HOMILI: Hari Raya Natal

“Sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa”

Pertama-tama kami ucapkan “SELAMAT NATAL”, selamat merayakan hari Kelahiran Penyelamat Dunia. Bagi orang yang sehat baik secara phisik maupun spiritual kelahiran seorang anak pada umumnya sungguh membahagiakan, membuat hidup lebih ceria, bergairah dan bergembira. Secara khusus ibunya atau orangtuanya pasti akan membaktikan diri sepenuhnya bagi anak yang baru saja dilahirkan, dan demikian demikian pasti akan memiliki cara hidup dan cara bertindak baru, lebih-lebih atau terutama bagi sang ibu. Kegembiraan dan kebahagiaan akan semakin besar ketika tahu bahwa anak yang telah dilahirkan menjanjikan sesuatu yang besar, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama jiwa manusia. Yang kita rayakan kelahiranNya adalah Penyelamat Dunia, suatu pemenuhan janji Allah untuk menyelamatkan seluruh dunia seisinya, maka selayaknya seluruh bangsa di dunia menyambut gembira. Marilah kita renungkan warta gembira Natal, sebagaimana diwartakan oleh para malaikat Allah.

"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Luk 2:10-12)

Warta Gembira Natal pertama-tama disampaikan oleh para malaikat Allah kepada para gembala domba di padang rumput. Para gembala domba dalam tata susunan social atau kemasyarakatan pada masa itu termasuk kelompok yang tersingkirkan atau kurang memperoleh perhatian. Maka warta gembira Natal bagi mereka berarti suatu pengentasan atau pengangkatan mereka sebagai manusia atau warga untuk menjadi sejajar dengan manusia atau warga lainnya, dan hal itu sungguh merupakan ‘kesukaan besar’ bagi mereka. Allah yang menjadi Manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa merupakan wujud solidaritas dan empati Allah kepada semua umat manusia di bumi atau semua bangsa di dunia.

Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka siapapun beriman kepadaNya hendaknya tidak takut untuk mendunia. Berpartisipasi dalam seluk beluk atau hal-ihwal duniawi pada masa kini harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan, lebih-lebih ketika dalam mendunia harus jujur dan disiplin. Beriman kepada Penyelamat Dunia berarti berpartisipasi dalam menyelamatkan bagian dunia yang tidak selamat, dimana ada bagian dunia yang tidak selamat ke situlah dipanggil untuk menyelamatkannya. Maka marilah kita lihat dan cermati lingkungan hidup kita dimana kita hidup, bekerja atau berada, dan ketika melihat sesuatu yang tidak selamat, entah itu harta benda, binatang, tanaman atau manusia, hendaknya segera diselamatkan. Sesuatu tidak selamat berarti sesuatu yang tidak sesuai pada tempatnya atau tidak lagi menjadi citra atau gambar Allah dalam cara hidup dan cara bertindaknya.

Sang Penyelamat Dunia yang mendatangi kita lahir “ dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan”, dengan kata lain Ia dilahirkan dalam kesederhanaan atau kemiskinan, yang menandakan bahwa Ia juga akan hidup dalam kesederhanaan dan kemiskinan. Dengan hidup sederhana dan bersemangat miskin, terbuka terhadap aneka macam kemungkinan dan kesempatan, kita akan mampu melihat bagian dunia lingkungan hidup kita yang harus kita selamatkan atau bahagiakan. Maka beriman kepadaNya berarti juga harus hidup sederhana dan bersemangat/berjiwa miskin. Maka selanjutnya marilah kita renungkan kutipan surat Paulus kepada Titus di bawah ini.

Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.” (Tit 2:12-14).

Keinginan-keinginan duniawi memang mengarah kepada penderitaan atau kesengsaraan selamanya, meskipun mengikuti keinginan dunia akan nikmat untuk sementara, tetapi akan menderita atau sengsara selamanya. Keinginan duniawi masa kini antara lain berupa gila akan harta benda/uang, gila akan jabatan/kedudukan dan gila akan kehormatan duniawi serta gila akan kenikmatan phisik misalnya kenikmatan seksual. Cukup memprihatinkan membaca informasi melalui internet bahwa cukup banyak PNS di Jawa Tengah yang selingkuh pada jam-jam kerja mereka. Para PNS yang seharusnya menjadi teladan baik ternyata malah menjadi batu sandungan dengan perilaku selingkuh, yang memang sungguh merusak hidup berkeluarga yang didasari cintakasih, dengan kata lain mereka melanggar atau melawan cintakasih sebagai hukum utama dan pertama dalam kehidupan bersama dimanapun.

Beriman kepada Penyelamat Dunia dipanggil untuk “meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan dunia dan supaya hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini”. Maka dengan rendah hati kami berharap kepada mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama di dunia ini dapat menjadi teladan dalam menghayati ajakan di atas ini: tidak mengikuti keinginan-keinginan duniawi serta hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam hidup sehari-hari di dunia sekarang ini. Memang peran keluarga pada masa kini cukup penting dalam kehidupan bersama: hidup berkeluarga adalah dasar hidup bermasyarakat dan beragama atau beriman. Orang-orang atau pribadi-pribadi bijaksana, adil dan beribadah pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga baik, beriman dan senantiasa dalam keadaan bahagia dan damai sejahtera.

Kelahiran seorang anak dalam keluarga berarti kedatangan pihak ketiga di antara suami dan isteri. Anak adalah anugerah Allah, maka kelahiran seorang anak juga berarti kelahiran atau kehadiran Allah dalam keluarga, dalam relasi antara suami dan isteri. Bagi suami dan isteri dengan kelahiran seorang anak pasti akan berkata seperti Yesaya ini, yaitu “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.” (Yes 9:1). Sang Penyelamat Dunia telah lahir dan datang di tengah-tengah kita, maka selayaknya kita pun akan menghayati sapaan Yesaya di atas: Rtidak ada sesuatu pun yang dapat ditutupi atau disembunyikan. Maka kepada mereka yang masih hidup atau ‘berjalan di dalam kegelapan’ kami ajak untuk segera keluar dari kegelapan. Dengan kata lain mereka yang suka berbohong hendaknya segera hidup jujur, yang suka bersandiwara dalam kehidupan kami harapkan segera membuka topeng kehidupan tersebut dan menghadirkan diri apa adanya sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan, dst..

“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.” (Mzm 96:1-3.11-13)

SELAMAT NATAL DAN BERBAHAGIA BERSAMA”



Minggu , 25 Desember 2011



Romo Ignatius Sumarya, SJ

Note: Sabtu, 24 Desember 2011 saksikan Metro TV pk 19.05 wib (siaran sekitar Seminari Mertoyudan) - Film Satu Abad Seminari Mertoyudan -