jika dengan lemah lembut dan rendah hati melaksanakan tata tertib seberat apapun akan menjadi ringan dan enak adanya. Hidup dan bertindak sesuai dengan tata tertib yang ada juga membuat jiwa kita tenang, damai dan tenteram. Dengan kata lain yang membuat jiwa kita tenang, damai dan tenteram bukan banyak harta benda atau uang yang kita miliki dan kuasai, melainkan terletak pada penghayatan atau pelaksanaan tata tertib. Ingatlah dan hayati bahwa tata tertib dibuat dan diberlakukan agar kehidupan bersama dalam keadaan damai, tenang dan tenteram, sehingga masing-masing orang dapat melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan masing-masing dengan optimal dan sukses serta buahnya membahagiakan atau menyelamatkan.

"Marilah kepada-Ku" hendaknya difahami dan dihayati sebagai peringatan atau panggilan bagi kita supaya kita tidak melupakan doa dalam hidup, tugas dan pekerjaan. Ingat dan sadari bahwa ketika mengawali makan atau tugas pekerjaan kita berdoa pribadi atau bersama; demikian juga perhatikan para pemain sepak bola, sebagaimana diberitakan melalui TV, begitu memasuki lapangan sepak bola atau mengawali permainan/pertandingan mereka membuat tanda salib, yang berarti siap sedia bermain dalam Tuhan. Belajar atau bekerja bagaikan permainan atau pertandingan juga, maka marilah kita laksanakan dalam Tuhan, dimulai dengan berdoa dengan harapan kita belajar atau bekerja bersama dan bersatu dengan Tuhan, sehingga belajar atau bekerja menjadi enak dan ringan adanya serta membuat jiwa kita tenang, damai dan tenteram. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak para pelajar atau siswa untuk belajar dalam Tuhan, yang antara lain dihayati dengan belajar sungguh-sungguh setiap hari dan ketika ulangan atau ujian tidak menyontek. Selanjutnya marilah kita renungkan peringatan atau sapaan Paulus di bawah ini.

"Jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati, tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup." (Rm 8:13)

Hidup menurut daging berarti melulu atau hanya mengikuti nafsu pribadi yang tak teratur sehingga cara hidup dan cara bertindaknya amburadul, tak teratur, serta mematikan. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk mengendalikan nafsu pribadi kita dengan kehendak Tuhan atau bimbingan Roh Kudus, maka hendaknya nafsu atau gairah anggota tubuh kita diarahkan untuk berbuat baik kepada saudara-saudari kita, misalnya mengusahakan dan memperdalam keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Kuasailah nafsu dan gairah anda guna mengusahakan dan memperdalam keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut, dengan demikian kamu akan hidup.

Kita semua yang masih ada didunia ini memang hidup, namun apakah hidup sepenuhnya alias tidak pernah lesu, frustrasi atau putus asa serta mengeluh, kiranya menjadi pertanyaan bagi kita semua. Orang yang sungguh hidup senantiasa bergairah, ceria dan penuh senyum serta tak pernah mengeluh meskipun harus bekerja berat atau kerja keras. Sungguh hidup berarti seluruh anggota tubuh dalam keadaan prima dan sehat walafiat serta berfungsi masing-masing sesuai dengan kehendak Tuhan. Ingat dan sadari bahwa kita diciptakan untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan demi keselamatan jiwa kita, maka hendaknya seluruh anggota tubuh difungsikan untuk memuji, memuliakan, menghormati dan melayani Tuhan entah secara langsung alias dengan berdoa atau tidak langsung artinya dalam pelayanan bagi sesama.

Kami tahu bahwa mayoritas waktu dan tenaga kita tercurahkan bagi saudara-saudari kita atau sesama kita melalui aneka pelayanan, pekerjaan dan kewajiban, dengan kata lain kita lebih banyak berrelasi dengan saudara-saudari atau sesama manusia serta aneka sarana-prasarana atau harta benda daripada dengan Tuhan alias berdoa. Kami berharap aneka pelayanan, pekerjaan dan kewajiban anda dapat membuat anda semakin suci, semakin berbakti kepada Tuhan dan sesama manusia, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia sebagai bukti bahwa kita mendambakan hidup sejati pada saat ini maupun setelah meninggal dunia nanti.

"Bersorak-sorailah dengan nyaring" (Zak 9:9a), demikian kutipan dari kitab Zakharia. Orang yang bersorak-sorai berarti sungguh hidup, gembira dan dalam damai sejahtera, apalagi ketika sorak-sorai lahir karena kesuksesan kerja keras bersama dan bersatu dengan Tuhan. Pengalaman sorak-sorai yang demikian kiranya terjadi dalam pengalaman para pendaki gunung ketika sampai di puncak gunung yang dituju. Kenikmatan dan sorak-sorai bahagia ketika sampai di puncak gunung sebagai buah kerja keras kiranya sulit dijelaskan kepada orang lain, namun begitu nikmat dan jelas sekali bagi yang bersangkutan. Kami beharap anda tidak bersorak-sorai murahan atau sekedar berhura-hura sambil mabuk-mabukan, tetapi bersorak-sorailah karena telah berhasil mengalahkan kejahatan bersama dan bersatu dengan Tuhan.

"Aku hendak mengagungkan Dikau, ya Allah, ya Rajaku. Aku hendak memuji nama-Mu untuk selama-lamanya. Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya. Tuhan itu pengasih dan penyayang panjang sabar dan besar kasih setianya. Tuhan itu baik kepada semua orang penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan aku bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan dan orang-orang yang Kau kasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu dan akan membicarakan keperkasaan-Mu." (Mzm 145:1-2.8-9.10-11)

Minggu, 3 Juli 2011


Romo Ign Sumarya, SJ

"Anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula" (Kej 27:1-5.15-29; Mzm 135:1-6; Mat 9:14-17)


"Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya." (Mat 9:14-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta Hati Tersuci SP Maria hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· SP Maria merupan pioneer Perjanjian Baru, pribadi yang dipilih oleh Allah dalam rangka mewujudkan janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia di seluruh dunia. Hari ini kita kenangkan hatinya yang tersuci, sehari setelah mengenangkan Hati Kudus Yesus. SP Maria adalah teladan umat beriman, maka marilah kita sebagai umat beriman meneladannya, antara lain dengan memperbaharui hati kita agar semakin suci. Dalam perjalanan hidup, tugas dan panggilan kita masing-masing, kita telah menerima aneka siraman rohani (nasihat, tegoran, perintah, ajaran, kritik dst..), yang menurut saya berfungsi untuk memperbaharui cara hidup dan cara bertindak kita, sehingga hati kita juga semakin suci. Maka sabda Yesus "agar anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula", hendaknya difahami dan dihayati sebagai peringatan atau ajakan bagi kita semua untuk memperbaharui diri terus menerus, senantiasa siap berubah, tentu saja berubah semakin baik, suci dan berbudi pekerti luhur, sehingga semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia. Ingatlah dan sadari bahwa apa yang abadi alias terus-menerus terjadi, tumbuh dan berkembang di dunia ini adalah perubahan, maka siapapun yang tidak siap sedia berubah pasti terlindas dan loyo. Kami berharap agar aneka sentuhan, sapaan dan perhatian dari orang lain disikapi dan dihayati sebagai kasih atau perhatian Allah, dan hendaknya tidak lewat begitu saja melalui diri kita, melainkan direnungkan dan diresapkan dalam-dalam, sehingga memperbaharui cara hidup dan cara bertindak kita. Marilah kita sebagai sahabat-sahabat Yesus, yang berarti juga menjadi putera-puteri SP Maria, meneladan ketaatan dan kesetiaan iman SP Maria, yang dijiwai dengan luapan hati tersuci, yaitu "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Luk 1:38). Semoga aneka perkataan saudara-saudari kita, sebagai wujud kasih sungguh terjadi dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.

· "Maka sekarang, ambilllah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati" (Kej 27:3-4), demikian kata Iskak yang telah lanjut usia, hampir mati, kepada anaknya, Esau. Apa yang dikatakan dan akan dilakukan oleh Iskak ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi para orangtua maupun anak-anaknya. Anak-anak adalah rahmat atau berkat Tuhan, maka hendaknya orangtua senantiasa memberkati dengan sepenuh hati kepada anak-anaknya, mewariskan semuanya kepada anak-anak, sedangkan anak-anak hendaknya bersyukur dan berterima kasih dengan melakukan apa yang baik bagi orangtuanya. Hemat saya apa yang baik bagi orangtua, sebagaimana sering dikatakan oleh orang Jawa, yaitu "mikul dhuwur, mendhem jero asmane wong tuwo", yang berarti menjunjung tinggi dan menghormati orangtua dengan sepenuh hati, sehingga orangtua sungguh berbahagia melihat anak-anaknya.
Kebahagiaan sejati orangtua hemat saya ada pada keberhasilan atau kesuksesan anak-anak, yang tumbuh berkembang menjadi pribadi baik, berbudi pekerti luhur, bermoral, sehingga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Maka dengan ini kami berharap kepada anak-anak untuk tidak mengewakan orangtua, semoga di masa tua orangtua kita masing-masing, kita sebagai anak sungguh dapat menjadi hiburan yang membahagiakan bagi orangtua. Marilah kita hayati aneka macam nasihat, petuah dan saran dari orangtua kita masing-masing, kita tanggap dambaan dan kerinduan orangtua, yang tidak lain agar anak-anak tumbuh berkembang menjadi pribadi dewasa dalam iman.

"Pujilah nama Tuhan, pujilah, hai hamba-hamba Tuhan, hai orang-orang yang datang melayani di rumah Tuhan, di pelataran rumah Allah kita! Pujilah Tuhan, sebab Tuhan itu baik, bermazmurlah bagi nama-Nya, sebab nama itu indah!" (Mzm 135:1-3)

Sabtu, 2 Juli 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ